Berkala Ilmiah Mahasiswa Kebidanan Indonesia Vol 1

Loader Loading...
EAD Logo Taking too long?

Reload Reload document
| Open Open in new tab

Download [1.36 MB]

B I M A B I Vol. I No. 1 Oktober 2012 [1] HUBUNGAN PENGASUHAN DI TEMPAT PENITIPAN TERHADAP
PERKEMBANGAN PSIKOMOTOR, BAHASA DAN SOSIAL PADA
ANAK USIA 1-5 TAHUN DI TPA BERINGHARJO YOGYAKARTA
2004
Inayah Nurhidayati
S2 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang – Indonesia
ABSTRAK
Seorang anak adalah harapan orang tua yang berharga. Dalam rangka untuk mendapatkan anak yang
sehat dan cerdas dan sesuai dengan pertumbuhan mereka, anak-anak perlu harus dipenuhi baik untuk fisik,
psikologis, kebutuhan sosial dan spiritual. Kelahiran anak menjadi masalah bagi seorang ibu yang bekerja
sehingga ada pusat penitipan siang hari banyak anak-anak yang terjadi baru-baru ini yang diharapkan bisa
menggantikan peran orang tua sementara.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan pusat penitipan anak untuk anak-anak
dengan perkembangan psikomotorik, bahasa dan sosial anak 1-5 tahun.
Penelitian ini merupakan penelitian korelasi yang menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi
adalah anak 1-5 tahun yang terdiri dari 21 anak yang dititipkan di tempat penitipan Beringhardjo dan instrumen
yang digunakan adalah lembar observasi dan lembar DDST serta kuesioner. Analisis data menggunakan teknik
Rank Spearman untuk pengembangan observasi dan anak (DDST).
Hasil analisis menunjukkan bahwa perawatan yang paling dominan adalah perawatan yang buruk,
sesuai dengan hasil observasi (disebut DDST) dan perkembangan anak yang dominan adalah normal, dan
ada hubungan yang signifikan untuk perawatan di pusat penitipan anak dari aspek pribadi sosial dengan
pengembangan pengobatan sosial anak, namun pribadi untuk motorik halus, bahasa dan motorik kasar tidak
memiliki hubungan dengan perkembangan motorik halus, bahasa dan motorik kasar anak sehingga dapat
disimpulkan bahwa perawatan di pusat penitipan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perkembangan
anak.
Kata Kunci: perawatan, perkembangan anak
ABSTRACT
A child is a valuable expectation of parents. In order to obtain a healthy and smart children and suitable
with their growth, children need should be fulfilled either for physical, psychological, social and spiritual needs.
Child birth becomes a problem for a working mother so that there are many day care center for children occurred
recently that is expected could replace the role of parents temporarily. The aim of this research was to find out
how is the relationship of day care center for children with the development of psychomotor, language and social
of 1-5 years old children.
This was a correlation research that used cross sectional approach. The population was 1-5 years old
children that consisted of 21 children who were entrusted in Beringhardjo day care center and the instrument
being used was observation sheet and DDST sheet as well as questioner. Data analysis used technique of
Spearman’s Rank for observation and child development (DDST).
The analysis result showed that the most dominant care was bad care, suitable with the result of
observation (referred to DDST) and the dominant child development was normal, and there was a significant
relationship for care in the day care center from the aspect of personal social with the development of child
personal social, and yet treatment for soft motoric, language and rough motoric did not have relationship with
the development of soft motoric, language and rough motoric of children so that it could be concluded that care
in the day care center did not have significant relationship with the child development.
Keyword: care, child development
>> Artikel original BIMABI
BERKALA ILMIAH MAHASISWA KEBIDANAN INDONESIA
LATAR BELAKANG PENELITIAN
Seorang anak merupakan harapan orang tua.
Sebagai generasi penerus dan tumpuan masa depan
bangsa. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, anak
memerlukan peran orang dewasa baik itu orang tuanya,
ataupun orang lain untuk memenuhi kebutuhannya seperti
kebutuhan makan, perawatan, pendidikan, bimbingan,
perasaan aman dan pencegahan penyakit. Perkembangan
bagi setiap anak sebagai individu mempunyai sifat
yang unik. Maksudnya bahwa masing-masing individu
berkembang dengan cara-cara tertentu. Kerinduan akan
kehadiran anak telah terusik oleh bayang-bayang hantu
kesibukan. Bayangan kesibukan merawat dan mengasuh
menjadi ancaman rutinitas pabrik atau kantor tempat
bekerja, khususnya bagi para ibu/ perempuan yang
bekerja.
Permasalahannya adalah bagaimana pengasuhan
yang dilakukan oleh orang tua yang bekerja, yang
mempunyai anak di bawah lima tahun, yang seharusnya
masih sangat memerlukan perhatian dan kasih sayang dari
orang tuanya, untuk memantau setiap pertumbuhan dan
perkembangan anak tersebut. Melihat peluang tersebut,
maka sekarang ini banyak muncul tempat penitipan anak
yang menawarkan memelihara dan mengasuh anak yang
ditinggalkan selama ibunya bekerja. Salah satu faktor
yang mempengaruhi perkembangan anak adalah faktor
lingkungan, antara lain lingkungan sosial. Pengasuhan
anak di tempat penitipan anak ikut masuk dalam faktor
lingkungan sosial tersebut.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
analitik yang menggunakan rancangan secara cross
sectional, karena subyek penelitian diukur dalam waktu
bersamaan, populasi dan sampel penelitian adalah semua
anak yang berada di TPA Beringhardjo Yogyakarta, yang
berusia 1 sampai 5 tahun. Kriteria inklusi yaitu semua
anak usia 1-5 tahun yang dititipkan di TPA Beringhardjo,
mempunyai orang tua dan yang lama penitipan lebih dari
3 bulan.
Variabel dalam penelitian ini adalah pengasuhan
anak di tempat penitipan sebagai variabel bebas, dan
perkembangan psikomotor, bahasa dan sosial anak usia
1-5 tahun sebagai variabel tergantung. Metode yang
digunakan untuk pengambilan data penelitian ini adalah
dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
kepada pengasuh dan anak yang ada di TPA Beringhardjo.
Untuk semua variabel, peneliti dibantu oleh pengamat
lain, termasuk juga untuk lembar DDST. Untuk lembar
kuesioner orang tua peneliti melakukan wawancara
pada orang tua dan sebagian orang tua mengisi langsung
kuesionernya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gambaran TPA Beringhardjo Yogyakarta
TPA Beringhardjo Yogyakarta berdiri sejak
tahun 1994, merupakan milik Pemerintah Kota
Yogyakarta, dikelola oleh TPPKK Kota Yogyakarta.
TPA Beringhardjo mulai buka pada pukul 7.30
sampai dengan 15.30,. Untuk pembagian kerja
pengasuh disesuaikan dengan tugasnya masingmasing,
yaitu ada yang bertugas memasak,
memandikan dan membersihkan ruangan. Tidak
ada pembagian kerja khusus pengasuhan anak yang
sesuai dengan kategori umur anak. Setiap bulan
ada petugas kesehatan dari puskesmas yang datang
untuk melakukan pemeriksaan berat badan pada
anak- anak.
Segala sarana yang terdapat di TPA Beringardjo,
sangat lengkap dan berkualitas cukup bagus. Dari
meja kursi untuk anak, tempat tidur anak, peralatan
makan harian anak, peralatan obat-obatan untuk
pertolongan pertama, serta terutama alat bermain
(APE).
2. Karakteristik Pengasuh di TPA Beringharjo
a. Jumlah pengasuh
Pengasuh yang terdapat di TPA Beringhardjo
Yogyakarta berjumlah 5 orang. Dari 4 orang ini
termasuk pimpinan harian, bagian memasak,
bagian kebersihan. Hanya saja pada saat
penelitian dilakukan, pengasuhnya ada yang
cuti karena melahirkan.
b. Lama bekerja
Untuk pimpinan harian sudah mengabdikan diri
sejak TPA Beringhardjo ini berdiri. Akan tetapi
untuk kedua pengasuh yang lain berkisar antara
3-4 tahun, dan yang seorang pengasuh lagi
masih baru, sekitar 2 bulan.
c. Pendidikan
Tabel 1. Pendidikan pengasuh
Lama bekerja
Jumlah
Frekuensi Prosentase
SMA 1 25
SMP 3 75
Jumlah 4 100
B e r k a l a I l m i a h M a h a s i s w a K e b i d a n a n I n d o n e s i a
B I M A B I Vol. I No. 1 Oktober 2012 [2] Karakteristik Anak
1. Umur Anak
Tabel 2. Distribusi Jumlah Anak usia 1-5 tahun
Anak usia
Jumlah
Frekuensi Prosentase
12-24 bulan 3 0,14
25-36 bulan 2 0,10
37-48 bulan 9 0,43
49-60 bulan 7 0,33
Jumlah 21 100
2. Jenis Kelamin Anak
Tabel 3. Distribusi Jenis Kelamin Anak usia 1-5 tahun
Jenis kelamin
Jumlah
Frekuensi Prosentase
Laki-laki 13 61,9
perempuan 8 38,1
jumlah 21 100
3. Pekerjaan Orangtua
Tabel 4. Distribusi Pekerjaan Orang Tua dari Anak
yang dititipkan
Jenis Pekerjaan
Orang Tua
Jumlah
Frekuensi Prosentase
PNS/TNI 4 19,0
Pedagang 8 38,1
Karyawan swasta 9 42,9
Jumlah 21 100
4. Pengasuhan dan perkembangan dari pengamat I dan II
Dari pengasuhan personal sosial yang terbanyak adalah
pengasuhan yang tidak baik dan pada perkembangan
anak didapatkan perkembangan personal sosial
anak normal yaitu 42,9 % untuk pengamat 1 dan 2.
pengasuhan pada motorik halus yang banyak adalah
pengasuhan tidak baik, tetapi perkembangan motorik
halus anak normal yaitu didapatkan angka 38,1% dan
33,3%. pengasuhan yang terbanyak adalah pengasuhan
yang tidak baik tetapi perkembangan bahasa anak
normal, yaitu 42,9% dan 38,1%, pengasuhan motorik
kasar yang terbanyak adalah pengasuhan yang tidak
baik, akan tetapi perkembangan motorik kasar anak
normal yaitu 61,9% dan 66,7%, pengasuhan dari
keseluruhan bahwa pengasuhan yang ada di TPA
Beringhardjo adalah pengasuhan tidak baik, akan
tetapi poerkembangan anak yang dominan adalah
normal yaitu didapatkan angka 33,3% baik pengamat
1 dan pengamat 2.
