ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS AKUT

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GASTROENTERITIS AKUT

A. KONSEP DASAR
I. PENGERTIAN
Diare adalah buang air besar dengan jumlah feces yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml/jam feces). Dengan feces berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi BAB yang meningkat.
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi Arief Mansjoer, 2000)
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi Arief Mansjoer, 2000)
Diare adalah BAB encer atau cair lebih dari tiga kali sehari (WHO/1980).

II. ETIOLOGI
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus. Penyebab lain adalah faksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai kodisi lain.
– Infeksi bakteri : vibrio, escherichia coli, salmonella, shigella, campylobacter, yershinia, dan lain-lain.
– Infeksi virus : entenevirus, (Virus ECHO, coxsackaie, poliomelitis), adenovirus, rotovirus, dan lain-lain.
– Infeksi parasit : cacing (ascori, trichoris, oxyuris, histolitika, gardia lamblia, tricomona hominis), jamur (candida albicans)
Infeksi diluar alat perncernaan makanan seperti : Otitis media akut (OMA), tansilitis, aonsilotaringitis, bronco pneumonia, encetalitis

III. WOC

IV. MANIFESTASI KLINIS
Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami naurea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut, deman dan diare. Terjadinya renjatan hipovolemik harus dihindari. Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan Biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik barat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120x / menit). Tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstrimitas dingin, kadang sianosis. Kekurangan kalium menyebabkan aritmia jantung perfusi ginjal menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul penyakit berupa nekrosis tubulas akut. Secara klinis diare karena infeksi akut terbagi menjadi 2 golongan :
1. Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja.
2. Disentriform, pada diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.
• Akibat diare
– Dehidrasi.
– Asidosis metabolik.
– Gangguan gizi akibat muntah dan berak-berak.
– Hipoglikemi.
– Gangguan sirkulasi darah akibat yang banyak keluar sehingga terjadi syock.
• Derajat dehidrasi
1. Tidak ada dehidrasi bila terjadi penurunan BB 2,5 %.
2. Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan BB 2,5 – 5 %.
3. Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan BB 5 – 10 %.
4. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan BB 10 %.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap.
2. Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatin dan berat jenis, plasma dan urine.
3. Pemeriksaan urin lengkap.
4. Pemeriksaan feces lengkap dan biakan feces dari colok dubur.
5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik.

VI. PENATALAKSANAN
Pada anak-anak, penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.
4 hal penting yang perlu diperhatikan
a. Jenis cairan.
Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan cairan ringel laktat bila tidak terjadi dapat diberikan cairan NaCl Isotonik ditambah satu ampul Na bicarbonat 7,5 % 50 m.
b. Jumlah cairan.
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan.
c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan.
Rute pemberian cairan pada orang dewasa dapat dipilih oral / IV.
d. Jadwal pemberian cairan.
Dehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan metode Daldiyono diberikan pada 2 jam pertama. Selanjutnya kebutuhan cairan Rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap pada akhir jam ke tiga.
2. Identifikasi penyebab diare akut karna infeksi.
Secara klinis, tentukan jenis diare koleriform atau disentriform. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang yang terarah.
3. Terapi simtomatik.
Obat anti diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang rasional. Antimotalitas dan sekresi usus seperti Loperamid, sebaiknya jangan dipakai pada infeksi salmonella, shigela dan koletis pseudomembran, karena akan memperburuk diare yang diakibatkan bakteri entroinvasif akibat perpanjangan waktu kontak antara bakteri dengan epithel usus. Pemberian antiemetik pada anak dan remaja, seperti metoklopopomid dapat menimbulkan kejang akibat rangsangan ekstrapiramidal.
4. Terapi Definitif
Pemberian edurasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan. Higiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi farmakologi. (Kapita Selekta Kedokteran 1 Edisi 2000)
VII. KOMPLIKASI
Komplikasi diare mencakup potensial terhadap disritmia jantung akibat hilangnya cairan dan elektrolit secara bermakna (khususnya kehilangan kalium). Pengeluaran urin kurang dari 30 ml / jam selam 2 –3 hari berturut-turut. Kelemahan otot dan parastesia. Hipotensi dan anoreksia serta mengantuk karena kadar kalium darah di bawah 3,0 mEq / liter (SI : 3 mmol / L) harus dilaporkan, penurunan kadar kalium menyebabkan disritmia jantung (talukardio atrium dan ventrikel, febrilasi ventrikel dan kontraksi ventrikel prematur) yang dapat menimbulkan kematian.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan data
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor register, diagnosa medis, dan tanggal MRS.
2. Keluhan utama
Klien mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali yang mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam kadang disertai muntah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan keluhan utama pada penderita, yaitu peningkatan frekuensi BAB dari biasanya dengan konsistensi cair, muntah, nyeri perut sampai kejang perut , demam, lidah kering, turgor kulit menurun.
4. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya dikaitkan dengan riwayat medis lalu berhubungan dengan perjalanan kearea geografis lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi susunan keluarga penyakit keturunan atau menular yang pernah di derita anggota keluarga.
6. Riwayat kehamilan dan persalinan
 Pre natal

