BUDIDAYA TERIPANG DAN PEMASARAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perikanan adalah salah satu hasil dari sektor perairan yang selama ini mulai dikembangkan pemerintah. Di bidang perikanan banyak sekali kendala-kendala yang dihadapi oleh pemerintah baik dalam kegiatan pemberdayaan dan pengelolaannya. Pemerintah membentuk suatu instansi negeri pemerintah untuk mengelola sektor perikanan Indonesia yaitu Dinas Peternakan dan Perikanan Indonesia. Instansi ini mengelola setiap jenis perikanan di Indonesia seperti perikanan laut, perikanan umum (darat), budidaya, dan lain-lain. Instansi ini dalam kinerjanya berfungsi sebagai penyuluhan pendidikan perikanan, manajemen perikanan daerah, hingga penjualan yang berorientasi terhadap peningkatan devisa negara. Pembudidayaan ini difokuskan terhadap hasil budidaya teripang konsumsi di air laut Indonesia yang saat ini berkembang sangat dinamis.
Hal ini menjadi acuan bagi pemerintah bagaimana agar hasil budidaya teripang konsumsi semakin lama semakin berkembang dengan mengetahui faktor-faktor yang mempenga- ruhinya.
Teripang merupakan salah satu komoditas ekspor dari hasil laut yang perlu segera dikembangkan cara budidayanya. Hal ini diperlukan mengingat nilai ekonomisnya yang cukup tinggi di pasaran luar negeri, namun sampai saat ini sebagian besar produknya masih merupakan hasil tangkapan dari laut, sehingga produktivitasnya masih sangat tergantung dari alam.
Dari hasil penelitian jenis hewan laut ini mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan antara lain adalah :
• Dapat hidup bergerombol dengan padat penebaran tinggi;
• Metoda budidayanya dapat dilakukan secara sederhana dan tidak memerlukan teknologi tinggi dan modal yang besar;
• Makanannya berupa ganggang penempel, detritus, molusca kecil yang banyak tersedia di perairan alam;
• Dagingnya enak dimakan dan mudah diproses menjadi makanan serta merupakan komoditi ekspor.
Beberapa spesies teripang yang mempunyai nilai ekonomis panting diantaranya: teripang putih, Holothuria scabra, teripang koro, Microthele nobelis, teripang pandan, Theenota ananas, teripang dongnga, Stichopu ssp. dan beberapa jenis teripang lainnya. Teripang putih sudah mulai dicoba dibudidayakan oleh nelayan di Desa Sopura, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Berdasarkan laporan Wedjatmiko et. al. (1987) bahwa teripang putih yang dipelihara oleh nelayan di Desa Sopura dapat mencapai berat 600 – 700 g (berat basah) dalam waktu enam bulan pemeliharaan dari benih ukuran 100 -150 g (berat basah). Nessa et al (1986) melaporkan bahwa teripang putih dapat mencapai ukuran 1500 g apabila dipelihara pada kedalaman 5 – 6 meter selama enam bulan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari ini diantaranya adalah untuk mengetahui :
1. Kelayakan usaha budidaya teripang yang terdiri dari : aspek pasar, teknis, finansial, manajemen, kelembagaan yang terlibat, hukum (kelegalan usaha), sosial ekonomi dan aspek lingkungan.
2. Pengembangan usaha budidaya teripang
3. Rencana usaha (Business Plans) budidaya teripang

1.3 Manfaat
Banyak sekali manfaat teripang/Gold Cucumber dalam menyembuhkan berbagai penyakit degeneratif seperti : Stroke, Jantung Koroner, Kencing Manis & Luka Gangren, Kanker (Tumor), Gagal Ginjal, Chirosis Hepatis, Asam Urat, Rhematik, Wasir, Esteoporosis (Pengeroposan Tulang), Alergi Saluran Pernafasan (Bersin, Filek, Sinusitis, Asma), Alergi Kulit (Aksim, Gatal, Darah Tinggi, Darah Rendah, Kolesterol, Penyempitan Pembuluh Darah, Penurunan Fungsi Liver, Rambut Rontok, Pembesaran Prostat dan masih banyak lagi manfaat dari teripang ini