5. Kuesioner Orang Tua
Para orang tua yang melaksanakan pengasuhan
dengan baik lebih besar yaitu 66,7% dibandingkan
dengan yang tidak baik yaitu sebesar 33,3%.
6. Hubungan Penerapan Pengasuhan Pada Aspek
Perkembangan Personal Sosial Dengan Aspek
Perkembangan Personal Sosial Pada Anak TPA
Beringhardjo
Tabel 5. Hubungan Pengasuhan untuk perkembangan
personal sosial dari pengamat 1 dan 2
dengan hasil DDST untuk personal
sosial
Korelasi variabel r p keterangan
Pengasuhan untuk
personal sosial dari
pengamat 1 dengan
perkembangan personal
sosial
0,442 0,045 Ada
hubungan
bermakna
Pengasuhan untuk
personal sosial dari
pengamat 2 dengan
perkembangan personal
sosial
0,442 0,045 Ada
hubungan
bermakna
7. Hubungan Penerapan Pengasuhan Pada Aspek
Perkembangan Motorik Halus Dengan Aspek
Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Di TPA
Beringhardjo
Tabel 6. Hubungan Pengasuhan untuk perkembangan
motorik halus dari pengamat 1 dengan
hasil DDST untuk perkembangan
motorik halus anak
Korelasi variabel r p keterangan
Pengasuhan motorik halus
dari pengamat 1 dengan
perkembangan motorik
halus
0,219 0,340 Hubungan
tidak
bermakna
Pengasuhan motorik halus
dari pengamat 2 dengan
perkembangan motorik
halus
-0,010 0,967 Hubungan
tidak
bermakna
8. Hubungan Penerapan Pengasuhan Dari Aspek
Perkembangan Bahasa dengan Aspek Perkembangan
Bahasa Pada Anak Di TPA Beringhardjo
Inayah N. Hubungan Pengasuhan Di Tempat Penitipan Terhadap Perkembangan
B I M A B I Vol. I No. 1 Oktober 2012 [3] Tabel 7. Hubungan Pengasuhan untuk perkembangan
bahasa dari pengamat 1 dan 2 dengan
hasil DDST untuk perkembangan
bahasa anak
Korelasi
variabel
r p Keterangan
Pengasuhan
untuk bahasa
dari pengamat
1 dengan
perkembangan
bahasa anak
0,088 0,704 Hubungan
tidak
bermakna
Pengasuhan
untuk bahasa
dari pengamat
2 dengan
perkembangan
bahasa anak
-0,281 0,218 Hubungan
tidak
bermakna
9. Hubungan Penerapan Pengasuhan Dari Aspek
Perkembangan Motorik Kasar dengan Aspek
Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Di TPA
Beringhardjo
Tabel 8. Hubungan Pengasuhan untuk perkembangan
motorik kasar dari pengamat 1 dengan
hasil DDST untuk perkembangan
motorik kasar anak
Korelasi
variabel
r p Keterangan
Pengasuhan
untuk motorik
kasar dari
pengamat
1 dengan
perkembangan
motorik kasar
-0,228 0,320 Hubungan
tidak
bermakna
Pengasuhan
untuk motorik
kasar dari
pengamat
2 dengan
perkembangan
motorik kasar
-0,198 0,390 Hubungan
tidak
bermakan
10. Hubungan Dari Penerapan Pengasuhan dari Semua
Aspek Perkembangan dengan Aspek Perkembangan
Pada Anak Di TPA Beringhardjo
Tabel 9.Hubungan Pengasuhan untuk perkembangan
secara keseluruhan dari pengamat
1dengan hasil DDST untuk
perkembangan anak
Korelasi variabel r p Keterangan
Pengasuhan
dari pengamat
1 dengan
perkembangan
anak
0,112 0,630 Hubungan
t i d a k
bermakna
Pengasuhan
dari pengamat
2 dengan
perkembangan
anak
-0,030 0,899 Hubungan
t i d a k
bermakna
PEMBAHASAN
Untuk pengasuhan pada aspek personal soaial
baik dari pengamat 1 dan pengamat 2 didapatkan hasil
bahwa pengasuhan yang tidak baik lebih banyak dari
pada yang baik, yaitu sebesar 71,4%. Sedangkan untuk
pengasuhan dari aspek motorik kasar juga yang tidak
baik lebih dominan yaitu sebesar 66,7% dan 71,4%.
Pada pengasuhan aspek bahasa yang lebih besar adalah
pengasuhan tidak baik yaitu sebesar 71,4%. Untuk aspek
motorik kasar pengasuhan yang tidak baik sebesar 76,2%
dan 81,0%. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengasuhan
yang dilakukan oleh pengasuh di TPA Beringhardjo
Yogyakarta adalah tidak baik yaitu sebesar 71,4% dan
76,2%.
Perkembangan anak yang ada di TPA
Beringhardjo, untuk perkembangan personal sosial
didapatkan hasil bahwa anak yang personal sosialnya
normal lebih banyak yaitu sebesar 47,6%, untuk
perkembangan motorik halus yang normal sebesar
47,6%, perkembangan bahasa yang terbanyak juga yang
normal yaitu sebesar 57,1% dan untuk perkembangan
motorik kasar yang terbesar juga perkembangan normal,
yaitu sebesar 85,7%. Sehingga dapat dikatakan bahwa
perkembangan anak di TPA Beringhardjo yang terbanyak
adalah normal, yaitu sebesar 42,9%.
Setelah dilakukan analisis ternyata menunjukkan
bahwa dari semua hubungan antara pengasuhan anak
ditempat penitipan dengan perkembangan anak, baik
mulai dari per aspek perkembangan (personal sosial,
motorik halus, bahasa dan motorik kasar) sampai dengan
keseluruhan aspek perkembangan didapatkan hasil
B e r k a l a I l m i a h M a h a s i s w a K e b i d a n a n I n d o n e s i a
B I M A B I Vol. I No. 1 Oktober 2012 [4] hubungan yang bermakna hanya untuk pengasuhan
pada personal sosial dengan perkembangan personal
sosial anak, yaitu didapatkan nilai r sebesar 0,442 dan
nilai p sebesar 0,045 (baik pengamat 1 dan pengamat 2),
hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa perkembangan
memerlukan stimulasi/rangsangan baik itu dari keluarga
maupun orang lain disekitarnya misal pengasuh.
(Soetjiningsih,2002) sedangkan untuk pengasuhan dari
aspek motorik halus, bahasa dan motorik kasar ternyata
didapatkan bahwa pengasuhan selama anak dititipkan
di tempat penitipan tidak mempunyai hubungan yang
bermakna dengan perkembangan anak. Pada penelitian
Eviana, 1998 didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan
perkembangan psikomotor, bahasa dan sosial antara anak
prasekolah yang dititipkan di TPA dengan yang tidak
dititipkan, baik itu ibunya bekerja mupun tidak bekerja.
Pada ilmu kesehatan anak dikatakan bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi perkembangan pada seorang
anak adalah lingkungan, meskipun lingkungan itu
sendiri terbagi dalam faktor lingkungan saat prenatal,
natal dan post natal (Soetjiningsih, 1995) Untuk itu
bahwa perkembangan seorang anak tetap dipengaruhi
oleh banyak faktor, dan faktor tersebut merupakan suatu
rangkaian yang tidak bisa dipisahkan, saling terkait
antara satu dengan yang lainnya.
KESIMPULAN
Hubungan pengasuhan pada anak yang dititipkan
di tempat penitipan dengan perkembangan psikomotor,
bahasa dan sosial anak usia 1-5 tahun, dapat disimpulkan
bahwa pengasuhan yang dilakukan oleh pengasuh di
tempat penitipan tidak baik apabila mengacu dari DDST,
perkembangan anak yang dititipkan di tempat penitipan
mempunyai karakteristik perkembangan yang berbedabeda,
baik itu mula perkembangan personal sosialnya,
motorik halusnya, bahasa dan motorik kasarnya.
