DERMATITIS ATOPIK

DERMATITIS ATOPIK
PENDAHULUAN
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis residif disertai gatal yang berhubungan dengan atopi. Kata atopi pertama kali diperkenalkan oleh Coca (1923), yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya misalnya asma bronkial, rinitis alergika, dermatitis atopik,  dan konjungtivitis alergik.1
Dinegara industri, prevalensi dermatitis atopi pada anak mencapai 10 sampai 20 %, sedangkan pada dewasa sekitar 1 sampai 3 %. Dinegara agraris  prevalensi dermatitis atopi jauh lebih rendah. Penderita wanita lebih banyak daripada pria dengan rasio 1,3 : 1. Daerah beriklim panas dan lembab memudahkan timbulnya penyakit. Higiene yang kurang juga dapat memperberat penyakit. Lingkungan yang mengganggu emosi lebih mudah menimbulkan penyakit.1
          Penyebab dermatitis atopik belum diketahui. Gambaran klinis yang muncul di akibatkan oleh kerja sama berbagai faktor konstitusional dan faktor pencetus.1
DEFINISI
          Dermatitis adalah peradangan kulit  (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen. Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis residif disertai gatal yang umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita.1
            Kata atopi pertama kali diperkenalkan oleh Coca (1928), yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya misalnya asma bronkial, rinitis alergika, dermatitis atopik,  dan konjungtivitis alergik. 1
           
SINONIM
          Istilah dermatitis atopik masih ada silang pendapat. Banyak istilah lain yang di gunakan , misalnya : ekzema konstitusional, ekzema fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo Besnier. Tetapi, hingga sekarang yang paling banyak diterima ialah istilah dermatitis atopik.
EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
            Dinegara industri, prevalensi dermatitis atopi pada anak mencapai 10 sampai 20 %, sedangkan pada dewasa sekitar 1 sampai 3 %. Dinegara agraris  prevalensi dermatitis atopi jauh lebih rendah. Penderita wanita lebih banyak daripada pria dengan rasio 1,3 : 1. Daerah beriklim panas dan lembab memudahkan timbulnya penyakit. Higiene yang kurang juga dapat memperberat penyakit. Lingkungan yang mengganggu emosi lebih mudah menimbulkan penyakit.1,2
ETIOLOGI
            Penyebab pasti dermatitis atopik belum diketahui, tetapi faktor keturunan merupakan dasar pertama untuk timbulnya penyakit. Dermatitis atopi diduga diturunkan secara autosomal yang diekspresikan oleh gen IL-4 pada kromosom 5q31-33 1,2
PATOFISIOLOGI
            Penyebab Dermatitis Atopi belum diketahui dengan jelas. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain imunologik, genetik, dan gangguan biokimiawi. Defisiensi imunologik berupa peningkatan IgE dan gangguan fungsi limfosit T, juga didapatkan pada Dermatitis Atopik. Diduga pada patogenesis dermatitis atopik terdapat early phase reaction (EPR) dan  late phase reaction (LPR).  Pada EPR, setelah alergen terikat pada IgE yang terdapat pada permukaan sel mast, terjadilah degranulasi pada sel mast sehingga terjadi pengeluaran histamin dan beberapa sitokin. Sesudah itu dilanjutkan dengan LPR yaitu timbulnya ekspresi beberapa molekul adhesi pada dinding yang dipengaruhi oleh beberapa sitokin pada EPR. Sel radang akan  tertarik pada dinding pembuluh darah ditempat molekul adhesi berada. Akhirnya sel radang  akan keluar dan pembuluh darah mennuju jaringan sehingga timbul reaksi radang.3
GEJALA KLINIS