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Budidaya
Usaha budidaya teripang terdiri dari usaha pembenihan, pembesaran dan pemanenan dan pemasaran Sedangkan pada pembahasan ini yang dimaksud adalah usaha budidayaan teripang. Budidaya pembesaran teripang adalah budidaya/ pemeliharaan teripang mulai dari ukuran benih hingga ukuran konsumsi


2.2 Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi budidaya, merupayan salah satu syarat yang cukup menentukan untuk mencapai keberhasilan suatu usaha budidaya teripang. Hal ini disebabkah lokasi atau tempat pemeliharaan teripang adalah tempat yang secara langsung mempengaruhi kehidupannya.
a. Tempat terlindung
Bagi budidaya teripang diperlukan tempat yang cukup terlindung dari guncangan angin dan ombak.
b. Kondisi dasar perairan
Dasar perairan hendaknya berpasir, atau pasir berlumpur bercampur dengan pecahan-pecahan karang dan banyak terdapat tanaman air semacam rumput laut atau alang-alang laut.
c. Salinitas
Dengan kemampuan yang terbatas dalam pengaturan esmatik, teripang tidak dapat bertahan terhadap perubahah drastis atas salinitas (kadar garam). Salinitas yang cocok adalah antara 30 – 33 ppt.
Di alam bebas teripang hidup pada kedalaman yang berbeda-beda menurut besarnya. Teripang muda tersebar di daerah pasang surut, setelah tambah besar pindah ke perairan yang dalam. Lokasi yang cocok bagi budidaya sebalknya pada kedalaman air laut 0,40 sampai 1,50 m pada air surut terendah

2.3 Manfaat Teripang
Teripang/Sea Cucumber & Gold Jelly akan grow factor sehingga dapat memperbaiki sel-sel rusak. kandungan protein hingga 82% dan asam lemak essensial mujarab memperkuat sel hati untuk mengeluarkan antibiotik. Karena itu juga teripang/gamat kerap disebut Imunomodulator. Lantaran kandungan kologen yang tinggi, teripang atau Sea Cucumber & Gold Jelly ampuh melakukan regenerasi sel secara singkat. Penyakit degeneratif yaitu penyakit yang ditandai dengan penurunan fungsi organ yang diakibatkan adanya kerusakan sel-sel jaringan yang luas, dengan kemampuan yang dimiliki teripang/gamat untuk memacu regenerasi sel yang tinggi maka teripang/Cucumber Jelly dapat berfungsi mencegah dan membantu mempercepat penyembuhan berbagai macam penyakit. Penelitian mengungkapkan, teripang/Sea Cucumber Jelly pada konsentrasi 50 mikrogram menggumpalkan dan menghadang sel kanker.

Oleh sebab itu pengidap kanker banyak yang berharap pada teripang/Sea Cucumber Jelly. selain itu, kandungan protein tinggi pada teripang/Cucumber Jelly yang mencapai 82%, baik diberikan pada penderita diabetes. Protein tinggi berperan meregenerasi sel beta pankreas yang memproduksi insulin Gold Cucumber. Hasilnya Produksi insulin meningkat.

Banyak sekali manfaat teripang/Gold Cucumber dalam menyembuhkan berbagai penyakit degeneratif seperti : Stroke, Jantung Koroner, Kencing Manis & Luka Gangren, Kanker (Tumor), Gagal Ginjal, Chirosis Hepatis, Asam Urat, Rhematik, Wasir, Esteoporosis (Pengeroposan Tulang), Alergi Saluran Pernafasan (Bersin, Filek, Sinusitis, Asma), Alergi Kulit (Aksim, Gatal, Darah Tinggi, Darah Rendah, Kolesterol, Penyempitan Pembuluh Darah, Penurunan Fungsi Liver, Rambut Rontok, Pembesaran Prostat dan masih banyak lagi manfaat dari teripang ini.