Pengasuhan yang dilakukan oleh pengasuh di tempat
penitipan baik itu pengasuhan aspek personal sosial,
mempunyai hubungan dengan perkembangan personal
sosial anak, sedangkan untuk pengasuhan motorik
halus, bahasa dan sosial tidak mempunyai hubungan
yang bermakna dengan perkembangan motorik halus,
bahasa dan motorik kasar anak. Dan untuk pengasuhan
dari keseluruhan tidak mempunyai hubungan yang
bermakna dengan perkembangan anak. Untuk itulah
bahwa perkembangan anak yang dititipkan tidak sematamata
karena pengaruh pengasuhan dari pengasuh saja
akan tetapi juga dari faktor-faktor yang lainnya yaitu
faktor genetika dan lingkungan secara menyeluruh, yang
kesemua faktor itu tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya, saling berkaitan dan berkesinambungan.
SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan
sehubungan dengan penelitian ini adalah perlunya
perbaikan pengasuhan dalam arti pemberian rangsangan/
stimulasi yang tepat dan sesuai dengan tugas
perkembangan anak oleh pengasuh dan pembagian tugas
yang sesuai dengan usia anak sehingga pengasuhan
yang diberikan benar-benar sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak termasuk pemanfaatan APE oleh
anak dan pengasuh. Perlu adanya petugas kesehatan
yang secara kontinyu memberikan bimbingan dan
arahan kepada pengasuh tentang rangsangan/ stimulasi
kepada anak sehingga dalam memberikan pengasuhan
sesuai dengan pedoman tumbuh kembang anak. Perlunya
pemerataan pelatihan kepada pengasuh untuk pendidikan
anak di TPA sehingga semua pengasuh mempunyai
pengetahuan untuk memberikan pendidikan kepada anak
di TPA, termasuk juga pembinaan oleh tim penggerak
PKK Kota Yogyakarta. Perlunya diteliti tentang faktorfaktor
yang mempengaruhi perkembangan anak di tempat
penitipan secara menyeluruh yaitu faktor genetika dan
lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Denver, Denver II, Training Manual, second edition
Colorado: Denver Developmenttal Maerials,
Incorporoted
Djumiati dan Sudarwati, R., 2003, Analisis Kebutuhan
Tempat Penitipan Anak (TPA) bagi Pekerja
Wanitia Perusahaan Pengolahan di
Kotamadya Malang, http://hub.indonesiadln.
org/go.php?id=jiptunmerpp-gdl-resdjumiati2c-
6312-anak&q=persepsi
Ekowarni, E., 1997, Pola Interaksi antara Orang Tua dan
Anak dalam Seminar Nasional Pengkajian
dan Pengamatan Tumbuh Kembang
Anak, Yogyakarta: Pusat Pengkajian dan
Pengamatan Tumbuh Kembang Anak
Gamayanti, I.L, 1997, Perkembangan Anak dalam
Pelatihan Deteksi Dini Penyimpangan
dan Pemantauan Tumbuh kembang Anak,
Yogyakarta
Inayah N. Hubungan Pengasuhan Di Tempat Penitipan Terhadap Perkembangan
B I M A B I Vol. I No. 1 Oktober 2012 [5] Haksari, E.L., 1994, Tata Laksana dan Administrasi
Tempat Penitipan Anak, dalam Semiloka
Taman Penitipan Anak, Taman Penitipan
Anak sebagai Wahana Mencapai Tumbuh
kembang Anak yang Optimal, Yogyakarta
Hurlock, B.E, 1978, Perkembangan Anak, jilid 2, Jakarta;
Erlangga
Ismail, D., 1994, Taman Penitipan Anak dalam Semiloka
Taman Penitipan Anak, Taman Penitipan
Anak sebagai Wahana Mencapai Tumbuh
kembang Anak yang Optimal, Yogyakarta
Ismail, D., 1993, Morbiditas dan Tumbuh Kembang
Anak yang Diasuh di Taman Penitipan Anak,
Lab IKA:FK UGM
Jamila, 2002, Thesis, Pengaruh Peran Orang Tua (karir)
Terhadap Tumbuh Kembang Anak usia 1-3
tahun di Play Group Permata Bunda Malang,
admdigilib@unmer.ac.id 300304 03.00pm
Markum, A.H, Ismael, S., Alatas, H., Akib, A.,
Firmasnsyah, A., Sastroasmoro, S., 1991,
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Narendra, M.B., Sularyo, T.S., Soetjiningsih, Suyitno, H.,
Ranuh, IG.N.G, 2002, Buku Ajar I Tumbuh
Kembang Anak dan Remaja edisi 1, Jakarta :
Sagung Seto
Nelson, E.W,1999, Ilmu Kesehatan Anak, Vol.1, edisi 15,
Jakarta: EGC
Soetjiningsih, 1998, Tumbuh Kembang Anak,
Jakarta:EGC
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Buku
Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, jakarta: Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FKUI
Sunartini, 1997, Upaya Pemberdayaan Masyarakat
dalam Deteksi Dini, Stimulasi dan
Pemantauan Gangguan Tumbuh kembang
Anak dalam Seminar Nasional Pengkajian
dan Pengamatan Tumbuh Kembang
Anak, Yogyakarta: Pusat Pengkajian dan
Pengamatan Tumbuh Kembang Anak
B e r k a l a I l m i a h M a h a s i s w a K e b i d a n a n I n d o n e s i a
B I M A B I Vol. I No. 1 Oktober 2012 [6] B I M A B I Vol. I No. 2 Oktober 2012 [1] KHASIAT EKSTRAK ETANOL RIMPANG DLINGO
(Acorus calamus L.) SEBAGAI ANTI JAMUR Candida albicans
Laili Nur Azizah, Elisa Kikita
S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang – Indonesia
ABSTRAK
Keputihan merupakan penyakit yang sudah sejak lama dihadapi oleh semua wanita di dunia termasuk
Indonesia. Keputihan ini ada dua macam, yaitu keputihan fisiologis yang terjadi pada masa subur dan sebelum
serta sesudah menstruasi dan keputihan ini terjadi secara wajar serta tidak membahayakan wanita. Sedangkan
yang kedua yaitu keputihan patologis yaitu keputihan yang terjadi bukan karena respon dari tubuh secara normal
sehingga keputihan ini membahayakan bagi wanita. Salah satu penyebab terjadinya keputihan patologis ini yang
terbanyak diakibatkan oleh jamur Candida albicans. Rimpang dlingo meupakan tanaman herba menahun yang
banyak memiliki manfaat terutama untuk pengobatan secara tradisional. Tanaman Rimpang dan daun dlingo
(acorus calamus) mengandung saponin dan flavonoida, di samping rimpangnya mengandung minyak atsiri dan
etanol. Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol pada tanaman dapat menghasilkan aktivitas antijamur
yang tinggi terhadap C. albicans8. Selain itu, Afita (2005) menunjukkan bahwa ekstrak etanol rimpang dlingo
mempunyai daya antijamur terhadap Candida albicans. Pemanfaatan kandungan etanol atau yang biasa dikenal
dengan alkohol sebagai antijamur Candida albicans ini juga dapat mengubah paradigma masyarakat tentang
alcohol itu sendiri. Sehingga alkohol tidak hanya dimanfatkan sebagai minuman keras saja tetapi zat yang
banyak didapatkan di alam ini juga dapat dimatfaatkan di bidang medis.
Kata Kunci: keputihan, Candida albicans, ekstrak etanol, rimpang dlingo
ABSTRACT
Leucorrhoea is a disease that has long faced by all women in the world, including Indonesia. Whitish
There are two kinds of physiological discharge that occurs during the fertile period and before and after
menstruation and vaginal discharge is occurring naturally and not harm her. While the second is the pathological
whitish vaginal discharge is not due to the response of the body’s normal that discharge harmful for women.
One of the causes is the most pathological vaginal discharge caused by the fungus Candida albicans. Rhizome
dlingo Brazilians chronic herb that has many benefits, especially for traditional treatment. Plants Rhizome and
leaves dlingo (Acorus Calamus) contain saponins and flavonoids, in addition to the rhizome contains essential
oils and ethanol. Research shows that the ethanol extract of the plant can produce a high antifungal activity
against C. albicans8. In addition, AFITA (2005) showed that the ethanol extract of the rhizome has power dlingo
antifungals against Candida albicans. Use of the content of ethanol or alcohol commonly known as Candida
albicans antifungal also can change the paradigm of alcohol itself. So that not only dimanfatkan alcohol as
liquor alone but many substances found in nature can also be used in the medical field.
Keyword: leucorrhoea, Candida albican, ethanol extract, Rhizome dlingo
>> Review BIMABI
BERKALA ILMIAH MAHASISWA KEBIDANAN INDONESIA
PENDAHULUAN
Keputihan adalah suatu hal yang sudah tidak
asing lagi di kalangan wanita, karena masalah keputihan
ini sudah sejak lama dihadapi oleh kaum wanita di
seluruh dunia terutama Indonesia, baik yang diakibatkan
oleh respon fungsi tubuh yang normal maupun akibatakibat
lain yang bukan respon dari tubuh1.