            Kulit penderita Dermatitis Atopik umumnya kering, pucat, dan redup, kadar lipid di epidermis berkurang dan kehilangan air lewat epidermis meningkat. Penderita cenderung astenik dengan tingkat intelegensia diatas rata-rata, sering merasa cemas, egois, frustasi, agresif, atau merasa tertekan. 1ui
            Gejala utama dermatitis atopik ialah pruritus (gatal) hilang timbul sepanjang hari, akibatnya penderita menggaruk-garuk sehingga timbul bermacam-macam ruam berupa papul, likenifikasi, dan lesi ekzematosa berupa eritema, papulo-vesikel, erosi, eskoriasi, eksudasi dan krusta. Dermatitis atopik dapat terjadi pada masa bayi (infantil), anak, maupun remaja dan dewasa. 1
           
1.                   Dermatitis Atopik Infantil (usia 2 bulan sampai  2 tahun)
Masa awitan paling sering pada usia 2 – 6 bulan. Lokalisasi lesi mulai dimuka (dahi dan pipi), meluas ke leher, scalp, pergelangan tangan lipat siku dan bila anak mulai merangkak lesi ditemukan di lutut. Lesi berupa eritema dan papulovesikel miliar yang sangat gatal, karena garukan terjadi erosi, ekskoriasi dan eksudasi serta krusta tidak jarang mengalami infeksi. Garukan dimulai setelah umur 2 bulan. Rasa gatal ini sangat mengganggu sehingga anak gelisah, susah tidur, dan menangis. Lesi menjadi kronis dan residif. Sekitar usia 18 bulan, mulai tampak likenifikasi di bagian fleksor. Pada usia 2 tahun sebagian besar penderita sembuh, sebagian berlanjut menjadi bentuk anak.  1, 2
2.                   Dermatitis Atopi pada anak (usia 3 tahun sampai 11 tahun)
Dapat merupakan kelanjutan bentuk infantil, atau timbul sendiri (de novo). Lesi kering, likenifikasi, batas tidak tegas, karena garukan terlihat pula ekskoriasi memanjang dan krusta. Tempat predileksi di tengkuk, lipat siku dan lutut,  pergelangan tangan, kelopak mata,  leher,  jarang dimuka. Tangan mungkin kering, likenifikasi atau eksudasi, bibir perional dapat pula terkena. 1
3.                   Dermatitis Atopi pada remaja dan dewasa (usia 12 tahun sampai 30 tahun)
Tempat predileksi di muka (dahi, kelopak mata, perioral), leher, dada bagian atas, lipat siku, lipat lutut, punggung tangan, biasanya simetris. Gejala utama adalah pruritus, kelaina kulit berupa likenifikasi, papul, eskoriasi dan krusta. Umumnya berlangsung lama, tetapi intensitasnya cenderung menurun setelah usia 30 tahun. Sebagian kecil dapat berlangsung sampai tua. Dapat pula ditemukan kelainan setempat, misalnya di bibir (kering, pecah, bersisik) vulva, puting susu, skalp. 1
            Selain terdapat kelainan tersebut, kulit penderita tampak kering dan sukar berkeringat. Ambang rangsang gatal rendah, sehingga penderita mudah gatal, apalagi setelah berkeringat.
Berbagai kelainan dapat menyertai ialah xerosis kutis, iktiosis, hiperlinearis palmaris et plantaris, pompoliks, ptiriasis alba, keratosis pilaris, lipatan Dennie Morgan, penipisan alis bagian luar (tanda Hertoghe), keilitis, katarak subkapsular anterior, lidah geografik, liken spinularis (papul-papul tersusun numular) dan keratokonus (bentuk kornea yang abnormal). Selain itu penderita dermatitis atopik cenderung mudah mengalami kontak urtikaria, reaksi anafilaktik terhadap obat, gigitan atau senggatan serangga. 1
DIAGNOSIS
            Diagnosis ditegakkan apabila memenuhi 3 kriteria  mayor dan 3 kriteria minor berikut menurut Hanifin dan Lobitz (1977)  yaitu: 4
Kriteria Mayor:
1.                   Pruritus
2.                  Morfologi dan distribusi khas : dewasa : likenifikasi fleksura, bayi dan anak : lokasi kelainan di daerah muka dan ekstensor
