BUDIDAYA UDANG WINDU RAMAH LINGKUNGAN DENGAN METODE BMPS (BETTER MANAGEMENT PRACTICES) DI ACEH

AIDIA MJ

PENULIS ADALAHA MAHASISWA ILMU KELAUTAN UNSYIAH 

Selama ini Aceh dikenal sebagai penghasil udang windu (P. monodon) terbaik di Indonesia. Industri ini sempat menjadi idola di tahun 1990-an namun mengalami penurunan drastis pada tahun 2000-an diikuti kerusakan lingkungan yang cukup parah. Bencana tsunami yang merusak sebagian wilayah pertambakan di pesisir timur Aceh berdampak sangat besar pada perekonomian masyarakat setempat, terutama petambak skala kecil dan pengusaha hatchery, apalagi diperparah dengan munculnya berbagai penyakit dalam budidaya udang sehingga banyak pengusaha dan petani tambak beralih profesi, hingga tahun 2010 petani tambak khususnya udang di Aceh hanya tinggal nama.
Hasil produksi perikanan di Indonesia terus menurun dari tahun ke tahun, terutama jenis udang-udangan (Crustacea). Udang windu (Panaeus monodon FAB) merupakan salah satu produk unggulan perikanan Indonesia pada umumnya dan Aceh pada khususnya, yang termasuk dalam sektor non migas.
Permintaan pasar terhadap udang windu sangat tinggi, baik di dalam negeri maupun dari luar negeri. Hal ini dikarenakan banyaknya keistimewaan yang dimiliki oleh udang windu dibandingkan dengan produk perikanan lainnya, misalnya ukurannya yang besar dan cita rasa yang enak
Udang merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas berjumlah 13 (5 ruas kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang disebut eksosketelon. Umumnya udang yang terdapat di pasaran sebagian besar terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai.  Udang air tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonidae, sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid.
Udang laut, terutama dari keluarga Penaeidae, yang biasa disebut udang penaeid oleh para ahli. Udang merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang bermutu tinggi. Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas. Permintaan konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik 11,5% per tahun. Walaupun masih banyak kendala, namun hingga saat ini negara produsen udang yang menjadi pesaing baru ekspor udang Indonesia terus bermunculan
Budidaya udang di tambak ialah kegiatan usaha pemeliharaan atau pembesaran udang di tambak mulai dari ukuran benih (benur) sampai menjadi ukuran yang layak untuki dikonsumsi. Budidaya udang laut sudah sejak seabad yang lalu dipraktekkan di banyak negara di Asia , termasuk juga di indonesia .
Budidaya udang Semi intensif dilakukan dengan perpaduan antara teknik Ektensif dengan tradisional, sebagai imbangan dari masukan yang tinggi maka dapat dicapai volume produksi yang sangat tinggi pula
Pada tambak semi-intensif pengolahan air cukup baik , ketika ada air pasang naik, sebagian air tambak itu digantikan dengan air baru sehingga kualitas air cukup terjaga dan kehidupan udang sehat. Pemberantasan hama dilakukan pada waktu persiapan tambak sebelum penebaran benur. Serangan hama juga di cegah dengan melakukan pemasangan sistem saringan pada pintu-pintu air
Rumusa Masalah
Udang Windu telah dibudidayakan sejak akhir tahun 70-an. Masalah utama yang dihadapi budi daya udang windu dewasa ini adalah serangan penyakit yang hingga kini masih sukar diatasi sehingga membuat petani tambak menjadi kawalahan dan pada akhrnya beralih  dari budidaya udang windu ke budidaya ikan
Ditinjau dari segi pencemaran budidaya udang windu menyumbang pencemaran yang sangat tingi seperti penggunaan bahan kimia seperti pestisida untuk membasmi hewan- hewan predator didalam tambak sehingga berefek pada hasil panen dimana udang sudah terkontaminasi oleh racun tersebut dan apabila dikonsumsi dalam jangka panjang akan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia yang dapat memicu penyakit seperti kanker dan penyakit-penyakit berbahaya lainnya
Pencemaran lainnya adalah berasal dari Pakan (pellet udang) yang tidak habis di konsumsi oleh udang yang membuat tanah didalam tambak atau lingkungan disekitarnya menjadi tercemar dalam jangka waktu yang lama sehingga akan merubah parameter fisika kimia tanah seperti, tingginya kadar amoniak, nitrat nitrit dan beberapa unsur hara lainnya.
Penelitian Profesor Chen dari Taiwan menunjukkan bahwa lumpur organik yang merupakan campuran dari sisa pakan dan kotoran udang dengan partikel tanah berkontribusi besar pada kegagalan tambak udang intensif di Taiwan pada tahun 1987. Kegagalan budidaya udang di Indonesia yang terjadi sejak tahun 1990-an hingga sekarang erat kaitannya dengan kerusakan lingkungan dan kerusakan lahan tambak akibat intensifikasi yang tidak terkontrol (Widigdo, 2000 disitasi oleh Efendi 2007)
Tujuan
Tujuan dari budidaya Udang windu ramah lingkungan dalah melaksanakan suatu budidaya tanpa mencemari atau pun merusak lingkungan dalam masa budidaya tersebut sehingga turut serta dalam menjaga lingkungan
Mamfaat
Mamfaat dari usaha budidaya ramah lingkungan ini adalah untuk menghasilkan Udang Windu (produk) dengan kualitas yang baik bebas dari kontaminasi bahan –bahan kimia (Racun) sehingga aman untuk dikonsumsi (Healthy Food)
BAB II
METODE PLEKSANAAN
Tempat Usaha Dan Waktu
Tempat usaha budidaya ramah lingkungan ini direncanakan di Desa Lam Nga Kec Mesjid Raya Aceh besar karena daerah ini sangat mendukung dari berbagai faktor penentu  keberhasilan usaha.Waktu pelaksanana kegiatan ini direncanakan pada bulan Oktober 2010 – September 2011 ( Tiga kali siklus budidaya)
Keunggulan
·        Keunggulan dari produks usaha ini adalah salah satu makanan yang sangat baik untuk kesehatan, bermutu dan berkualitas tinggi
·        Salah satu Primadona Ekspor.
·        Permintaan dipasar local, nasional, dan internasional cukup tinggi.
·        Harga yang tidak fluktuatif
·        Mengairahkan kembali usaha udang windu Aceh.