APLYSIA SPP; LIFE STYLE AND POSSIBLE RESPONSE TO CLIMATE CHANGE/CLIMATE VARIABILITY

Loader Loading...
EAD Logo Taking too long?

Reload Reload document
| Open Open in new tab

Download [8.38 KB]

APLYSIA SPP; LIFE STYLE AND POSSIBLE RESPONSE TO CLIMATE CHANGE/CLIMATE VARIABILITY

PENDAHULUAN

          Aplysia merupakan hewan moluska kelas gastropoda dan ordo dari Opisthobranchia. Opisthobranchia adalah kelompok hewan yang memiliki insang di belakang tubuhnya (berasal dari bahasa Yunani kuno; Opisthen = di belakang, Branchia = insang). Aplysia sering disebut “sea hare” (kelinci laut) karena sepasang tentakel (rhinophores) yang berada di bagian dorsal di atas kepalanya mengingatkan kepada telinga kelinci (Gambar 1). Rhinophores merupakan gabungan dua kata yaitu “rhino” (bahasa yunani) yang artinya hidung dan “pores” (bahasa latin) yang artinya lubang sehingga rhinophores bearti lubang hidung yang memiliki fungsi sebagai organ chemosensory. Selain berfungsi sebagai pembau dan perasa, rhinophores juga berfungsi untuk mendeteksi kecepatan air (rheoreception).

Tidak seperti gastropoda lainnya, Aplysia tidak memiliki cangkang luar yang besar yang bisa memasukkan dan mengeluarkan tubuhnya bila kondisi lingkungan tidak aman. Cangkang Aplysia umumnya kecil dan tersembunyi dalam mantel, datar, fleksibel dan menutupi bagian dalam tubuh (viscera) khususnya jantung dan organ dalam lainnya. Mantel atau bagian berotot yang berada di bagian belakang termodifikasi menjadi 2 bagian yang terlihat seperti sayap kecil, yang disebut parapodia.

Aplysia memiliki mata berupa titik hitam yang terletak tepat di depan rhinophoresnya. Dengan menggunakan rhinophores dan sepasang tentakel anterior (bagian depan kepala yang bertemu di tengah di mana mulut terletak di bagian bawah kepala), Aplysia dapat dengan mudah menemukan makanan dan jenis Aplysia lainnya, serta mendeteksi adanya bahaya.

LIFE STYLE

  1. HABITAT

          Aplysia dapat ditemukan di perairan yang dangkal, merangkak di rumput laut yang mereka gunakan sebagai sumber makanan dan ditemukan dalam jumlah besar ketika musim panas tiba (Juni – Agustus) yaitu dimana mereka berkembang biak . Generasi muda hidup di perairan yang lebih dalam di mana mereka dilahirkan sementara generasi dewasa tinggal di perairan dangkal, tempat-tempat terlindung dengan air surut.

  1. FEEDING

Cara makan gastropoda bermacam-macam. Pada kebanyakan gastropoda khususnya Aplysia,  radula merupakan alat untuk makan yang tingkat perkembangannya sudah tinggi selain itu Aplysia juga memiliki rahang yang membantu radula untuk memotong makanannya. Aplysia spp adalah jenis gastropoda laut yang herbivora dan makan bermacam-macam macroalga laut dan terkadang tumbuhan lamun.

  1. REPRODUCTION

Dari 3 sub kelas gastropoda, hampir  99 % Opisthobranchia merupakan merupakan  hewan hermafrodit dan terbesar kedua setelah pulmonata dan selebihnya adalah hewan dioecious. Gonad terletak dekat saluran pencernaan dalam massa visceral.

Opisthobranch adalah hewan hermafrodit simultan dengan ovotestis bergabung dengan satu saluran gonoduct hermaphroditic (Gambar 3). saluran Gonoduct jantan dan betina pada Aplysia dipisahkan oleh typhlosole yang berada di dalam saluran tersebut dan mereka bereproduksi secara seksual.

Musim semi merupakan waktu yang tepat untuk mereka berkembang biak. Mereka akan pergi ke perairan yang lebih dalam untuk bertelur. Pembuahan (copulation) terjadi di dalam tubuhnya. Setelah pembuahan terjadi telur akan dibungkus oleh lapisan agar dikelilingi kapsul yang disekresikan dari kelenjar albumin dan dikeluarkan dalam bentuk rangkaian kalung serta diletakkan pada substrat. Telur Aplysia berwarna kuning, tetapi setelah 8 hingga 9 hari telur berubah menjadi warna coklat sebelum menetas menjadi larva. Dibutuhkan energi yang besar menghasilkan telur-telur tersebut dan kebanyakan Aplysia akan mati setelah proses reproduksi selesai. Suhu perairan yang baik untuk memijah berkisar antara 14 – 250 C dan akan menunda pemijahan bila suhu perairan dibawah kisaran rata-rata.

Telur berubah menjadi stadium trochophore dan menetas menjadi larva veliger yang berenang bebas. Ciri khas larva veliger ialah mempunyai velum bercilia, kaki, mata dan tentakel. Velum berfungsi untuk berenang dan mengalirkan makanan ke mulut karena veliger merupakan pemakan suspensi. Pada akhir stadium veliger kaki sudah cukup besar untuk merayap, maka larva akan turun ke substrat dan melakukan metamorfosa. Velum hilang dan bentuk tubuh berubah seperti dewasa. Pada saat metamorfosa, cangkang Aplysia mulai mengecil dan tersembunyi di dalam mantel.