2.4 Rencana Usaha (Business Plan)
Setiap usaha (bisnis) membutuhkan rencana bisnis (Business Plans) terutama bisnis baru dan bisnis yang mengharapkan perubahan atau pertumbuhan yang signifikan dalam waktu dekat. Dalam teori, rencana bisnis akan memberikan arahan strategis bagi keberlang-sungan aktivitas usaha (bisnis) yakni dengan menuliskan/ mendeskripsikan tujuan dan cara mencapainya, yang kemudian mengikuti rencana yang telah ditulis untuk mencapai target.
Berikut ini rencana usaha pengembangan budidaya teripang yang diharapkan dapat terlaksana di dalam rangka memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut agar lebih optimal. Namun masih banyak kendala yang dihadapi oleh pengusaha, kususnya para calon pengusaha kecil dan menengah dalam mewujudkan dan melaksanakan usahanya tersebut. Salah satu kendala tersebut tampak dalam merencanakan serta mempresentasikan rencana usaha.
Operasional/realisasi dari rencana usaha budidaya teripang adalah untuk memenuhi peluang pasar dalam jangka waktu 10 tahun mendatang, untuk teripang sebesar 280,71 ton Sehingga untuk usaha budidaya teripang diperlukan lahan seluas 29.979,85 m2, tenaga kerja 328 orang dan laba yang akan diperoleh sekitar Rp. 1.643.594.183, zakat sebesar Rp. 86.504.957. Apabila besarnya zakat untuk masing – masing orang (yang berhak menerima) sama dengan UMR yang berlaku di sebesar Rp. 354.000, maka penerima zakat tersebut sekitar 20 orang.

2.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Usaha Budidaya Perikanan
Setiap usaha pasti mempunyai faktor–faktor yang mempengaruhi jalannya usaha, baik itu yang menghambat maupun yang memperlancar usaha tersebut. Faktor pen-dukung merupakan faktor–faktor yang dapat memperlancar kegiatan budidaya teripang, diantaranya adalah :
• Pemeliharaan ikan teripang relatif lebih mudah.
• Kondisi perairan dan lingkungan usaha yang sesuai dengan habitat lainnya
• Sumber air dekat dengan lokasi usaha.
• Tersedianya sumber daya alam dan sumber daya manusia.
• Harga jual teripang yang relatif tinggi.
• Adanya lahan yang belum termanfaatkan dan sangat baik bila digunakan untuk usaha budidaya, sehingga bila lahan tersebut diolah dengan baik akan membantu meningkatkan pendapatan keluarga.
• Adanya teknologi budidaya teripang yang lebih efektif dan lebih efisien.
• Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka permintaan teripangjuga semakin meningkat.
• Adanya dukungan dari pemerintah Usaha budidaya teripang dalam pemasarannya mempunyai jaringan distribusi yang mantap di daerah tertentu.
• Mempunyai organisasi dan kelompok kerja yang aktif dan produktif.
• Mempunyai kemampuan untuk mempro-duksi teripang dengan ukuran yang sesuai dengan permintaan konsumen.
• Mempunyai kemampuan dalam membe-rikan kesejahteraan yang relatif memadai bagi karyawan dan keluarga.
• Mempunyai tenaga kerja yang cukup berpengalaman dari segi teknis budidaya.
• Beberapa faktor yang menjadi hambatan dalam usaha budidaya teripang, diantaranya adalah :
• Peralatan pengontrolan kualitas air yang masih kurang.
• Belum adanya tenaga ahli khususnya di bidang budidaya teripang yang membantu dalam pelaksanaan usaha.
• Pertumbuhan teripang yang relatif cepat, Tingginya biaya produksi dalam kegiatan usaha budidaya terpang.
• Pemasaran teripang yang jauh keluar kota, sehingga mempengaruhi kualitas teripang dan bahkan teripang mudah stress diperjalanan dan akhirnya banyak yang mati sehingga kesegaran teripang tidak tahan lama.
• Rendahnya minat penduduk lokal dalam mengkonsumsi teripang sehingga pemasaran untuk daerah lokal masih rendah.
• Manajemen pengelolaan masih sederhana.
• Adanya persaingan dengan komoditi perikanan dan pengusaha perikanan lainnya.
• Kemungkinan berdirinya usaha baru dengan teknologi yang lebih baik.
• Dalam jangka waktu panjang belum dapat memenuhi kenaikan permintaan.
• Kurang adanya kepercayaan dari penyedia dana baik investor maupun bank terhadap usaha budidaya perikanan karena adanya resiko ketidakpastian yang tinggi, sehingga petani teripang kesulitan dalam memperoleh dana dalam upaya pengembangan usahanya.
• Belum mantapnya pola perencanaan dan pembinaan tenaga kerja yang dapat memenuhi perkembangan usaha

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pemilihan Lokasi Budidaya
Teripang adalah hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan komponen penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder). Di wilayah Indo-Pasifik, pada daerah terumbu yang tidak mengalami tekanan eksploitasi, kepadatan teripang bisa lebih dari 35 ekor per m2, dimana setiap individunya bisa memproses 80 gram berat kering sedimen setiap harinya. Beberapa spesies teripang yang mempunyai nilai ekonomis penting diantaranya: teripang putih (Holothuria scabra), teripang koro (Microthele nobelis), teripang pandan (Theenota ananas), teripang dongnga (Stichopu ssp) dan beberapa jenis teripang lainnya.