 Natal

 Post natal :

:

: Keadaan gizi ibu sewaktu hamil, penyakit infeksi yang diderita ibu hamil, psikologis ibu hamil, PMx kehamilan, penggunaan obat-obatan dan jamu.
Meliputi keadaan klien saat lahir, kelainan-kelaian yang didapatkan, keadaan trauma saat melahirkan, BB dan TB Kx.
Menyangkut keadaan klien setelah lahir sampai usia 28 hari serta kelainan lain yang didapat dan riwayat imunisasi yang didapatkan.
7. Riwayat tumbuh kembang
• Pertumbuhan meliputi : BB, TB
• Perkembangan meliputi : perkembangan psikososial, motorik halus, motorik kasar.
Menurut (Erik Erekson 1963) :
 Anak usia 9 bulan masuk pada tahap percaya dan tidak percaya (0 – 1 tahun).
 Bayi lahir dan kontak dengan mutlak tergantung dengan orang lain.
 Rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan bayi.
 Hubungan antara ibu dan anak harmonis yaitu memalui kebutuhan fisik, psikologis dan sosial.
8. Riwayat imunisasi
Meliputi imunisasi BCG, Hepatitis I, II, III, DPT I, II, III, Polio I, II, III, IV, Campak.
9. Riwayat nutrisi
Meliputi pemberian ASI dan makanan tambahan serta jenis makanan tambahan yang diberikan.
10. Pola-pola fungsi kesehatan
– Pola Eliminasi urin.
Biasanya pada diare eliminasnya normal (ringan), oliguri (sedang), anuria (berat).
– Pola Eliminasi Alvi.
Pada klien dengan diare akut biasanya BAB cair lebih banyak atau sering dari kebiasaan sebelumnya.
– Pola Natrisi dan metabolisme.
Pada klien diare akut terjadi peningkatan bising usus dan peristaltik usus yang menyebabkan terganggunya absorbsi makanan akibat adanya gangguan mobilitas usus. Sehingga menimbulkan gejala seperti rasa kram pada perut, perut terasa mual atau tidak enak dan anoreksia, maka kebutuhan nutrisi menjadi terganggu karena asupan yang kurang.
– Pola istirahat tidur.
Pada umumnya pola istirahat menjadi terganggu akibat gejala yang ditimbulkan seperti : mendadak diare, muntah, nyeri perut, sehingga Kx sering terjaga.
11. Pemeriksaan fisik.
1). Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, Apatis/koma), GCS, Vital sign, BB dan TB.
2). Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (biasa – buruk), rambut tidak ada gangguan, kuku bisa sampai pucat.
3). Mata
Biasanya mulai agak cowong sampai cowong sekali.
4). THT dan mulut
THT tidak ada gangguan, tapi biasanya mulutnya kering.
5). Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri, dan bila di Auskulkasi akan ada bising usus sehingga meningkat.
6). Sistem respirasi
Biasanya pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).
7). Sistem kordovaskuler
Pada kasus ini bila terjadi renjatan hipovolemik berat denyut nadi cepat (lebih dari 120x/menit).
8). Sistem genitourinaria
Pada kasus ini bisa terjadi kekurangan kalium menyebabkan perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria.
9). Sistem gastro intestinal
Yang dikaji adalah keadaan bising usus, peristaltik ususnya terjadi mual dan muntah atau tidak, perut kembung atau tidak.
10). Sistem muskuloskeletal
Biasanya tidak ada gangguan.
11). Sistem persyarafan
Pada kasus ini biasanya kesadaran gelisah, apatis / koma.

b. Analisa Data
1). – Data mayor : Penderita diare dengan frekuensi lebih dari biasa dan timbul rasa haus.
– Data minor : Penderita biasanya muntah sebelum dan sesudah makan / minum, mukosa mulut kering, turgor kulit menurun.
– Kemungkinan Penyebab : out put yang berlebihan.
– Masalah : kekurangan volume cairan.
2). – Data mayor : Penderita biasanya mengalami kram abdomen dan penurunan nafsu makan dan mual.
– Data minor : Penderita didapati mata cowong, mukosa bibir kering, akral dingin, lemah, BB menurun, tulang pipi menonjol.
– Kemungkinan Penyebab : input yang inade kuat
– Masalah : nutrisi.
3). – Data mayor : Penderita pada umumnya istirahatnya terganggu.
– Data minor : Pada penderita didapati pucat, gelisah, lemah.
– Kemungkinan Penyebab : eleminasi yang sering dan kram abdomen.
– Masalah : istirahat – tidur.
(Dongoes edisi 3 EGC 2000)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b/d out put yang berlebihan d/d frekuensi diare yang meningkat dari biasanya, rasa haus, muntah, mukosa bibir kering, turgor kulit menurun.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d input yang inadeguat d/d penurunan nafsu makan, mutah,Kx mengalami kram abdomen, mata cowong, mukosa bibir kering, tulang pipi menonjol, penurunan BB.
3. Gangguan istirahat – tidur b/d eliminasi yang sering dan kram abdomen ditandai dengan sring terbangun, pucat, gelisah dan lemah.
(Lynda Juall Carpernito 2001)