  1. BEHAVIOR

          Aplysia adalah hewan hermaprodit yang artinya dalam satu individu terdapat dua macam alat reproduksi dan kedua organ tersebut berfungsi dengan baik. Ketika musim kawin tiba mereka membentuk rantai perkawinan (daisy chain) yang terdiri 3 atau lebih jenis Aplysia yang sama dan melakukan pembuahan secara bersama-sama. Tingkah laku ini akan merangsang keluarnya sel telur menuju seminal receptacle dimana sperma disimpan sementara sebelum di buahi dan kemudian bersama-sama menuju ruang fertilisasi (fertilization chamber) agar terjadi pembuahan. Biasanya Aplysia yang berada di depan bertingkah laku seperti betina dan Aplysia yang berada di belakang bertingkah laku layaknya jantan. Aplysia yang berada ditengah-tengah bertingkah laku kedua-duanya yaitu jantan dan betina.

Gambar 4.  Tingkah laku Aplysia pada Aplysia ketika musim kawin membentuk daisy chain.

Aplysia mempunyai kantung tinta seperti Octopus. Kantung tersebut berada di dalam rongga mantel. Satu berada di atas rongga mantel di atas insang yang biasanya mensekresi cairan yang berwarna ungu seperti tinta, kantung ini disebut kantung ungu (purple gland) dan yang kedua berada di bawah rongga mantel  di bawah insang dan mensekresikan cairan putih yang kental. Kantung ini dinamakan kantung opaline (opaline gland)

Aplysia melepaskan ciaran ungu jika merasa kondisi lingkungannya tidak aman. Ketika cairan ungu dikeluarkan air disekitar menjadi gelap dan membingungkan predator, terutama bagi ikan, karena dapat membius indera chemoreceptor. Tinta ungu yang dikeluarkan Aplysia diekstrak dari makanannya yaitu dari alga merah dan juga memberikan pigmen warna pada seluruh bagian tubuhnya yang tidak disukai predator. Ini adalah salah satu tingkah laku Aplysia agar dapat tetap bertahan dilingkungannya.

POSSIBLE RESPONSE TO CLIMATE VARIABILITY/CLIMATE CHANGE

             Gastropoda adalah hewan bersifat poikilotherm dimana suhu tubuh diatur agar sesuai dengan suhu lingkungan sehingga gastropoda sangat berpengaruh terhadap perubahan iklim. Selain itu gastropoda memiliki kulit yang bersifat semi porous sehingga sangat berpengaruh terhadap kondisi perairan.  Secara musiman, respon yang dialami Aplysia terhadap perubahan iklim belum banyak diketahui tetapi secara harian Aplysia memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan kondisi lingkungan. Setelah beberapa penelitian laboratorium dilakukan Aplysia sangat berpengaruh terhadap perubahan temperatur perairan. Perubahan yang di amati terdiri dari perubahan tingkah laku, perubahan tingkah laku makan dan perubahan tingkah laku reproduksi.

            Bila suhu perairan meningkat secara harian terjadi perubahan tingkah laku pada Aplysia yaitu berubah dari bersifat diurnal menjadi nocturnal. Jadi segala aktifitas makan dan reproduksi dilakukan menjelang sore atau ketika malam harinya dan hampir 60 % Aplysia melakukan kopulasi menjelang sore hari (Susswein et al,. 1983 in Chase, 2002).

          Peningkatan suhu mempengaruhi kerja sistem saraf dan sistem hormon khususnya pada sistem motorik radula dan sistem hormon kelenjar reproduksi. Berdasarkan penelitian laboratorium, Aplysia lebih sering makan bila suhu dinaikkan dari 150C hingga 250C sehingga mempengaruhi kelangsungan hidup Aplysia dan frekuensi bertelur jadi lebih sering bila suhu dinaikkan. Hal ini telah dilakukan uji coba laboratorium pada jenis Aplysia californica dan Aplysia brasiliana.  

 

REFERENCE

 

Bidgrain, P. 2009. Sea slug from South West Indian Ocean. Akses 24 Januari 2010 at http://seaslugs.free.fr/nudibranche/a_intro.html

Biological Description (On-Line). 2009. National Resource for Aplysia. Rosenstiel School of Marine and Atmospheric Science. Akses 23 Januari 2010 athttp://aplysia.miami.edu/.bio_description.html

Björn, B. 2002. Learning and Memory in Aplysia. Akses 23 Januari 2010 at http://brembs.net/learning/

Chase, R. 2002. Behavior and It’s Neural Control in Gastropod Molluscs. Oxford University Press

Invertebrate Anatomy (On-Line),Aplysia brasiliana. Lander University. 2006. Akses 21 Januari 2010 at  http://webs.lander.edu/rsfox/invertebrates/aplysia.html

Rudman, W.B.1998. What are Sea Hares?.Sea Slug Forum. Australian Museum, Sydney. Akses 21 Januari 2010 at http://www.seaslugforum.net/factsheet/seaharesMoore, J. 2006. An Introduction to The Invertebrates, 2nd ed,. Cambridge University New York Press

Sabzevari, S. 2000. “Aplysia californica” (On-line), Animal Diversity Web. Akses15 Januari 2010 at http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/information/Aplysia_californica.html