3.                   Dermatitis bersifat kronik dan residif
4.                  Riwayat atopi ( asma bronkial, rinitis alergika, dermatitis atopik) pada penderita atau keluarganya.
Kriteria Minor : Xerosis, iktiosis/pertambahan garis di palmar/keratosis pilaris, reaktivasi pada uji kulit tipe cepat, peningkatan kadar IgE, kecenderungan mendapat infeksi kulit/kelainan imunitas selular, dermatitis pada areola mammae, keilitis, konjungtivitis berulang, lipatan Dennie-Morgan daerah infraorbita, keratokonus, katarak subskapular anterior, hiperpigmentasi daerah orbita, kepucatan/eritema daerah muka, pitiriasis alba,lipatan leher anterior, gatal bila berkeringat, intoleransi terhadap bahan wol dan lipid solven, gambaran perifolikular lebih nyata, intoleransi makanan, perjalanan penyakit dipengaruhi lingkungan dan emosi, white dermographism/delayed blanch.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Telah dilaporkan berbagai hasil laboratorium penderita dermatitis atopik, walaupun demikian sulit untuk menghubungkan hasil laboratorium ini dengan efek yang ada. 5
1.                   Imunoglobulin
IgG, IgM, IgA dan IgD biasanya normal atau sedikit meningkat pada penderita dermatitis atopik. 7 % penderita dermatitis atopik mempunyai kadar IgA serum yang rendah, dan defisiensi IgA transien banyak dilaporkan pada usia 3-6 bulan. Kadar IgE meningkat pada 80-90% penderita dermatitis atopik dan lebih tinggi lagi bila sel asma dan rinitis alergika. Tinggi rendahnya kadar IgE ini erat hubungannya dengan berat ringannya penyakit, dan tinggi rendahnya kadar IgE tidak mengalami fluktuasi baik pada saat eksaserbasi, remisi, atau yang sedang mendapat pengobatan prednison atau azatioprin. Kadar IgE ini akan menjadi normal 6-12 bulan setelah terjadi remisi. 5
2.                   Leukosit
a.                   Limfosit
Jumlah limfosit absolut penderita alergi dalam batas normal, baik pada asma, rinitis alergilk, maupun pada dermatitis atopik. Walaupun demikian pada beberapa penderita dermatitis atopik berat dapat disertai menurunnya jumlah sel T dan meningkatnya sel B. 5
b.                   Eosinofil
Kadar eosinofil pada penderita dermatitis atopik sering meningkat. Peningkatan ini seiring dengan meningkatnya IgE, tetapi tidak seiring dengan beratnya penyakit. 5
c.                   Leukosit polimorfonuklear (PMN)
Dari hasil uji nitro blue tetrazolium (NBT) ternyata jumlah PMN biasanya dalam batas normal. 5
3.                   Komplemen
Pada penderita dermatitis atopik kadar komplemen biasanya normal atau sedikit meningkat. 5
4.                   Bakteriologi
Kulit penderita dermatitis atopik aktif biasanya mengandung bakteri patogen, seperti Staphylococcus aureus, walaupun tanpa gejala klinis infeksi. 5
5.                   Uji kulit dan provokasi
Diagnosis dermatitis atopik ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis. Untuk mencari penyebab timbulnya dermatitis atopik harus disertai anamnesis yang teliti dan bila perlu dengan uji kulit serta uji eliminasi dan provokasi. Korelasi uji kulit hanya baik hasilnya bila penyebabnya alergen hirup. Untuk makanan dianjurkan dengan uji eliminasi dan provokasi. Reaksi pustula terhadap 5% nikel sulfat yang diberikan dengan uji tempel dianggap karakteristik untuk dermatitis atopik oleh beberapa pengamat. Patogenesis reaksi pustula nikel fosfat ini belum diketahui walaupun data menunjukkan reaksi iritan primer.5
DIAGNOSIS BANDING
            Umumnya diagnosis dermatitis atopik tidak terlalu sulit. Pada bentuk infantil dapat menyerupai dermatitis seboroik. Dermatitis seboroik pada muka mirip dengan dermatitis atopik. Dermatitis seboroik berlokasi di tempat-tempat seboroik yakni kulit kepala yang berambut, muka terutama alis mata dan lipatan nosolabial, ketiak, dada di atas sternum, interskapular, daerah genitalis eksterna dan perianal. Kulit pada dermatitis seboroik, berskuama kekuningan dan berminyak. Tidak terdapat stigmata atopi, eosinofilia,peninggian kadar IgE, tes asetilkolin negatif maupun dermografisme putih. 1