3. PERENCANAAN
1. Diagnosa I
Gangguan keseimbangan cairan b/d out put yang berlebihan d/d klien berak cair lebih dari 3 x sehari, mual, muntah, klien lemah, turgor kulit menurun.
o Tujuan : keseimbangan cairan kembali normal dalam waktu 6 – 8 jam.
 Kriteria hasil : – Intake dan output seimbang
– Diare berhenti.
– Turgor kulit baik
– Kadar elektrolit dalam batasan normal :
* Natrium = 3,5 –5,5 mEq/l
* Kalium = 135-145 mEq/l
– Tidak mual dan muntah
– Mukosa bibir lembab
o Rencana tindakan :
1. Lakukan pendekatan pada penderita.
R : memudahkan kerja sama antara perawat dan klien.
2. Catat frekuensi, jumlah dan konsistensi faces yang keluar.
R : memudahkan membuat asuhan keperawatan secara tepat untuk intervensi selanjutnya.
3. Anjurkan penderita untuk minum banyak (sedikit-sedikit sering).
R : untuk mengganti caiaran yang hilang.
4. Kolaborasai dengan tim dokter dalam pemberian obat dan infus.
R : terapi yang tepat dan cepat dapat mempercepat kesembuhan dan mencegah komplikasi secara dini.
5. Monitoring tanda-tanda dehidrasi.
R : mendeteksi secara dini tanda-tanda dehidrasi.
6. Anjurkan penderita untuk tidak makan makanan yang merangsang timbulnya diare.
R : untuk mencegah diare lebih lama lagi.
2. Diagnosa II
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d absorbsi yang tidak adekuat d/d klien mengalami anorexia, nause dan vomiting, klien tidak menghabiskan porsi makan yang disajikan
o Tujuan : kebutuhan nutrisi tubuh dapat dipenuhi.
o Kriteria hasil : – Intake nutrisi yang adekuat.
– Mual, muntah tidak ada.
– Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disajikan.
– Hb dalam batas normal = 12-17 gr%
– Ukuran lila 8-10 cm
– Klien tidak terlihat anemis

o Rencana Tindakan
1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.
R : memudahkan kerja sama antara perawat dan klien.
2. Kaji tingkat nutrisi klien.
R : untuk mengetahui keadaan nutrisi klien.
3. Beri makanan dalam porsi kecil tetapi sering.
R : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
4. Hitung BB.
5. Ukur lingkar lengan.
6. Sajikan makanan dengan menarik sesuai dengan selera anak tetapi tidak memperparah penyakit anak.
7. Kolaborasi dengan tim medis (kokter) dalam pemberian terapi.
3. Diagnosa III
Gangguan istirahat – tidur b/d eliminasi yang sering dan tidak terkontrol serta kram abdomen d/d Kx sering terbangun, pucat, gelisah dan lemah.
 Tujuan
Kebutuhan istirahat – tidur dengan tenang.
 Kriteria Hasil
– Sapat istirahat tidur dengan tenang.
– Kram abdomen tidak ada.
– Diare berhenti.
 Rencana Tindakan
1. Lakukan pendekatan pada penderita dan keluarganya.
R : memudahkan kerja sama antara perawat dan klien.
2. Berikan suasana lingkungan yang nyaman dan tenang.
R : dapat membantu kenyamanan dan ketenangan Kx.
3. Kolaborasi dengan tim medis (dokter) untuk pemberian obat.
R : membantu proses kesembuhan.

4. IMPLEMENTASI
Implmentasi adalah realita dari tindakan yang telah ditentukan dan diuraikan sesuai denga prioritas masalah. Hal ini disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, sumberdaya, fasilitas yang ada pada saat dilakukan tindakan keperawatan.

5. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan sebagai pengukuran dari keberhasilan rencana tindakan keperawatan.
Evaluasi dikatakan berhasil jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standrt yang telah ditetapkan.
Hasil evaluasi dapat berupa :
a. Tujuan tercapai
Jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standart yang telah ditetapkan
b. Tujuan tercapai sebagian
Jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standart dan kriteria yagn telah ditetapkan
c. Tujuan tidak tercapai
Pasien yang tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.

DAFTAR PUSTAKA

– Arief Mansjoer. Dkk, (2000) Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta Media Aesculapius, FKUI.
– Marilynn E. Dongoes, (2000) Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.
– Lynda Juall Carpernito (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8 EGC. Jakarta.
– Sylfia A. Price, (1995) Patofisiologi, Jakarta. EGC.