Apakah Penerapan Alat Perga Manik-Manik dalam Model Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK) dapat Meningkatakan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Bilangan Bulat di Kelas V SDN 2 Tolai ?

Apakah Penerapan Alat Perga Manik-Manik dalam Model Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK) dapat Meningkatakan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Bilangan Bulat di Kelas V SDN 2 Tolai ?

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Hal ini berimplikasi pada pentingnya penguasaan pengetahuan matematika bagi setiap individu maupun kelompok masyarakat dapat memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan yang terkait dengan perhitungan-perhitungan matematis. Oleh karena itu, matematika wajib dipelajari oleh siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.
Dalam proses pembelajaran matematika di sekolah diperlukan kualitas pembelajaran yang memenuhi, yaitu pembelajaran metamatika yang diarahkan untuk membantu siswa menggunakan daya intelektual dalam belajar. Oleh karena itu, perlu diadakan suatu perubahan kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan mutu pendidikan matematika. Salah satu indikator keberhasilan pendidikan matematika adalah terbentuknya siswa yang sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efesien (Depdikbud, 1993:23).
Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang guru SDN 2 Tolai kelas V pada tanggal 3 Februari 2008 diperoleh bahwa:

1. Kegiatan belajar mengajar di kelas masih didominasi oleh guru, sehingga guru menjadi satu–satunya sumber informasi.
2. Siswa masih mengaharapkan bantuan dari temannya dalam mengerjakan tugas, sehingga siswa yang berkemampuan tinggi masih mendominasi siswa berkemampuan rendah.
3. Siswa kurang dalam pengembangan kemampuan untuk bekerja, berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman dan guru. Sehingga tampak pada hasil belajar siswa masih rendah.
4. Siswa kurang memahami konsep dasar penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, sehingga siswa mengalami kesulitan mengembangkan materi-materi berikutnya yang memerlukan konsep dasar penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Untuk mengatasi masalah tersebut, seorang guru harus mampu memilih dan menerapkan model–model serta metode pembelajaran yang cocok diterapkan atau digunakan dalam belajar matematika. Khususnya pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat. Guru sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, serta peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, guru harus mampu merancang, mengelola dan mengevaluasi serta menggunakan alat peraga atau media pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba menerapakan alat peraga manik-manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK). Ada beberapa alat peraga yang digunakan dalam
membantu siswa dalam proses perhitungan bilangan bulat, salah satunya menggunakan alat peraga manik-manik. Alat peraga manik-manik dapat digunakan untuk menvisualisasi atau mengambarkan secara kongkrit proses perhitungan bilangan bulat. Menurut Bruner (Jaeng, 2008: 29) proses belajar akan lebih optimal jika proses pembelajaran melalui tiga tahap yaitu 1) tahap enaktif (tahap pembelajaran menggunakan benda-benda kongkrit), 2) tahap ikonik (tahap pembelajaran yang wujudkan dalam bentuk bayangan visual, gambar atau diagram) dan 3) tahap simbolik (tahap pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol yang abstrak). Dari kegiatan pembelajaran ini akan merangsang siswa lebih aktif, mampu berinteraksi dan berkomunikasi dalam belajar. Serta konsep dasar tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat lebih tertanam dalam diri siswa, selain itu dapat mengembangkan dan memupuk rasa kemandirian siswa dalam belajar matematika.
Pada proses belajar serta kehidupan sehari–hari senantiasa berada dalam dua situasi, yaitu 1). Situasi mandri (perseorangan) ingin sendiri, tidak mau berinteraksi dengan orang lain karena kegiatan itu memerlukan konsentrasi yang mandiri, 2) situasi beinteraksi dengan orang lain sebagai hakekat sosial dalam kehidupan manusia dari sejak lahir sampai dengan seseorang meninggal. Dalam pembelajaran Model PPKK, kedua situasi kehidupan manusia tersebut diakomudir dalam komunitas pembelajaran yang merupakan faktor paling penting dalam dimensi sosial kehidupan kelas. Dalam model PPKK ini akan

nampak aktivitas perseorangan dan aktivitas kelompok kecil yang dipisahkan secara jelas (Jaeng, 2008:69).
Berdasarakan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengajukan penelitian dengan judul “ Penerapan Alat Peraga Manik-Manik dalam Model Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Bilangan Bulat di Kelas V SDN 2 ”.

B. Rumusam Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah Penerapan Alat Perga Manik-Manik dalam Model Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK) dapat Meningkatakan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Bilangan Bulat di Kelas V SDN 2 Tolai ?”

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Penerapan Alat Perga Manik-Manik dalam Model Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK) dapat Meningkatakan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Bilangan Bulat di Kelas V SDN 2 Tolai.