Menurut dr. Sugi Suhandi, spesialis Kebidanan
dan Penyakit Kandungan RS Mitra Kemayoran Jakarta,
keputihan (flour albus) adalah cairan yang berlebihan
yang keluar dari vagina. Keputihan bisa bersifat
fisiologis (dalam keadaan normal) namun bisa juga
bersifat patologis (karena penyakit). Dan keputihan tidak
mengenal batasan usia. Berapa pun usia seorang wanita,
bisa terkena keputihan2. Keputihan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu keputihan fisiologis dan keputihan
patologis. Pada keputihan patologis terjadi bukan karena
respon tubuh secara normal. Keputihan jenis ini harus
diwaspadai karena dapat mengakibatkan salah satu
indikasi gejala adanya kanker leher rahim.Oleh karena
itu, keputihan patologis harus dicari penyebabnya dan
sebisa mungkin untuk diobati sejak dini2.
Ada beberapa penyebab yang dapat
menimbulkan keputihan, salah satunya adalah
dikarenakan jamur Candida albicans. Candida albicans
dapat ditemukan di mana-mana sebagai mikroorganisme
yang menetap di dalam saluran yang berhubungan
dengan lingkungan luar manusia (rektum, rongga mulut
dan vagina).
Melimpahnya sumber daya alam di Indonesia
tidak lepas dari iklim tropis di Indonesia.Banyak
flora yang bisa dimanfaatkan sebagai tanaman herbal.
Salah satunya adalah Rimpang dlingo.Rimpang dlingo
mengandung minyak yang bernilai serba guna seperti
campuran dalam industri makanan dan minuman, bahan
penyedap, pewangi, deterjen, sabun, dan krem kecantikan
(Onasis, 2001).
Berdasarkan penelitian-penelitian terakhir ini
diketahui bahwa senyawa yang terkandung dalam minyak
atsiri rimpang dlingo yang diduga kuat mempunyai
aktivitas antijamur (Asha and Deepak, 2009). Penelitianpenelitian
terdahulu menunjukkan rimpang dlingo
mempunyai aktivitas sebagai antibakteri, antijamur dan
insektisida (Motley, 1994).
Berdasarkan tinjauan di atas, rimpang dlingo
memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia.
Obat-obatan yang berasal dari alam harus dikembangkan
sehingga masyarakat indonesia tidak terpaku pada obatobatan
kimiawi saja. Obat herbal yang bersal dari alam
juga tidak memiliki efek samping seberat obat kimiawi.
PEMBAHASAN
Keputihan Patologis
Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat
genetalia yang bukan darah. Keputihan bukan penyakit
tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari
hampir semua penyakit kandungan (Manuaba,1998:385).
Menurut Manuaba (1998:386), pada keputihan patologis
cairan yang keluar mengandung banyak leukosit. Tandatanda
keputihan patologis antara lain cairan berwarna
kekuningan hingga kehijauan, jumlahnya banyak bahkan
bisa sampai keluar dari celana dalam, kental, lengket,
disertai bau yang tidak sedap atau busuk,terasa sangat
gatal atau panas, dan menimbulkan luka di daerah mulut
vagina, nyeri serta rasa sakit dan panas saat berkemih.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keputihan
patologis antara lain benda asing dalam vagina, infeksi
vaginal yang disebabkan oleh kuman, jamur, virus dan
parasit serta tumor, kanker dan keganasan alat kelamin
juga dapat menyebabkan terjadinya keputihan.
Dengan memperhatikan cairan yang keluar,
terkadang dapat diketahui penyebab keputihan.
Penyebab keputihan tersebut antara lain (dr. Gracia Dewi
Indrawati, 2007) : Jamur Candida atau Monilia, Parasit
Trichomonas vaginalis, Bakteri Gardnella, dan Virus.
Jamur Candida albicans.
Candida albicans merupakan jamur dimorfik
karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua
bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan
berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan
kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan
bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang
mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk
bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 μ x
3-6 μ hingga 2-5,5 μ x 5-28 μ . C. albicans memperbanyak
diri dengan membentuk tunas yang akan terus
memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk
dengan banyak kelompok blastospora berbentuk bulat
atau lonjong di sekitar septum. Pada beberapa strain,
blastospora berukuran besar, berbentuk bulat atau seperti
botol, dalam jumlah sedikit. Sel ini dapat berkembang
menjadi klamidospora yang berdinding tebal dan bergaris
tengah sekitar 8-12 μ4.
Candida albicans adalah suatu jamur lonjong
bertunas yang menghasilkan pseudomiselium baik dalam
biakan maupun dalam jaringan dan eksudat (Jawetz
dkk., 1986). C. albicans dapat tumbuh pada variasi pH
yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada
pH antara 4,5-6,5. C. albicans membutuhkan senyawa
B e r k a l a I l m i a h M a h a s i s w a K e b i d a n a n I n d o n e s i a
B I M A B I Vol. I No. 2 Oktober 2012 [2] organik sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk
pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur karbon
ini dapat diperoleh dari karbohidrat. Jamur ini merupakan
organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan
metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun
aerob4,5. Candida albicans dianggap spesies terpatogen
dan menjadi penyebab utama kandidiasis. Jamur ini
tidak terdapat di alam bebas, tetapi dapat tumbuh sebagai
saproba pada berbagai alat tubuh manusia, terutama
yang mempunyai hubungan dengan dunia luar, misalnya
pada vagina wanita. Selain itu, Candida albicans dapat
mengakibatkan infeksi dibeberapa tempat dalam tubuh
antara lain: mulut, genital wanita, kulit, kuku, paruparu
dan organ lain, kandidiasis mukokutan menahun
(Jawetz dkk., 1986). Pada wanita, C. albicans sering
menimbulkan vaginitis dengan gejala utama fluor albus
yang sering disertai rasa gatal. Infeksi ini terjadi akibat
tercemar setelah defekasi, tercemar dari kuku atau air
yang digunakan untuk membersihkan diri; sebaliknya
vaginitis Candida dapat menjadi sumber infeksi di kuku,
kulit di sekitar vulva dan bagian lain4. Telah dilaporkan
bahwa Candida sp. merupakan jamur yang paling banyak
ditemukan pada sekret vagina wanita yang mengalami
keputihan. Dari 100 spesies Candida yang berhasil
diisolasi, 50-60% nya adalah C. albicans8. Dilaporkan
bahwa 85-95% penyebab keputihan adalah C. albicans
(Wozniak, et all., 2002).
Berbagai kondisi yang menurunkan keasaman
vagina dan dapat meningkatkan resiko terkena infeksi
jamur vagina, seperti stress, kurang tidur, sakit, diet
yang buruk atau terlalu banyak makan makanan yang
mengandung gula, kehamilan, menstruasi, menggunakan
pil KB , menggunakan antibiotic, menggunakan obatobatan
steroid, penyakit seperti diabetes yang tidak
terkontrol atau infeksi HIV4
Infeksi dapat pula terjadi melalui hubungan
seksual, namun angka kejadiannya sangat jarang,
umumnya terjadi pada pria. Pada wanita, infeksi lebih
sering terjadi karena melemahnya sistem imun (Medic8®
Family Health Guide, 2007). Namun, faktor utama
penyebab candidosis vagina adalah masalah kebersihan.
Infeksi jamur dapat disebabkan oleh air kotor yang
digunakan untuk membersihkan vagina. Di samping
itu, pakaian dalam yang kotor atau tidak diganti secara
teratur juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi. Pakaian dalam ketat atau berbahan nilon
dapat menyebabkan vagina menjadi lembap sehingga
menyediakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan
jamur (Chu, J. H. K, 2007).
Tanaman Rimpang dlingo
Merupakan tanaman berntuk herba menahun
dengan tinggi sekitar 75 cm, batang pendek berbentuk
rimpang, Daun tunggal berbentuk lanset, pertulangan sejajar,
panjang sekitar 60 cm, berbunga majemuk, bentuk
bongkol, ujung meruncing, panjang 20-25 cm, di ketiak
daun, tangkai sari.panjang ± 26. Tanaman ini tersebar di
hamper seluruh pelosok negeri. Daerah-daerah yang banyak
diemukan rimpang dlingo seperti Jeurunger (Aceh),
Jerango (Gayo) Jerango (Batak), Jarianggu (Minangkabau),
Daringo (Sunda), Dlingo {Jawa Tengah) Jharango
(Madura), Jangu, Kaliraga (Flores), Jeringo (Sasak),
Kareango (Makasar), Kalamunga (Minahasa), Areango
(Bugis), Ai wahu (Ambon), Bila (Buru) 6.
Rimpang dlingo berkhasiat sebagai obat penenang,
obat lambung, obat limpa, bahan baku kosmetik (Syamsuhidayat
dan Hutapea, 1991), insektisida, demam nifas
(Depkes RI, 1978), antijamur, antibakteri, anthelmintik,
antidiare, antiulkus, antisekretori, sitoprotektif, antikonvulsan,
antihepatotoksik, antioksidan (Anonim, 2010),
allelopathic, anticellular dan immunosuppressive (Asha
and Deepak, 2009). Menurut penelitian Afita (2005)
ekstrak etanol rimpang dlingo juga berkhasiat sebagai
antijamur terhadap Candida albicans dengan KBM
0,25% b/v dan terhadap Trichophyton mentagrophytes
dengan KBM 2,0 % b/v3.
