Biologi Karang

Menurut Suharsono (1996) karang termasuk binatang yang mempunyai sengat atau lebih dikenal sebagai cnida (cnida=jelata) yang dapat menghasilkan kerangka kapur didalam jaringan tubuhnya. Karang hidup berkoloni atau sendiri, tetapi hampir semua karang hermatipik hidup berkoloni dengan berbagai individu hewan karang atau polip (Nybakken, 1992).

Terbentuknya terumbu karang merupakan proses yang lama dan kompleks. Proses diawali dengan terbentuknya endapan masif kalsium karbonat yang terutama dihasilkan oleh oleh hewan karang dari filum Cnidaria, kelas anthozoa, ordo Sclerectinia dengan sedikit tambahan alga berkapur dan organisme lain yang juga menghasilkan kalsium karbonat yang disebut terumbu (Nybakken, 1992). Binatang karang memperoleh nutrien utama dari alga yang bersimbiosis di dalamnya (endosimbiotic algae) yaitu algae dari genus Gymnodium yang dikenal dengan sebutan zooxanthellae.

Algae ini hidup di dalam polip karang dan membutuhkan cahaya matahari untuk berfotosintesis (Suharsono,1996). Zooxanthellae memegang peranan penting dalam menjaga dan mendaur ulang nutrien yang dihasilkan sebagai sisa metabolisme karang. Selama proses fotosintesis oleh zooxanthellae, karang hermatipik mensekresikan dan mendepositkan karang dua sampai tiga kali lebih cepat pada daerah terang dari pada daerah gelap (Veron,1986 dalam mawardi 2003).

Karang lunak dalam ekosistem terumbu karang menempai urutan kedua setelah karang keras. Peranannya selain sebagai salah satu hewan penyusun ekosistem terumbu karang, juga sebagai pemasok senyawa karbonat yang berguna bagi pembentukan terumbu. (Konishi dalam Manuputty, 1990). Tubuh Alcyonaria lunak, tetapi disokong oleh sejumlah besar duri-duri berukuran kecil, kokoh, dan tersusun sedemikian rupa hingga tubuh Alcyonaria lentur dan tidak mudah putus.

Duri-duri ini mengandung kalsium karbonat dan disebut spikula. Sepintas hewan ini tampak seperti tumbuhan karena bentuk koloninya yang bercabang-cabangseperti pohon dan dan melekat pada substrat yang lunak. Karang lunak dapat melumpuhkan hewan-hewan disekitarnya yang terutama karang keras dalam berkompetisi mempertahankan ruang lingkupnya. Mekanisme mematikan dilakukan dengan cara mengeluarkan zat beracun yang terdiri dari senyawa terpen. Belakangan senyawa ini dapat digunakan dalam bidang farmasi sebagai antibiotik, anti jamur, dan senyawa anti tumor, sedang bagi karang lunak itu sendiri sebagi penangkal serangan predator, dan berperan dalam proses reproduksi (Coll dan Sammarco dalam Mannuputty, 1986).

 Daftar pustaka lihat klik disni