            Pada bentuk anak dan dewasa dibedakan dengan neurodermatitis sirkumskipta vidal atau yang lazim di sebut liken simpleks kronis. Kedua-duanya gatal dan terdapat likenifikasi. Lokasi lesi pada dermatitis atopik di lipat siku dan lipat lutut (fleksor), sedangkan liken simpleks kronis  di siku dan punggung kaki (ekstensor) ada pula tempat predileksi yang sama yaitu di tengkuk. Dermatitis atopik biasanya sembuh setelah usia 30 tahun, sedangkan neurodermatitis sirkumskripta dapat berlanjut sampai tua. Pemeriksaan pembantu yang menyokong dermatitis atopik hasil negatif pada neurodermatitis sirkumskripta. 1
            Penyakit lain yang dapat memberi gambaran klinis menyerupai dermatitis atopik yaitu : dermatitis kontak alergik kronis, dermatitis numularis, sindrom Wiskott-Aldrich, sindrom hiper-IgE dan histiositosis-X. 1
PENATALAKSANAAN
            Kulit penderita dermatitis atopik umumnya kering dan sangat peka terhadap berbagai rangsangan. Penderita merasa sangat gatal, sehingga terpaksa menggaruk. Perjalanan dermatitis berlangsung kronis dan cenderung berulang (kambuh). Banyak faktor yang menyebabkan penyakit ini, misalnya infeksi kulit. Iritai, berkeringat atau kedinginan, sters, endokrin (contonya : kehamilan, penyakit tiroid, haid). Oleh karena itu penatalaksanaannya pada dasarnya berupaya menghindari atau menyingkirkan faktor-faktor tersebut. 1
Kulit yang sehat boleh di sabun dengan sabun khusus untuk kulit kering, tetapi jangan terlalu sering agar lipid di kulit tidak banyak berkurang sehingga kulit tidak semakin kering. Kulit di olesi dengan krim omelien, maksudnya membuat kulit tidak semakin kering. Pakaian jangan terbuat dari wol atau nilon karena dapat merangsang, pakailah katun karena selain tidak merangsang juga dapat menyerap keringat. Keringat akan menambah rasa gatal, oleh karena itu pakaian jangan ketat, ventilasi yang baik akan mengurangi keringat.1
            Hindarkan dari perubahan suhu dan kelembaban mendadak. Sebaiknya mandi dengan air yang suhunya sama dengan suhu tubuh, karena air panas maupun air dingin menambah rasa gatal. 4
Upayakan tidak terjadi kontak dengan debu rumah (mengandung Dermatophagoides pteropyssimus) dan bulu binatang karena dapat menyebabkan gatal bertambah dan menyebabkan penyakit kambuh. 4
Makanan dapat mempengaruhi terjadinya kekembuhan atau menambah rasa gatal. Sebagian kecil para penderita alergi terhadap makanan, yang sering ialah susu sapi, terigu, telur, dan kacang-kacangan. Dengan meningkatnya usia kemungkinan mendapat alergi tersebut makin berkurang. Menurut penyelidikan Kang dan Tan, pada bentuk infantil yang mengalami alergi makanan 17,1 % kemudian menurun menjadi 8,7 % pada bentuk anak dan menjadi 4,2 % pada bentuk dewasa. Memperpanjang masa pemberian ASI pada bayi dan menunda pemberian makananan padat ternyata tidak mencegah timbul dermatitis atopik. Stres emosional akan memudahkan penyakit kambuh, oleh karena itu hendaknya dihindari atau di kurangi. 1,2
Imunitas seluler penderita dermatitis atopik menurun, sehingga mudah mengalami infeksi oleh virus, bakteri, dan jamur. Bila mendapat infeksi virus, misalnya vaksinia atau herpes simpleks, akan menimbulkan gejala akut berupa timbulnya banyak vesikel dan pustul yang akan menyebar disertai demam yang tinggi, dan dapat menyebabkan kematian, disebut erupsi variseloformis kaposi. Oleh karena itu penderita dermatitis atopik tidak boleh berdekatan dengan penderita varisela, herpes zoster, atau herpes simpleks. Kuku di potong pendek agar bila mengaruk tidak sampai timbul luka, sehingga tidak mudah terjadi infeksi sekunder. 1
PENGOBATAN
          Pengobatan bergantung pada kelainan kulit yang di temukan. Yang paling penting adalah mencegah penderita agar tidak mengaruk.1
1.                   Terapi sitemik.
            Anti histamin golongan H1 (chlorpheniramine, promethazine, hydroxyzine) untuk mengurangi gatal dan sebagai penenang. Bila sangat gatal dapat diberikan klorpromazin. Jika ada infeksi sekunder  diberi antibiotik seperti eritromisin. Kortikosteroid sistemik tidak di anjurkan, kecuali bila kelainannya luas, atau eksaserbasi akut, dapat diberikan dalam jangka waktu pendek (7 – 10 hari), mengingat efek samping yakni osteoporosis, katarak dan sebagainya. 1,2