Rimpang dlingo mengandung minyak atsiri, flavonoid,
saponin (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991),
polifenol (Afita, 2005), gula, kolin, amilum (Anonim,
2010).Kandungan minyak atsirinya terutama α-asarone
dan β-asarone. Kandungan lain dari minyak atsiri adalah
caryophyllene, isoasarone, methyl isoeugenol dan safrol
(Asha and Deepak, 2009) 3 .Ekstrak Etanol pada Tanaman
Rimpang dlingo
Tanaman rimpang dlingo adalah sejenis tanaman
herba yang mempunyai banyak manfaat untuk pengobatan
karena tanaman ini mengandung saponon, flavonoida,
minyak astiri dan adanya zat etanol di dalamnya. Etanol
yang memiliki struktur kimia C2H5OH merupakan sejenis
alcohol yang paling sering digunakan pada kehidupan
sehari-hari. Etanol dapat ditemukan diberbagai tanaman
atau tumbuh-tumbuhan, salah satunya pada tanaman
rimpang dlingo. Etanol memiliki banyak manfaat,
walaupun banyak orang memandang bahwa etanol yang
kebanyakan dikenal dengan nama alcohol mempunyai
efek yang buruk bagi kesehatan manusia. Namun,
sebenarnya etanol atau alcohol ini apabila dikonsumsi
tidak berlebihan berfungsi untuk meredamkan rasa sakit,
Laili, Elisa Khasiat Ekstrak Etanol Rimpang Dlingo Sebagai Anti Jamur Candida albicans
B I M A B I Vol. I No. 2 Oktober 2012 [3] menutupi dan membersihkan luka, membersihkan badan,
serta melancarkan aliran darah.
Mekanisme Ekstrak Etanol Rimpang Dlingo sebagai
Antijamur Candida albicans
Jamur Candida albicans merupakan jamur yang
berkembang pada suhu yang lembab dan dikarenakan
lingkungan yang kurang bersih. Penelitian menunjukkan
bahwa ekstrak etanol pada tanaman dapat menghasilkan
aktivitas antijamur yang tinggi terhadap C. albicans8.
Selain itu, Afita (2005) menunjukkan bahwa ekstrak
etanol rimpang dlingo mempunyai daya antijamur
terhadap Candida albicans dengan kadar bunuh minimal
(KBM) 0,25 % b/v. Senyawa α-asarone dan β-asarone dari
minyak atsiri rimpang dlingo diduga kuat mempunyai
aktivitas antijamur (Asha and Deepak, 2009). Sehingga
keputihan patologis akibat adanya jamur Candida
albicans ini dapat diatasi.
Cara Pengolahan Ekstrak Etanol pada Rimpang
Dlingo serta Cara Pemberian Ektrak Etanol pada Wanita
sebagai Antijamur Candida albicans
Etanol banyak tersedia di berbagai tumbuhan,
salah satunya pada tanaman rimpang dlingo. Pengolahan
rimpang dlingo untuk mendapatkan kandungan zat
etanolnya dengan menggunakan metode ekstraksi. Proses
ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang diinginkan
dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut
yang dipilih dimana zat diinginkan larut (Ansel, 1989).
Ada beberapa metode yang dipakai untuk ekstraksi
yaitu metode maserasi, perkolasi, dan soxhletasi untuk
mengekstraksi atau penyarian bahan. Penelitian yang
dilakukan oleh kami dalam metode ekstraksi dlingo
yang digunakan adalah metode maserasi. Maserasi
digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung
zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung zat yang mudah mengembang dalam
cairan penyari, tidak mengandung benzoin dan stirak.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara
pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana
dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah
penyariannya lama dan penyariannya kurang sempurna
(Depkes RI, 1986).
Dalam penggunaannya, rimpang dlingo bisa
digunakan dengan berbagai cara, yaitu dalam bentuk
ramuan, salep, krim, minyak, maupun gel. Rimpang
dlingo dalam bentuk ramuan bisa dilakukan dengan
cara mengambil Rimpang dlingo kira kira sebesar telur
ayam kampong, dicuci bersih dipotong potong kecil,
direbus dalam panci email dengan 2 (dua) gelas air,
lalu dididihkan selama 15 menit, dan terakhir diminum
setengah gelas pagi dan sore hari6.
Menurut kami, cara yang paling efisien adalah
dalam bentuk gel. Dalam cara ini hanya dengan
pengambilan ekstrak etanol rimpang dlingo melalui
proses ekstraksi kemudian diolah dengan penambahan
bahan-bahan campuran untuk membentuk gel dan
diproses sehingga terbentuklah sediaan gel yang
diinginkan.
Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil
atau molekul organik yang besar terpenetrasi oleh suatu
cairan (Dirjen Badan POM RI, 1995). Sediaan bentuk
gel jarang dijumpai di pasaran dibandingkan bentuk
krim atau lotion padahal bentuk gel memiliki beberapa
keuntungan diantaranya tidak lengket, tidak mengotori
pakaian, mudah dioleskan, mudah dicuci, tidak
meninggalkan lapisan berminyak pada kulit, viskositas
gel tidak mengalami perubahan yang berarti selama
penyimpanan (Lieberman, 1989). Sediaan gel terdiri dari
bahan dasar dan zat tambahan. Salah satu bahan dasar
gel adalah aqupec. Aqupec adalah polimer asam akrilat
yang dapat meningkatkan viskositas pada konsentrasi
yang kecil, serta meningkatkan kestabilan gel (Carter,
1995). Aqupec sering digunakan dalam sediaan kosmetik
perawatan kulit10.
Penggunaan ekstrak etanol rimpang dlingo secara
langsung pada kulit tidak praktis dan tidak efektif. Oleh
karena itu, untuk memudahkan penggunaan ekstrak
etanol rimpang dlingo sebagai antijamur Candida
albicans perlu dibuat dalam bentuk sediaan gel agar
lebih cepat meresap ke dalam kulit.
Cara pemberian gel ini adalah dengan
mengoleskannya ke daerah vagina wanita pada bagian
labia mayora. Namun, sebelumnya vagina dibersihkan
terlebih dahulu untuk menghilangkan bakteri-bakteri
atau kotoran-kotoran yang masih terdapat di vagina.
Dosis yang diberikan lebih baik dipakai seperlunya saja,
sekitar 1 atau 2 kali sehari.
KESIMPULAN
1. Keputihan Patologis harus diwaspadai karena dapat
mengakibatkan salah satu indikasi gejala adanya
kanker leher rahim. Oleh karena itu, keputihan
patologis harus dicari penyebabnya dan sebisa
mungkin untuk diobati sejak dini
2. Ekstrak etanol rimpang dlingo mempunyai daya
antijamur terhadap Candida albicans dengan
kadar bunuh minimal (KBM) 0,25 % b/v. Senyawa
α-asarone dan β-asarone dari minyak atsiri rimpang
dlingo diduga kuat mempunyai aktivitas antijamur
B e r k a l a I l m i a h M a h a s i s w a K e b i d a n a n I n d o n e s i a
B I M A B I Vol. I No. 1 Oktober 2012 [4] 3. Pengambilan ekstrak etanol pada tanaman rimpang
dlingo dengan melalui metode maserasi untuk
kemudian diolah dalam bentuk gel
4. Cara pemberian ekstrak etanol dalam bentuk gel
diberikan dengan cara dioleskan ke daerah luar
vagina yaitu pada bagian labia mayora namun
sebelumnya vagina dibersihkan terlebih dahulu
SARAN
1. Perlu adanya pengembangan rimpang dlingo yang
lebih efektif dan efisien, mengingat masih kurangnya
perhatian untuk mengembangkan tanaman ini supaya
dapat dijadikan obat
2. Perlu adanya pengembangan dalam pengolahan
ekstrak etanol dari rimpang dlingo untuk dijadikan
produk-produk yang lebih beraneka ragam sebagai
obat keputihan
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Ir. H.R.B. Ainurrasyid, MS., selaku Pembantu Rektor
III bidang Kemahasiswaan
2. dr. Muhammad. Hanafi , MPH., selaku Pembantu
Dekan III Bidang Kemahasiswaan FKUB
3. Dr. Drh. Sri Muwarni, MP., selaku dosen pembimbing
yang bersedia membimbing penulis untuk menyusun
karya tulis ini
4. Semua pihak yang turut berperan dalam penyelesaian
karya tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA
Awas Keputihan Bisa Menyebabkan Kematian dan
Kemandulan. (Online)http://bidanku.
com/index.php?/Awas-Keputihan-bisa-
Mengakibatkan-Kematian-dan-Kemandulan.
(diakses 18 September 2011)
Dewi Indrawati, Gracia . 2007. Jangan Bermain-main
dengan Keputihan!. (Online) http://www.
tanyadokteranda.com/artikel/2007/05/janganbermain-
main-dengan-keputihan. (diakses 18
September 2011)
Nora Fatrotin, Ermila. 2010. FORMULASI SALEP
EKSTRAK ETANOL RIMPANG DLINGO
(Acorus calamus L.) DENGAN BASIS SALEP
LARUT AIR DAN LEMAK: SIFAT
FISIK DAN AKTIVITAS ANTIJAMUR
TERHADAP Candida albicans SECARA
IN VITRO . (Online) http://etd.eprints.ums.
ac.id/9004/2/K100060056.pdf. (diakses 18
September 2011)
Dian Hendrawati, Yosephine. 2009. Si Putih Oh Si Putih.