Di perairan Indonesia terdapat banyak jenis teripang. Namun demikian, yang memiliki nilai ekonomi tinggi hanyalah beberapa jenis saja. yaitu teripang pasir (Holothuria scabra), teripang perut hitam (H. atra), teripang susuan (H. nobilis), teripang perut merah (H. edulis), dan teripang nanas (Thelenota ananas). Teripang merupakan lauk yang lezat dan disukai masyarakat Cina dan bernilai jual tinggi di pasaran. Teripang diperdagangkan dalam bentuk awetan/kering.

Belum banyak negara di dunia yang membudidayakan teripang, Satu jenis teripang yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia ialah teripang pasir (Holothuria scabs). Budi daya teripang pasir memungkinkan dilakukan oleh masyarakat pantai. Hal ini disebabkan teknik budi dayanya cukup sederhana dan investasi yang diperlukan relative kecil.

Bentuk badan teripang memanjang mirip mentimun. Oleh karena itu, hewan ini biasa disebut mentimun laut atau sea cucumber. Mulut dan anus terdapat di kedua ujung badannya. Bagian punggun-nya berwarna abu-abu dengan pita putih atau kekuningan memanjang secara horizontal. Bagian bawah tubuhnya berwarna putih dan berbintik-bintik hitam/gelap.

Teripang pasir dapat tumbuh sampai ukuran 40 cm dengan bobot 1,5 kg. Kematangan gonad hewan air berumah dua (diosis) ini pertama kali terjadi pada ukuran rata-rata 220 mm. Seekor teripang betina mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak hingga mencapai sekitar 1,9 juta butir telur.
Pemilihan lokasi budidaya, merupayan salah satu syarat yang cukup menentukan untuk mencapai keberhasilan suatu usaha budidaya teripang. Hal ini disebabkah lokasi atau tempat pemeliharaan teripang adalah tempat yang secara langsung mempengaruhi kehidupannya.

Kriteria pemilihan lokasi yang cocok bagi budidaya teripang adalah sebagai berikut:
a) Tempat terlindung
Bagi budidaya teripang diperlukan tempat yang cukup terlindung dari guncangan angin dan ombak.
b) Kondisi dasar perairan
Dasar perairan hendaknya berpasir, atau pasir berlumpur bercampur dengan pecahan-pecahan karang dan banyak terdapat tanaman air semacam rumput laut atau alang-alang laut.
c) Salinitas
Dengan kemampuan yang terbatas dalam pengaturan esmatik, teripang tidak dapat bertahan terhadap perubahah drastis atas salinitas (kadar garam). Salinitas yang cocok adalah antara 30 – 33 ppt.
d) Kedalaman air
Di alam bebas teripang hidup pada kedalaman yang berbeda-beda menurut besarnya. Teripang muda tersebar di daerah pasang surut, setelah tambah besar pindah ke perairan yang dalam. Lokasi yang cocok bagi budidaya sebalknya pada kedalaman air laut 0,40 sampai 1,50 m pada air surut terendah.
e) Ketersediaan Benih
Lokasi budidaya sebaiknya tidak jauh dari tempat hidup benih secara alamiah. Terdapatnya benih alamiah adalah indikator yang baik bagi lokasi budidaya teripang;
f) Kondisi lingkungan
Perairan sebaiknya harus memenuhi standard kualitas air laut yang baik bagi kehidupan teripang seperti
o pH 6,5 – 8,5
o Kecerahan air laut 50 cm
o Kadar oksigen terlarut 4 – 8 ppm
o Suhu air laut 20 – 25° Celcius
o Disamping itu, lokasi harus bebas dari pencemaran seperti bahan organik, logam, minyak dan bahan-bahan beracun lainnya.