D. Manfaat Penelitian.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa, diharapkan dapat belajar lebih aktif dan mampu berinteraksi dalam menyampaikan pendapat melalui kerja sama dalam kelompok kecil, agar dapat membangun dan mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri.
2. Bagi Guru, sebagai bahan masukan atau informasi untuk memperoleh gambaran mengenai Penerapan Alat Peraga dalam Model PPKK untuk Meningkatakan Hasil Belajar Siswa. Sehingga dapat dijadikan alternatif pembelajaran matematika di kelas.
3. Bagi Sekolah, dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam perbaikan pembelajaran, khususnya pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat.
4. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan sebagai bahan rujukan untuk pengembangan penelitian pembelajaran matematika lebih lanjut.

E. Batasan Istilah.
Agar tidak terjadi salah penafsiran tentang istilah dalam penelitian ini, maka perlu pembatasan istilah sebagai berikut:
1. Hasil belajar adalah hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar kognitif yaitu hasil yang diperoleh atau dicapai oleh siswa. Dalam operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, yang diukur dengan menggunakan tes hasil belajar (achievement test), hasil belajar afektif yaitu
hasil yang berupa penilaian sikap dan minat siswa dengan menggunakan skala likert dan hasil belajar psikomotor diperoleh dari pengamatan aktivitas siswa baik perseorangan maupun kelompok menggunakan alat peraga manik-manik.
2 Model Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK) yaitu model pembelajaran yang mengatifkan siswa baik secara
Perseorangan,maupun secara bersama dalam kelompok kecil. Model Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK) terdiri dari lima fase pembelajaran yaitu : 1) Pembukaan/ pengantar, 2) informasi, demonstrasi dan aktivitas perseorangan, 3) informasi dan aktivitas kelompok, 4) kuis evaluasi dan 5) Penutup (Jaeng, 2008: 69).
3. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah menerapkan alat peraga manik-manik dalam Model PPKK maka hasil belajar siswa dapat meningkat. Untuk mengukur adanya peningkatan, diperoleh dari hasil dan proses sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran. Diukur dengan tes hasil belajar kognitif,lembar penilaian sikap dan minat siswa (afektif) serta lembar pengamatan aktivitas kinestik (psikomotorik).
4. Materi yang diajarkan adalah salah satu sub pokok bahasan tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas V SDN 2 Tolai.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar.
Menurut Burton (Qamaria, 2007: 8) belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu, dan individu dengan lingkungannya. Menurut Slameto (Syaiful, 2002:13), belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pendapat kedua ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai dari hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif,afektif dan pisikomotor.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemapuan yang dimiliki siswa setelah siawa menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley (Sujana, 1989:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni a) Keterampilan dan kebiasaan, b) pengetahuan, c). sikap dan minat siswa.
Salah satu keberhasilan siswa dalam belajar matematika dapat di lihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar matematika adalah hasil yang diperoleh siswa setelah belajar suatu materi dalam pelajaran matematika.
Jadi dapat dikatakan bahwa, hasil belajar merupakan salah satu ukuran berhasil tidaknya siswa setelah menempuh kegiatan belajar di sekolah. Salah satu alat yang digunakan adalah penilaian berupa tes hasil belajar. Tinggi rendahnya skor yang diperoleh oleh siswa, menunjukan daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan.

B. Model Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK).
a. Rasional
Model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil merupakan suatu model pembelajaran yasng dapat memotivasi siswa, dalam individu dan dibarengi dengan lingkungan kelompok (kelas) yang mendukung. Sehingga tercipta suatu komunitas pembelajaran. Komunitas pembelajaran ini merupakan faktor yang paling penting dalam dimensi sosial kehidupan kelas.
Model PPKK ada komunitas pembelajaran yang terjadi, karena perpaduan antara individu dan kelompok. Oleh karena itu, seorang pendidik (guru) harus berusaha memahai setiap karakteristik pebelajar (siswa) yang berbeda–beda. Siswa dengan karakteristik yang berbeda- beda dalam satu kelas, guru (pendidik) berusaha untuk mendidik dengan cara–cara aktivitas perseorangan dan aktivitas kelompok kecil untuk melatih anak menjadi dewasa baik dalam cara berfikir dan tingkah lakunya dalam belajar.