(Online) http://www.yosephine-dian-hendrawati-
078114110.pdf. (diakses 18 September
2011)
Cermin Dunia Kedokteran. Karakteristik Candida
albicans. (Online) http://www.smallcrab.com/
kesehatan/415-karakteristik-candida-albicans.
(diakses 18 September 2011)
Tanaman Obat : Khasiat/Manfaat Dlingo (ACORUS
CALAMUS L). 2011. (Online) http://
k i a t h i d u p s e h a t . c o m / t a n a m a n – o b a t –
khasiatmanfaat-dlingo-acorus-calamus-l/.
(diakses 18 September 2011)
(Online)http://medicastore.com/apotik_online/obat_
sal_kemih_&_kelamin/preparat_vaginal.htm.
2006. (diakses 18 September 2011)
(Online)http://obstetriginekologi.com/artikel/uji+aktivi
tas+fraksi+etanol+ekstrak+rimpang+dlingo.
html. 2011. (diakses 18 September 2011)
Tjitraresmi, Ami., Agung Fitri Kusuma, Sri., Rusmiati,
Dewi. 2010. Formulasi Dan Evaluasi
Sabun Cair Antikeputihan Dengan Ekstrak
Etanol Kubis Sebagai Zat Aktif. (Online)
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/
uploads/2011/09/pustaka_unpad_formulasi_
dan-evaluasi_sabun_cair.pdf. (diakses 18
September 2011)
Wathoni,Nasrul., Rusdiana,Taofik., Yunita Hutagaol,
Riny. 2009. Formulasi Gel Antioksidan
Ekstrak Rimpang Lengkuas (Alpinia galangal
L.Willd) dengan Menggunakan Basis Aqupec
505 H. (Online) http://farmasi.unpad.ac.id/
farmaka/files/2011/05/Formulasi-Gel-
Antioksidan-Ekstrak-Rimpang-Lengkuas.
pdf. (diakses 18 September 2011)
Laili, Elisa Khasiat Ekstrak Etanol Rimpang Dlingo Sebagai Anti Jamur Candida albicans
B I M A B I Vol. I No. 1 Oktober 2012 [5] B I M A B I Vol. I No. 3 Oktober 2012 [1] PEMANFAATAN ZAT LAKTAGOGUM PADA DAUN TAPAK LIMAN
(Elephantopus scaber L.) SEBAGAI ALTERNATIF MEMPERLANCAR
HORMON OKSITOSIN DALAM PENGELUARAN ASI EKSKLUSIF
Vivi Budiarti, Alifia Nurhidayati
S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang – Indonesia
ABSTRAK
Air Susu Ibu memenuhi seluruh kebutuhan biologis bayi, karena itulah sebaiknya anda mempertimbangkan
untuk menyusui bayi anda. Menyusui adalah cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi anda. Semua
unsure gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi normal ada didalamnya. Tanaman
tapak liman (Elephantopus scaber.L) merupakan salah satu tanaman obat tradisional. Kandungan zat kimia
yang terdapat pada ekstrak daun tapak liman (elephantopus scaber.L) berpotensi mempengaruhi hormone
oksitosin.
Kata Kunci: ASI, pengetahuan, tindakan, Elephantopus scaber, hormon oksitosin
ABSTRACT
Breast milk meets all the needs of a biological baby, that’s why you should consider breastfeeding your
baby. Breastfeeding is the best way to meet the nutritional needs of your baby. Breast milk is the most ideal food
for babies. All the nutrients needed for normal growth and development of infants were included. Tapak liman
(Elephantopus scaber. L) is one of traditional medicinal plants, which is contain several active compounds that
potentially affecting oxitosin hormone.
Keyword: breast milk, knowledge, action, Elephantopus scaber, oxitosin hormone
>> Review BIMABI
BERKALA ILMIAH MAHASISWA KEBIDANAN INDONESIA
LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki populasi yang semakin
hari semakin meningkat. Angka kelahiran lebih besar
daripada angka kematian. Secara normal, semua
orang ingin menikah dan memiliki keturunan. Tentunya
semua pasangan suami istri ingin memiliki
anak dan mengasuhnya dengan semaksimal mungkin.
Saat persalinan merupakan waktu penentu bagi bayi
untuk mendapatkan ASI yang optimal sebagai nutrisi yang
mampu memenuhi seluruh unsur gizi untuk perkembangan
bayi menjadi anak sehat dan cerdas (Purwanti, 2004).
Setiap tahun sekitar lima juta bayi lahir di
Indonesia. Jika mereka memperoleh ASI ekslusif selama
6 bulan, setidaknya bisa menghemat sekitar Rp 18 triliun.
Dana itu bisa digunakan untuk ongkos pendidikan.
Pemberian ASI ekslusif bukan hanya mengenai
hemat saja tetapi dibalik itu semua ada keajaiban yang
luar biasa. Salah satunya adalah mengurangi angka
kematian pada bayi. Sebuah penelitian menyebutkan
menyusui pada satu jam setelah melahirkan dapat
menyelamatkan 1,3 juta bayi (BKKBN, 2011).
ASI tidak telalu banyak diproduksi pada
saat tersebut karena memang pada saat itu bayi tidak
membutuhkan terlalu banyak ASI. Pada hari 1 – 5, ASI
hanya keluar sekitar 1 cc per jam sesuai dengan kebutuhan
bayi. Namun, 1 cc ASI tersebut merupakan ASI yang sangat
berkualitas dan sangat diperlukan oleh bayi, oleh karena
itu, sangatlah penting bila bayi bisa langsung disusui oleh
ibunya ketika ia baru saja dilahirkan (Utami Rusli, 2011).
Namun, permasalahan pertama muncul
ketika beberapa ibu menyusui sulit mengeluarkan
ASI. Hal ini sangat mengganggu ibu dalam perannya
sebagai individu yang memberikan ASI untuk bayinya.
ASI sangatlah penting karena memiliki zat zat gizi
berkualitas yang banyak bermanfaat bagi tumbuh
kembang setiap individu seperti dapat menjaga daya
tubuh dari segala macam penyakit. Namun karena
sulit mengeluarkan ASI, sang ibu lebih memilih untuk
memberikan susu formula. Padahal bagaimanapun ASI
tetap lebih baik daripada susu formula (Republika, 2011).
Sebenarnya semua ibu berpotensi untuk
mengeluarkan ASI eksklusifnya, namun beberapa ibu
mengalami kesulitan untuk mengeluarkan ASI tersebut.
Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Pemanfaatan
Zat Laktagogum pada Daun Tapak Liman (Elephantopus
scaber L.) sebagai Alternatif Memperlancar Hormon
Oksitosin dalam Pengeluaran ASI Eksklusif”
untuk memberikan alternatif kepada ibu masa awal
menyusui dalam mempermudah pengeluaran ASI yang
mengalami kesulitan mengeluarkan ASI sehingga dapat
memperlancar keluarnya ASI secara alamiah. Penulis
memilih daun tapak liman sebagai alternatif pengobatan
ini karena Tapak liman (Elephantopus scaber L.) dikenal
sebagai tumbuhan liar yang mudah dijumpai di tegalan,
lereng pegunungan, atau di bantaran kali. Sifatnya yang
mudah tumbuh menjadikan tumbuhan bersosok tegak
dan berdaun hijau tua dengan tepi bergelombang ini
bisa dibudidayakan sampai ketinggian 1.200m di atas
permukaan laut (Ike Diah P./Enny Purbani T. , 2011).
Laktagogum merupakan zat yang dapat meningkatkan
dan melancarkan produksi ASI. Sampai saat ini
masyarakat masih menaruh kepercayaan besar pada
laktagogum dari bahan tradisional alamiah dibandingkan
hasil produksi pabrik yang modern ataupun
sintetik karena telah dibuktikan berdasarkan pengalaman
secara turun-temurun (Kaliappan, 2008).
TUJUAN
Tujuannya antara lain :
1. Mengetahui potensi zat laktagogum pada daun tapak
liman (Elephantopus scaber L.) sebagai alternatif
memperlancar hormon oksitosin dalam pengeluaran
ASI eksklusif.
2. Mengetahui mekanisme kerja zat laktagogum pada
daun tapak liman (Elephantopus scaber L.) terhadap
tubuh sebagai Alternatif memperlancar hormon
oksitosin dalam pengeluaran ASI eksklusif.
MANFAAT
Manfaatnya adalah:
1. Manfaat bagi masyarakat yaitu bisa mendapatkan
informasi mengenai pemanfaatan zat laktagogum
pada daun tapak liman (Elephantopus scaber L.)
sebagai Alternatif memperlancar hormon oksitosin
dalam pengeluaran ASI eksklusif.
2. Manfaat bagi ibu dan bayi yaitu ibu masa menyusui
akan lebih mudah mengeluarkan ASI eksklusifnya
sehingga bayi akan menerima asupan gizi dari
kolostrum ibu dengan optimal.
3. Manfaat bagi akademik yaitu sebagai data awal untuk
pengamatan lebih lanjut mengenai pemanfaatan daun
tapak liman (Elephantopus scaber L.) sebagai obat
herbal alternatif memperlancar hormon oksitosin
dalam pengeluaran ASI eksklusif.
B e r k a l a I l m i a h M a h a s i s w a K e b i d a n a n I n d o n e s i a
B I M A B I Vol. I No. 3 Oktober 2012 [2] 1. Kondisi psikologis
Kelelahan, perasaan stress, takut,
dan cemas setelah melahirkan yang dirasakan
oleh seorang ibu dapat menyebabkan hormon
oksitosin yang berfungsi dalam proses
kelancaran aliran ASI terhambat produksinya.