3.2 Metode Budidaya
Metode yang digunakan untuk membudidayakan teripang (ketimun laut) yaitu dengan menggunakan metode penculture. Metode penculture adalah suatu usaha memelihara jenis hewan laut yang bersifat melata dengan cara memagari suatu areal perairan pantai seluas kemampuan atau seluas yang diinginkan sehingga seolah-olah terisolasi dari wilayah pantai lainnya.
Bahan yang digunakan ialah jaring (super-net) dengan mata jaring sebesar 0,5 – 1 inci atau dapat juga dengan bahan bambu (kisi-kisi). Dengan metode ini maka lokasi/areal yang dipagari tersebut akan terhindar dari hewan-hewan pemangsa (predator) dan sebaliknya hewan laut yang dipelihara tidak dapat keluar dari areal yang telah dipagari tersebut.
Di lokasi terpilih dibangun kurung tancap terbuat dari pagar bambu atau kayu. Kurung tancap tersebut berlapis waring nilon ukuran mata 0,2 cm di sebelah dalamnya. Pagar bambu/papan harus tertanam cukup dalam dan kuat ke dasar perairan sehingga tidak terjadi kebocoran pada. kurungan. Luas kurungan sekitar 50 M2 atau disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, penebaran benih teripang berukuran 40-60 g sebaiknya kepadatannya 6-8 ekor/m2 atau teripang berukuran lebih besar, yaitu antara 70-100 g dengan padat tebar 4-6 ekor/m2.
a. Sumber benih teripang
Benih teripang dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu:
• melakukan pemungutan dari alam dan
• dengan memelihara induk-induk teripang pada petak-petak di dalam area penculture.
Teripang yang dijadikan induk ialah yang sudah dewasa atau diperkirakan sudah dapat melakukan reproduksi dengan ukuran berkisar antara 20 – 25 cm. Sedangkan benih teripang alam yang baik untuk dibudidayakan dengan metode penculture adalah yang memiliki berat antara 30 sampai 50 gram per ekor atau kira-kira memiliki panjang badan 5 cm sampai 7 cm. Pada ukuran tersebut benih teripang diperkirakan sudah lebih tahan melakukan adaptasi terhadap lingkungan yang baru.
b. Pengangkutan benih/induk
Di dalam hal budidaya teripang cara pengangkutan benih/ induk merupakan hal yang penting. Lebih-lebih apabila sumber benih/induk teripang yang akan dibudidayakan letaknya relatif jauh, sehingga diperlukan teknik yang baik didalam pengangkutan teripang tersebut agar tetap hidup sampai di lokasi budidaya. Metode pengangkutan teripang agar dapat memberikan tingkat kehidupan yang tinggi adalah sebagai berikut:
• Teripang dimasukan pada kantong plastik ukuran 2 liter dengan media air dan pasir. Sebelumnya kantong plastik digelembungkan untuk melihat kantong tersebut bocor atau tidak.
• Kepadatan untuk masing-masing jenis adalah : untuk teripang putih dan teripang grido dengan berat antara 100-200 g adalah 3 ekor untuk setiap kantong, sedangkan untuk teripang jenis olok-olok 4 ekor untuk setiap kantong plastik.
c. Makanan Teripang
Faktor makanan dalam pemeliharaan (budidaya teripang tidak menjadi masalah sebagaimana halnya hewan-hewan laut lainnya. Teripang dapat memperoleh makanannya dari alam, berupaplankton dan sisa-sisaendapan karang yang beracadi dasar laut. Namun demikian untuk lebih mempercepat pertumbuhan teripang dapat diberikan makanan tambahan berupa campuran dedak dan pupuk kandang (kotoran ayam).
Cara pemberian makanan tambahan tersebut adalah sebagai berikut :
• Dedak halus dan kotoran ayam dicampur rata
• Campuran dimasukkan kedalam kantong plastik
• Kemudian direndam deism air laut sampai campuran menjadi lengket, lalu dibentuk menjadi gumpalan.
• Gumpalan tersebut kemudian disebar merata kedalam kurungan.
Cara lain agar pupuk tidak hanyut dapat dilakukan sebagai berikut:
• Pupuk dimasukkan ke dalam karung plastik dan ditenggelamkan ditempat pemeliharaan.
• Setelah kira-kira 10 hari akan muncul micro organisms sebagai makanan teripang.
Pemberian makanan tambahan sebaiknya dilakukan pada sore hari.. Hal ini disesuaikan dengan sifat hidup atau kebiasaan hidup dari teripang. Pada waktu siang hari teripang tidak begitu aktif bila dibandingkan dengan pada malam hari, karena pada waktu siang hari ia akan membenamkan dirinya dibawah dasar pasir/karang pasir untuk beristirahat dan untuk menghindari/melindungi dirinya dari pemangsa/predator, sedangkan pada waktu malam hari ia akan lebih aktif mencari makanan, baik berupa plankton maupun sisa-sisa endapan karang yang berada didasar perairan tempat hidupnya.
d. Padat penebaran
Teripang dapat hidup bergerombol dilempat yang terbatas. Oleh karena itu dalam usaha budidayanya dapat diperlakukan dengan padat penebaran yang tinggi. Untuk ukuran benih teripang sebesar 20 – 30 gram per ekor, padat penebaran berkisar antara 15 – 20 ekor per meter persegi, sedangkan untuk benih teripang sebesar 40 – 50 gram per ekor, padat penebarannya berkisar antara 10 – 15 ekor per meter persegi.
Waktu yang tepat untuk memulai usaha budidaya teripang disuatu lokasi tertentu ialah 2-3 bulan setelah waktu pemijahan teripang di alam (apabila menggunakan benih dari alam). Benih alam yang berumur 2 sampai 3 bulan diperkirakan sudah mencapai berat 20 – 50 gram per ekor.
e. Panen
Pemungutan hasil panen dapat dilakukan setelah ukuran teripang berkisar antara 4 sampai 6 ekor per kg (market size). Untuk mendapatkan ukuran ini biasanya teripang dipelihara selama 6 – 7 bulan, dengan survival yang dicapai kurang lebih 80% dari total penebaran awal. Panen dilakukan pada pagi hari sewaktu air sedang surut dan sebelum teripang membenamkan diri. Panen dapat dilakukan secara bertahap yaitu dengan memilih teripang yang berukuran besar atau juga dapat dilakukan secara total, kemudian dilakukan seleksi menurut golongan ukuran.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Dari pembahasan ini dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya adalah :
Kelayakan usaha baik usaha budidaya ikan maupun teripang dilihat dari aspek pasar masih cukup luas dilihat dari peluang pasarnya. Aspek teknis usaha budidaya teripang dan usaha budidaya menggunakan metode penculture. Aspek finansial sudah layak dalam pelaksanaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

