BAGAIMANA PASANG SURUT TERJADI ?

Pasang surut (sering disingkat pasut) adalah gerakan naik turunnya muka laut secara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih besar dari massa bulan, tetapi jaraknya pun sangat jauh dari bumi (rata-rata 149,6 juta km). Sedangkan bulan, sebagai satelit kecil, jaraknya sangat dekat ke bumi (rata-rata 381.160 km). Dalam mekanika alam semesta, jarak lebih menentukan daripada massa. Oleh karenanya pula bulan mempunyai peranan yang lebih besar daripada matahari dalam menentukan pasang-surut. Perhitungan-perhitungan matematis telah menunjukkan bahwa gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang-surut besarnya kurang lebih 2,2 kali lebih kuat daripada gaya tarik matahari.
            Karena adanya gaya tarik bulan yang sangat kuat, maka bagian bumi yang terdekat ke bulan akan tertarik membengkak hingga perairan samudra di situ akan naik dan menimbulkan pasang. Pada saat yang sama, bagian bola Bumi dibaliknya akan mengalami keadaan serupa atau pasang pula. Sementara itu pada sisi lainnya yang tegak lurus terhadap poros bumi-bulan, air samudra akan bergerak ke samping  hingga menyebabkan terjadinya keadaan surut disitu.
            Bulan berputar mengelilingi bumi sekali dalam 24 jam 51 menit. Jika faktor-faktor lain diabaikan maka suatu lokasi di Bumi akan mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari. Dengan demikian tiap siklus pasang-surut akan bergeser mundur 51 menit setiap hari.
            Tentu saja teori tersebut diatas terlampau disederhanakan, karena sebetulnya teori tersebut baru mendekati kebenaran dengan menggunakan anggapan-anggapan : (1) jika seluruh permukaan bumi tertutup merata oleh laut, (2) jika hanya ada pengaruh bulan saja, atau matahari saja, tetapi tidak keduanya bersama-sama, (3) jika bulan dan matahari mempunyai orbit yang benar-benar berupa lingkaran dan orbitnya tepat di atas khatulistiwa.
            Dalam kenyataannya, anggapan-anggapan yang ideal itu tidak kita temukan. Misalnya saja, laut tidak meliputi bumi ini secara merata, tetapi terputus-putus oleh adanya benua dan pulau-pulau. Topografi dasar laut pun tidak rata mendatar tetapi sangat bervariasi, dari palung sangat dalam, gunung bawah laut, sampai paparan yang luas dan dangkal. Demikian pula ada selat yang sempit dan panjang atau teluk berbentuk corong dengan dasar melandai dan sebagainya. Kesemua ini menimbulkan penyimpangan dari kondisi yang ideal, dan dapat menimbulkan ciri-ciri pasang-surut yang berbeda-beda dari suatu lokasi itu ke lokasi lainnya.
            Selain itu posisi kedudukan bulan dan matahari dalam orbit selalu berubah relative terhadap bumi. Apabila bulan dan matahari berada kurang lebih pada satu garis lurus dengan bumi, seperti pada saat bulan muda atau pada saat bulan purnama, maka gaya tarik keduanya akan saling memperkuat. Dalam keadaan demikian terjadilah pasang-surut purnama (Spring tide) dengan tinggi air yang luar biasa, melebihi tinggi pasang yang umum. Pasang purnama adalah pasang yang menunjukkan kisaran terbesar (baik naik maupun turun) dan terjadi bila bulan dan matahari terletak sejajar sehingga kedua gayanya bergabung.  Sebaliknya, surutnya pun sangat rendah, hingga lokasi-lokasi tertentu dengan pantai yang landai bisa menjadi kering sampai jauh kelaut. Tetapi jika bulan dan matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi maka gaya tarik keduanya akan saling meniadakan. Akibatnya, perbedaan tinggi air antara pasang dan surut hanya kecil saja, dan keadaan ini dikenal sebagai pasang perbani (Nead tide).
            Selain itu orbit bulan dan matahari terhadap bumi tidaklah benar-benar sirkuler, hingga kadang-kadang bulan dan matahari mendekat atau menjauh dari bumi. Jika bulan atau matahari berada pada jarak terdekat terhadap bumi maka pengaruhnya pun akan paling besar terhadap pasang-surut. Keadaannya akan lebih kompleks lagi karena orbit bulan dan matahari tidaklah tegak lurus di atas khatulistiwa melainkan condong.
            Dilihat dari pola gerakan muka lautnya, pasang-surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat jenis yakni pasang surut harian tunggal (diurnal tide), harian ganda (semidiurnal tide) dan dua jenis campuran. Pada jenis tunggal hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut setiap hari. Pada jenis harian ganda, tiap hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya masing-masing hampir sama. Disamping itu, dikenal pula campuran dari keduanya, meskipun jenis tunggal ataupun gandanya masih menonjol. Pada pasang-suurt campuran condong ke harian ganda (mixed tide, prevailing semidiurnal), terjadi dua pasang dan dua kali surut dalam sehari, tetapi berbeda dalam tinggi dan waktunya. Sedangkan  jenis campuran condong ke harian tunggal (mixed tide, prevailing diurnal), pada jenis ini tiap hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi kadang-kadang pula untuk sementara dengan dua kali pasang dan dua kali surut, yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktunya.

            Pasang-surut tidak hanya mempengaruhi lapisan di bagian teratas, melainkan seluruh massa air. Energinya pun sangat besar. Di perairan-perairan pantai, terutama di teluk-teluk atau selat-selat yang sempit, gerakan naik turun muka air akan menimbulkan terjadinya arus pasang-surut. Biasanya arahnya kurang lebih bolak-balik, misalnya jika muka air bergerak naik arus mengalir ke luar. Di tempat-tempat tertentu arus pasang-surut ini cukup kuat.