2. Ibu tidak memberikan ASI eksklusif sesaat
setelah melahirkan.
Hal ini dapat menyebabkan kadar
hormon prolaktin menurun dan sulit untuk
merangsangnya kembali. Hormon prolaktin
adalah hormon yang berfungsi untuk
memproduksi ASI. Hormon ini akan kembali
keluar pada tiga-empat hari lagi (Purwanti,
2004).
3. Konsumsi rokok
Merokok dapat mengurangi volume
ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin
dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok
akan menstimulasi pelepasan adrenalin
dimana adrenalin akan menghambat pelepasan
oksitosin.
4. Konsumsi alcohol Kandungan etanol dalam
alkohol dapat menghambat produksi ASI.
5. Pil kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi akan
menurunkan volume keluarnya ASI.
6. Kekurangan produksi hormon oksitosin
Produksi hormon oksotosin akan
menurun disebabkan oleh beberapa hal,
misalnya tejadi pada ibu yang jarang menyusui
bayinya. Dengan tidak adanya rangsangan pada
puting susu berarti membiarkan kadar hormon
oksitosin turun secara perlahan dalam peredaran
darah sehingga ASI dalam lobus tidak terperas
yang mengakibatkan hormon prolaktin akan
turun dan hilang dari peredaran darah. Keadaan
ini akan menyebabkan ASI yang keluar sedikit
bahkan mungkin berhenti setelah bayi lahir atau
ASI akan keluar sedikit, dan berhenti sebelum
bayi berumur enam bulan (Purwanti, 2004).
Alternatif Pemacu Keluarnya ASI Saat Ini
1. Pengobatan Psikologis
a. Hypno-breastfeeding
Hypno-breastfeeding adalah suatu
pengobatan dimana ibu berada dalam
keadaan rileks (keadaan hipnosis) saat
menyusui. Pada saat itu ibu diberikan afirmasi
positif yang membantu ibu agar dapat
menyusui dengan perasaan tenang.
Vivi, Alifia. Pemanfaatan Zat Laktagogum Pada Daum Tapak Liman Pada ASI Eksklusif
B I M A B I Vol. I No. 3 Oktober 2012 [3] GAGASAN
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif
a. Definisi ASI eksklusif
ASI eksklusif merupakan air susu ibu, tanpa
dicampur dengan makanan dan minuman tambahan
lain sepeti susu formula, air putih, dan makanan
padat lain. Pemberian ASI ekslusif dimulai dari bayi
baru lahir sampai bayi usia enam bulan (Nurheti
Yuliati, 2010).
b. Pentingnya ASI eksklusif bagi bayi dan akibat bayi
tidak diberi ASI eksklusif
Data Survei Demogramafi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 menunjukkan
prosentase ibu menyusui bayi menurun dari
30% menjadi 27%. Sedangkan konsumsi susu
formula naik dari 17% menjadi 28%. Sementara
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010
menyatakan bahwa pemberian ASI eksklusif di
Indonesia hanya 15,3% (BKKBN, 2011).
Hal tersebut menunujukkan bahwa banyak
ibu yang lebih memilih untuk tidak memberi ASI
kepada bayinya dengan alasan-alasan tertentu.
Berbagai hasil penelitian telah membuktikan bahwa
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi baru lahir
karena beberapa alasan, diantaranya:
1. ASI mengandung lebih dari 100 jenis zat gizi
2. ASI membantu tumbuh kembang otak bayi
karena mengandung protein khusus (taurin),
laktosa, dan omega-3
3. ASI mampu meningkatkan sistem kekebalan
tubuh bayi karena mengandung imunoglobin
4. ASI melindungi bayi dari berbagai penyakit
infeksi seperti pneumonia, bronkitis, infeksi
saluran telinga bagian tengah (otitis media), dan
infeksi saluran kemih
5. ASI melindungi dari berbagai penyakit seperti
alergi (asma, eksim, alergi makanan), influenza,
difteri, diare dan limfoma
6. ASI memperkecil risiko terjadinya SIDS
(Sudden Infant Death Syndrome) dan
Postneonatal Death
7. ASI menjaga kesehatan kardiovaskular bayi
hingga masa dewasa
(Diana Damayanti, 2010).
c. Penyebab ASI sulit keluar
Berikut ini adalah beberapa penyebab ASI ibu tidak
keluar:
Dukungan orang-orang
terdekat dibutuhkan saat ibu pertama
kali menyusui. Hal ini dilakukan agar
ibu merasa nyaman dan menghilangkan
rasa takut atau stress saat setelah
melahirkan.
2. Pengobatan Herbal
a. Daun katuk
Daun katuk mengandung steroid
dan polifenol yang dapat meningkatkan
kadar prolaktin. Pada pemberian daun
katuk ditemukan peningkatan kadar
hormon steroid adrenal. Kadar prolaktin
yang tinggi akan meningkatkan dan
memperlancar produksi ASI. Kandungan
lainnya adalah alkaloid, sterol, flavonoid,
dan tannin. Cara pengolahan daun katuk
ada beberapa macam, misalnya diolah
sebagai sayur, campuran lodeh, dan
minuman seduh. Daun katuk biasanya
dikonsumsi antara 200 gram sampai 300
gram. Harga daun katuk kering berkisar
Rp 65.000/kg. (Eko Oktavianto, 2011)
Namun daun katuk bukan
tanpa efek samping. Di Taiwan, 44
orang mengkonsumsi jus daun katuk
mentah (150 gram) selama 2 minggu
– 7 bulan terjadi efek samping dengan
gejala sukar tidur, tidak enak makan,
dan sesak nafas. Sejumlah 178 pasien
mengkonsumsi jus daun katuk mentah
dengan dosis 150 gram / hari (60,7%),
di goreng (16,9%), campuran (20,8%),
dan direbus (1,7%), selama 7 – 24
bulan. Terdapat efek samping setelah
penggunaan selama 7 bulan berupa gejala
obstruksi bronkiolitis sedang sampai
parah, sedangkan konsumsi selama 22
bulan atau lebih menyebabkan gejala
bronkiolitis obliterasi yang permanen.
Di Amerika pada tahun 1995, penderita
penyakit bronkiolitis obliterasi akibat
mengkonsumsi daun katuk setelah 2
tahun berkembang menjadi parah dan
terjadi kematian pada 6 pasien (6,1%)
(Sriana Aziz, S.R. Muktiningsih, 2006).
Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus
Gagasan Dapat Diperbaiki Melalui Gagasan
yang Diajukan
1. Botani Tumbuhan Tapak Liman (Elephantopus
scaber L.)
a. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Elephantopus
Spesies : Elephantopus scaber Linn
(USDA, 2011)
Tapak Liman berupa rumput-rumputan
yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Nama
lain dari tumbuhan ini adalah talpak tana
(madura), tutup bumi, tapak tangan,
b. balagaduk, jukut cuncang (Lukas Tersono Adi,
2006).Morfologi Tumbuhan
Tapak liman (Elephantopus scaber
L.) memiliki akar yang besar dengan tinggi
10-80cm. Batang tegak berbentuk garpu,
kaku, bercabang, dan berambut . Daun tunggal
berkumpul di bawah berbentuk roket, jorong,
berbulu, berwarna hijau tua, tepi daun melekuk
bergerigi tumpul dengan letak berselang seling.
Panjang daun 10-18cm. Bunga berbentuk
bonggol, berwarna ungu dan tampak kaku
(Lukas Tersono Adi, 2006).
c. Syarat Tumbuh
Tapak liman (Elephantopus scaber
L.) merupakan tumbuhan sepanjang tahun
dan dikenal sebagai tanaman liar yang mudah
dijumpai di tegalan, apangan rumput, lereng
pegunungan, atau di bantaran kali. Sifatnya
yang mudah tumbuh menjadikan tumbuhan
ini bisa dibudidayakan sampai ketinggian
1.200 m di atas permukaan laut (dpl). Tapak
liman ditemukan di Afrika, Asia Timur, Asia
Tenggara, dan Australia. Tumbuhan ini dapat
tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Namun
Tapak Liman akantumbuh lebih subur di daerah
cukup air (Ike Diah P., Enny Purbani T., 2007).
B e r k a l a I l m i a h M a h a s i s w a K e b i d a n a n I n d o n e s i a
B I M A B I Vol. I No. 3 Oktober 2012 [4] 2. Potensi Zat Laktagogum pada Tapak Liman
(Elephantopus scaber L.) sebagai Pemacu
Pengeluaran ASI Eksklusif
Berbagai sumber menunjukkan bahwa
Tapak Liman mengandung elephantopin,
isodeoxyelephantopin, deoxyelephantopin,
elephantin, lupeol, stigmasterol,triacontan-1-
ol,dotriacontan
-1-ol,lupeol asetat, isodeoxyelephantopin pada
daun, flavonoid luteolin-7-glucoside pada bunga,
epiprielinol, lupeol, dan stigmasterin pada akar.
Stigmaterol merupakan turunan dari steroid.
Sedangkan flavonoid dan steroid merupakan
zat laktagogum. Zat laktagogum tersebut dapat
meningkatkan produksi hormon prolaktin dan
oksitosin (Budi Prakoso,2008).