Aktivitas perseorangan dan aktivitas kelompok kecil biasanya mengikuti aktivitas kelompok- menyeluruh, artinya untuk melaksanakan aktivitas cara perseorangan dan kelompok kecil, sebaiknya didahului oleh aktivitas kelas secara menyeluruh. Aktivitas kelompok menyeluruh lebih sering digunakan pada awal kegiatan pembelajaran, karena hal ini efektif untuk memberikan informasi tentang fakta–fakta, gambaran umum tentang konsep dan prinsip, dan rangkaian komponen–komponen yang menyusun suatu pengetahuan dasar (pengetahuan/keterampilan) yang akan berkembang dengan baik selama kegiatan pembelajaran. Namun demikian perolehan pengetahuan dasar tidak secra otomatis menuju ke perkembangan keterampilan tingkat tinggi seperti sintesis,analisis dan evaluasi. Karena siswa perlu diberikan kesempatan untuk mengkombinasikan bagian–bagian informasi kedalam pemahaman yang menyeluruh. Pola prilaku seorang guru selama kegiatan pembelajaran, sering mempengaruhi pemahaman siswa tentang informasi yang diberikan, seperti suara guru, gerakan guru, dan reaksi guru memberikan tanggapan terhadap siswa. Sehingga siswa menganalisis secara kritis apa yang mereka lihat, dengar, dan buat. Dalam hal ini aktivitas perseorangan dan aktivitas kelompok kecil sangat membantu (Jaeng, 2008: 69).
Model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK) mempunyai ciri–ciri sebagai berikut:
a. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian pembelajaran.
b. Adanya sintaks atau langkah – langkah kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pemebelajaran dapat berlangsung dengan hasil yang baik (Jaeng, 2008:69).

C. Sintaks Model Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK)
Sintaks adalah tahap–tahap atau langkah–langkah kegiatan dari suatu model yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian pembelajaran.Suatu sintaks pembelajaran menunjukan secara jelas kegiatan–kagiatan apa yang perlu dilakukan guru dan siswa.
Model Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK) ini mempunyai sintaks yang terdiri dari 5 fase yaitu 1) pengantar/pembukaan, 2) informasi, demonstrasi, dan aktivitas perseorangan, 3) informasi dan aktivitas kelompok kecil, 4) kuis evaluasi, dan 5) penutup. Rincian fase–fase dalam sintaks model PPKK dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK)
Fase Peran guru dan siswa
Fase 1. pembukaan/ pengantar 1. Guru mempersiapkan dan memotivasi siswa untuk aktif dakn KBM. Siswa memperhatikan penjelasan guru.
2. Guru membagi materi pembelajaran ke (i = 1,2,3,..). Siswa menerima materi yang dibagikan.
3. Guru menjelaskan indikator, informasi latar belakang pentingnya pelajaran. Siswa memperhatikan penjelasan guru.
4. Guru membentuk kelompok kecil (2–4 orang). Siswa memperhatikan dan masuk dalam kelompok yang telah dibentuk.
5. -Guru menyampaikan Model PPKK kepada siswa berupa informasi 1) persentasi pengetahuan dasar untuk pembahasan materi selanjutnya kepada siswa dalam kelas.2) aktivitas perseorangan,3)aktivitas kelompok yaitu siswa bekerja dalam tugas kelompok kecil. Siswa memperhatikan penjelasan guru.
6. Guru menyampaikan materi prasyarat. Siswa mengaitkan kembali materi prasyarat.
7. Guru membagikan berkas LKS dan LKP (lembar kuis perseorangan). Siswa menerima LKS dan LKP yang dibagikan oleh guru.
Fase 2. informasi, demonsrasi dan aktivitas perseorngan. 1.Guru mempersentasekan pengetahuan deklaratif dan demonstarasi pengetahuan prosedural selangkah demi selangkah. Siswa memperhatikan penjelasan dan demonstrasi guru didepan kelas.
2. Guru meminta siswa mengerjakan LKS perseorangan secara perseorangan.siswa mengerjakan LKS perseorangan secara mandiri.
3. Guru mengontrol kerja siswa selangkah demi selangkah, dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan bertanya kepada guru.
4. Guru memeriksa kerja siswa dan memberikan umpan balik. Siswa menunjukan hasil kerjanya.
Fase 3 informasi dan aktivitas kelompok. 1. Guru menginformasikan masalah dalam LKS kelompok dan meminta siswa untuk kerja sama dalam kelompok. Siswa memperhatikan/ membaca masalah dalam LKS kelompok dan megerjakan bersama dalam kelompok.
2. Guru memberikan arahan agar siswa selalu berada dalam tugas kelompok. Siswa aktif terlibat dalam tugas kelompok.
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi. Siswa berdiskusi dengan anggota lain dalam kelompok.
4. Guru mengontrol, dan apabila ada siswa yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah, guru dapat memberikan bantuan seperlunya dengan pertanyaan yang membuka wawasan siswa, dan memberikan umpan balik. Kelompok yang mengalami kesulitan dapat bertanya pada guru untuk memperoleh arahan dan umpan balik.
Fase 4 kuis evaluasi 1. Guru meminta siswa mengerkajakan kuis sebagai evaluasi. Siswa mengerjakan kuis secara mandiri.
Fase 5 Penutup 1. Guru mengumpulkan berkas LKS dan LKP yang sudah dikerjakan. Siswa menyerahkan LKS dan LKP yang sudah dikerjakan.
2. Guru memberikan tugas perseorangan dan tugas kelompok. Siswa mencatat tugas – tugas ( PR) yang diberikan guru.
Sumber (Jaeng 2008: 70)
D. Perencanaan.
Satu ciri dari pembelajaran matematika dengan Model Pembelajaran dengan Cara Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK) yaitu adanya aktivitas perseorangan dan aktivitas kelompok. Untuk itu pelaksanaan pembelajaran dengan model PPKK, guru perlu membuat perencanaan yang mencakup aspek – aspek atau kondisi – kondisi yang dapat terlaksana secara baik dalam kegiatan pembelajaran. Karena itu guru perlu membuat perencanaan secara rinci mencakup aspek : 1) tujuan pembelajaran, 2) aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran , 3) perangkat pembelajaran dan sarana pendukung pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dengan model PPKK menunjukan aktivitas siswa dan aktivitas guru disusun dalam matrik yang berkaitan dengan sintaks dan waktu yang diperlukan untuk setiap fase dalam satu pertemuan (2×45 menit). Selanjutnya menyangkut aspek aktivitas guru selama kegiatan
pembelajaran dilakukan dengan mengerjakan tugas LKS, baik perseorangan, maupun tugas kelompok kecil (Jaeng, 2008:73).
a. Pengorganisasian kelas
Untuk pegorganisasian kelas, perlu diperhatikan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menfokuskan pada aktivitas guru dapat di hubungkan dengan metode–metode penyampaian pengajaran yang dikemukan oleh Kemp, Morrison, dan Ros (Jaeng, 2008: 74).
b. Penanganan aktivitas siswa.
Selama aktivitas pembelajaran dengan model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK), terutama pada fase 2 dan fase 3, guru perlu menangani permasalahan yang muncul selama aktivitas siswa, agar aktivitas siswa baik perseorangan dan kelompok kecil dapat berjalan dengan baik.
1. Aktivitas Perseorangan
Selama aktivitas perseorangan, siswa tidak berinteraksi dengan temannya, karena itu guru dalam memberikan persentasi dan demonstrasi harus jelas, tidak perlu lama berada didepan, tetapi guru berada di tengah–tengah siswa mengontrol aktivitas kerja siswa, terutama aktivitas selangkah demi selangkah untuk pemahaman pengetahuan prosedural, memberikan dorongan, bimbingan, fasilitasi, dan membangun semangat siswa untuk bekerja semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan siswa (Jaeng, 2008:75).
2. Aktivitas Kelompok.
Selama aktivitas kelompok, siswa harus bekerja sama dalam kelompoknya, karena itu guru perlu memperhatikan kegiatan siswa selama aktivitas kelompok. Karena mungkin ada siswa yang mendominasi dalam kelompok, dan mungkin ada siswa yang hanya diam tidak berbuat sesuatu, tetapi hanya menerima hasil sebagai hasil bersama. Dalam kondisi seperti ini, guru perlu memotivasi kelompok agar selama aktivitas kelompok, semua siswa harus bekerja sama, harus aktif berperan dalam kelompok, memberikan masukan, dan harus selalu berada dalam kelompok mengerjakan tugas (Jaeng,2008:75).