4.2 Saran
Saran-saran yang perlu kiranya dapat diberikan adalah sebagai berikut:
• Perlu dilakukan penelitian yang sama terhadap budidaya teripang pasir, dan teripang laut dan unggulan lainnya yang ada.
• Para pengelola usaha perlu membuat pembukuan keuangan yang lebih baik, agar dapat digunakan sebagai acuan dalam perbaikan usahanya.
• Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang kualitas air, teknik budidaya yang lebih efektif dan efisien, serta teknologi pengolahan teripang sehingga menunjang kemajuan usaha dan dapat meningkatkan jumlah pendapatan.
• Perlu adanya penambahan dan penguatan dana/modal bagi kelompok tani dan mengefektifkan dana tersebut untuk pengembangan dan perbaikan usaha. Budidaya yang disertai dengan pemantauan oleh pihak penyedia dana itu sendiri.
• Dalam pelaksanaan rencana usaha baik pengembangan, perbaikan maupun usaha baru perlu didampingi oleh tenaga ahli budidaya perikanan.
• Perlu adanya perhatian/respon yang lebih lebih serius lagi dari pemerintah khusus-nya sektor perikanan, dengan memberikan pembinaan tidak hanya kepada kelompok tani yang telah mendaftar saja mengingat masih banyaknya kelompok pemula yang belum tertangani.
• Perlu adanya evaluasi setiap akhir tahun terhadap program pemerintah, baik hasil penyuluhan, pembinaan, penguatan modal, apa sudah efektif dan efisien

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous, 2004.
2. Balai Informasi Penyuluh Pertanian Magelang; Departemen Pertanian,
3. http://www.deptan.go.id, Maret 2001
4. http://www.nganjuk.go.id /ina/maintengah.php? id=11
5. Kasmir dan Jakfar, 2003.
7. Murtidjo Bambang A, 2001.
8. Prihartono R. Eko, 2004