2.                   Terapi topikal.
Bergantung pada jenis kelainan kulit. Pada bentuk bayi kelainannya eksudatif, karena itu dikompres, misalnya dengan larutan asam salisil 1/1000 atau permanganas kalikus 1/10.000. setelah kelainan kering, dilanjutkan dengan krim hidokortison 1 % – 2 %. Pada bentuk anak dan dewasa tidak digunakan kompres karena kelainan kulit kering, melainkan salap karena salap mempunyai daya penetrasi lebih baik. Salap kortikosteroid yang di pilih ialah golongan sedang atau kuat karena bentuk anak dan dewasa telah terjadi likenifikasi. Jika efek terapeutik telah tercapai, maka dapat diganti dengan golongan lemah untuk mencegah terjadinya efek samping. Untuk meningkatkan daya penetrasi, dapat ditambahkan asam salisil 3-5 %  pada kortikosteroid topikal.1,2
Obat lain yang digunakan ialah ter, misalnya liquor karbonas detergens 2-5 %. Efek ter yang sebenarnya belum diketahui pasti, rupanya berkhasiat vasokontriksi, astringen, desinfektan, antipruritus, dan memperbaiki keratinisasi abnormal dengan cara mengurangi proliferasi epidermal dan infiltrasi dermal. Pada penggunaan ter yang lama dapat terjadi folikulitis. Efek samping ter yang lain adalah fotosensitisasi. Ter dapat pula dikombinasi dengan kortikosteroid.1,2
Obat lain adalah urea 10 %, membuat kulit lemas, hidrofilik, antibakterial, dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid topikal. Untuk membersihkan kulit jangan memakai sabun alkali, tetapi memakai detergen dengan pH asam, atau sabun nonalkali berlemak. 1,2
KOMPLIKASI
·                     Pada anak penderita dermatitis atopik, 75% akan disertai penyakit alergi lain di kemudian hari. Penderita dermatitis atopik mempunyai kecenderungan untuk mudah mendapat infeksi virus maupun bakteri (impetigo, folikulitis, abses, vaksinia. Molluscum contagiosum dan herpes).
·                     Infeksi virus umumnya disebabkan oleh Herpes simplex atau vaksinia dan disebut eksema herpetikum atau eksema vaksinatum. Eksema vaksinatum ini sudah jarang dijumpai, biasanya terjadi pada pemberian vaksin varisela, baik pada keluarga maupun penderita. lnfeksi Herpes simplex terjadi akibat tertular oleh salah seorang anggota keluarga. Terjadi vesikel pada daerah dermatitis, mudah pecah dan membentuk krusta, kemudian terjadi penyebaran ke daerah kulit normal.
·                     Penderita dermatitis atopik, mempunyai kecenderungan meningkatnya jumlah koloni Staphylococcus aureus. 5
PROGNOSIS
            Penderita dermatitis atopik yang bermula sejak bayi, sebagian (± 40 %) sembuh spontan, sebagian berlanjut ke bentuk anak dan dewasa. Adapula yang menyatakan bahwa 40-50 % sembuh pada usia 15 tahun. Sebagian besar menyembuh pada usia 30 tahun. 1
            Secara umum, bila ada riwayat dermatitis atopik di keluarga, bersamaan dengan asma bronkial, masa awitan lambat, atau dermatitisnya berat, maka penyakitnya lebih persisten. 1
KESIMPULAN
Dermatitis adalah peradangan kulit  (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen. Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis residif disertai gatal yang umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita.
Penyebab pasti dermatitis atopik belum diketahui, tetapi faktor keturunan merupakan dasar pertama untuk timbulnya penyakit. Dermatitis atopi diduga diturunkan secara autosomal yang diekspresikan oleh gen IL-4 pada kromosom 5q31-33.
Gejala utama dermatitis atopik ialah pruritus (gatal) hilang timbul sepanjang hari, akibatnya penderita menggaruk-garuk sehingga timbul bermacam-macam ruam berupa papul, likenifikasi, dan lesi ekzematosa berupa eritema, papulo-vesikel, erosi, eskoriasi, eksudasi dan krusta. Dermatitis atopik dapat terjadi pada masa bayi (infantil), anak, maupun remaja dan dewasa.
Mengidentifikasi dan menyingkirkan faktor yang memperberat dan memicu siklus ”gatal-garuk”. Hindari hal yang dapat mengiritasi kulit bayi, menjaga kebersihan kulit pada bayi khususnya daerah bokong dan genetalia.
DAFTAR PUSTAKA
1.      Djuanda, Adhi (edt). Sri Adi Sularsito, Suria Djuanda. 2005. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keempat. FKUI. Jakarta. Hal 129-153
2.      Siregar, R. S..Dermatitis Atopik dalm Penyakit Kulit Alergi dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC. Jakarta. Hal 115-118
3.      Barakhbah, Jusuf dkk. 2005. Dermatitis Atopi dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/ SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. sEdisi III. Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo. Surabaya. Hal 1-8
4.      http://www.klikdokter.com/illness/detail/216 diakses tanggal 17 April 2010
5.      htpp://www.childrenallergyclinic.wordpress.com/ diakses tanggal 17 April 2010