Ibu masa menyusui yang tidak dapat
mengeluarkan ASI dengan lancar memanfaatkan
tapak liman sebagai alternatif. Di dalam Tapak
Liman mengandung zat laktagogum untuk memacu
produksi hormon prolaktin dan oksitosin.
Beberapa ibu memiliki kendala pada masa
menyusui. Salah satu kendala yang dialami oleh ibu
masa menyusui adalah kurangnya hormon oksitosin
yang dimilikinya. Hormon oksitosin memiliki peran
penting dalam memperlancar keluarnya ASI ibu.
Dengan berkurangnya hormon oksitosin, maka akan
menyebabkan ASI tidak keluar.
Di dalam daun Tapak Liman terdapat zat
Laktagogum yang berfungsi untuk merangsang
keluarnya hormon oksitosin di dalam tubuh ibu. Hal
tersebut mengakibatkan produksi hormon oksitosin
menjadi lebih banyak sehingga diharapkan ASI
dapat keluar dengan lancar.
1. Cara Pengolahan Daun Tapak Liman (Elephantopus
scaber L.)
Ada beberapa cara pengolahan daun Tapak Liman,
antara lain :
1. Gulai Telur Tapak Liman
Bahan : 6 butir telur bebek
1250 cc santan dari ½ btr kelapa
10 lembar daun tapak liman
Bumbu : 8 buah bawang merah
2 siung bawang putih
1 potong lengkuas
½ ruas jari kunyit
2 lembar daun kunyit
1 batang serai
2 sdm garam
Cara membuat:
1. Kupas kulit telur, rebus hingga matang
2. Haluskan semua bumbu kecuali daun
kunyit dan serai
3. Campur santan dengan daun tapak liman
dan semua bumbu.
2. Minuman hangat
Bahan : – 20 gram daun Tapak Liman kering
– 2 gelas air
Cara membuat:
1. Rebus 20 gram daun Tapak Liman kering
dengan 2 gelas air
2. Tunggu hingga air terisa setengah dari
semula
3. Saring dan minum hangat-hangat satu gelas
Pihak-pihak yang Dipertimbangkan Dapat
Membantu Mengimplementasikan Gagasan
Pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam
mengaplikasikan gagasan penulis adalah sebagai
berikut :
1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI)
Sesuai dengan tugas pokok DIKTI, penulis
membutuhkan penanganan dan pembinaan dalam
penelitian lebih lanjut mengenai kandungan zat
laktagogum dalam daun Tapak Liman (Elephantopus
scaber L.). DIKTI juga berperan penting dalam
memberikan tunjangan dana untuk kelancaran
penelitian ini.
2. IBI (Ikatan Bidan Indonesia)
IBI berperan dalam mendukung dam
membimbing penulis dalam penelitian lanjutan
tentang kondisi ibu masa menyusui, bayi baru lahir,
dan ASI eksklusif.
3. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Dalam penelitian lebih lanjut mengenai daun
Tapak Liman (Elephantopus scaber L.) dibutuhkan
kerjasama dengan LIPI. Dalam hal ini, bagian
LITBANG (Penelitian dan Pengembangan) berperan
dalam memfasilitasi penulis dalam penelitian tersebut.
Sedangkan Balai Media dan Reproduksi (LIPI
Press) berperan dalam perencanaan, pelaksanaan,
penyebarluasan karya tulis ilmiah ini.
4. Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan)
Badan POM berperan dalam proses evaluasi
uji klinis efektivitas zat laktagogum pada daun Tapak
Liman (Elephantopus scaber L.) yang berperan
sebagai makanan tambahan dalam memacu keluarnya
hormon oksitosin untuk memperlancar ASI.
5. Dinas Pertanian Daerah
Dinas Pertanian Daerah diharapkan dapat
menjalin hubungan yang menguntungkan dengan
petani setempat untuk peningkatan produksi Tapak
Liman (Elephantopus scaber L.) serta peningkatan
kesejahteraan bagi petani sekitar.
Vivi, Alifia. Pemanfaatan Zat Laktagogum Pada Daum Tapak Liman Pada ASI Eksklusif
B I M A B I Vol. I No. 3 Oktober 2012 [5] 6. Petani
Dalam hal ini, petani berperan dalam
pembudidayaan dan peningkatan kualitas tumbuhan
Tapak Liman (Elephantopus scaber L.). Oleh karena
itu, perlu adanya penyuluhan tentang manfaat dan
potensi Tapak Liman (Elephantopus scaber L.) sebagai
alternatif dalam memperlancar ASI ibu.
7. Bidan Desa
Bidan desa sangat berperan penting dalam hal
ini karena langsung berhadapan dengan masyarakat.
Bidan desa diharapkan dapat mengenalkan dan
memberikan pengetahuan kepada ibu menyusui
mengenai manfaat dan penggunaan daun Tapak
Liman.
8. Kader Posyandu
Kader posyandu berperan dalam memberi
penyuluhan pada ibu mengenai manfaat dan
penggunaan daun Tapak Liman sebagai pelancar ASI.
Langkah-langkah Strategis dalam
Mengimplementasikan Gagasan
1. Pengenalan Teknik Pengolahan Daun Tapak Liman
(Elephantopus scaber L.) sebagai Makanan dan
Minuman
Pada umumnya, saat ini masyarakat masih
menganggap tumbuhan Tapak Liman hanya sebagai
rumput-rumput yang tumbuh liar dan tidak memiliki
nilai guna tinggi. Anggapan seperti ini harus diperbaiki
dengan mengenalkan tumbuhan Tapak Liman kepada
masyarakat dan memberitahukan manfaat dan potensi
Tapak Liman.
2. Peningkatan Kualitas Tapak Liman (Elephantopus
scaber L.) sebagai Tindak Lanjut dalam Pemanfaatan
Kandungan Zat Laktagogum
Potensi Tapak Liman (Elephantopus scaber
L.) sebagai makanan pelancar ASI dapat ditingkatkan
dengan beberapa cara, antara lain :
1) Membudidayakan tumbuhan Tapak Liman
(Elephantopus scaber L.)
2) Memberikan variasi sajian makanan dan
minuman dari daun Tapak Liman (Elephantopus
scaber L.)
3) Mengenalkan tumbuhan Tapak Liman
(Elephantopus scaber L.) kepada masyarakat
Dengan cara diatas diharapkan dapat semakin
meningkatkan potensi zat laktagogum pada Tapak Liman
(Elephantopus scaber L.) sebagai pemacu hormon
oksitosin dalam pengeluaran 1ASI. Peningkatan potensi
Tapak Liman (Elephantopus scaber L.) dapat mengubah
paradigma masyarakat terkait dengan pemanfaatannya.
KESIMPULAN
Gagasan
1. Daun Tapak Liman (Elephantopus scaber L.)
mengandung zat Laktagogum
2. Zat Laktagogum dalam daun Liman (Elephantopus
scaber L.) dapat merangsang hormon oksitosin yang
berperan dalam memperlancar keluarnya ASI
3. Daun Tapak Liman (Elephantopus scaber L.) layak
digunakan sebagai alternatif memperlancar hormon
oksitosin dalam pengeluaran ASI eksklusif
Teknik Implementasi
1. Daun Tapak Liman (Elephantopus scaber L.) dapat
dikonsumsi dengan mengolahnya menjadi makanan dan
minuman
Manfaat dan Dampak Gagasan
1. Gagasan ini dapat memacu penulis lain untuk
mengangkat tanaman yang belum dimanfaatkan secara
optimal sebelumnya
2. Adanya penelitian lebih lanjut mengenai dosis
pemberian Tapak Liman (Elephantopus scaber L.) pada
ibu menyusui
3. Adanya pengoptimalan dalam pemanfaatan tanaman
Tapak Liman (Elephantopus scaber L.)
DAFTAR PUSTAKA
1. Adi, Lukas Tersono. 2006. Tanaman Obat & Jus untuk
Asam Urat & Rematik. Jakarta: Agro media pustaka.
2. Damayanti, Diana. 2010. Asyiknya Minum ASI: Tips
Nikmati Memberi ASI plus Resep Praktis untuk Ibu
Menyusui. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
3. Ike Diah P., Enny Purbani T. 2007. Ragam Khasiat
Tapak Liman. http://www.agrinaonline.com/show_
article.php?rid=12&aid=523.Diakses tanggal 2 oktober
2011. Jam 23.00 WIB
4. Oktavianto, Eko. 2011. Daun katuk/katu. http://
indonetwork.co.id/jamuherbalco/1799831/daun-katukkatu.
htm. Diakses tanggal 1 oktober 2011. Jam 16.54
WIB
5. Prakoso, Budi, S.E, M.SI. 2008. Tapak Liman
(Elephantopus scaber L.). http://sehatherbal.blogspot.
com/2008/01/tapak-liman-elephantophus-scaberl.html.
Diakses tanggal 2 Oktober 2011. Jam 17.00 WIB
6. USDATeam.2011.Elephantopus scaber L.http://plants.
usda.gov/java/profile?symbol=ELSC10. Diakses tanggal
2 Oktober 2011. Jam 19.00
7. Yuliarti, Diana. 2010. Keajaiban ASI: Makanan
Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan dan Kelincahan si
Kecil. Yogyakarta: Andi Publisher.
B I M A B I Vol. I No. 3 Oktober 2012 [6]