E. Tinjauan Materi Operasi Hitung Bilangan Bulat
Bilangan bulat terdiri dari bilangan negatif, bilangan nol, dan bilangan positif. Bilangan-bilangan yang bertanda- negatif disebut bilangan bulat negatif, misalnya (…,-4,-3,-2,-1), bilangan-bilangan yang bertanda positif disebut bilangan bulat positif, misalnya (1,2,3,4,…}, bilangan bulat nol dengan dinotasi (dilambangkan) “0”.
Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat disajikan kepada siswa dengan menggunakan alat peraga, agar siswa dapat dengan mudah memahami konsep dasar penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Ada beberapa alat peraga yang dapat digunakan untuk memvisualisasi atau menggambarkan secara kongkrit proses perhitungan pada bilangan bulat, yaitu salah satunya menggunakan alat peraga berupa manik-manik.
Manik-manik adalah slat peraga untuk pembelajaran proses perhitungan bilangan bulat dengan pendekatan menggunakan konsep himpunan.

Manik-manik adalah slat peraga ini dapat digunakan untuk memberikan pemahaman tentang pengerjaan bilangan dengan menggunakan pendekatan konsep himpunan. Sesuai konsep pada himpunan, kita dapat “menggabungkan” atau “memisahkan” dua himpunan yang dalam hal ini anggotanya berbentuk manik-manik. Bentuk manik-manik ini berbentuk bulat dan bentuk dimodifikasi ke dalam bentuk-bentuk lain asal sesuai dengan prinsip kerjanya.
Manik-manik ini terdiri atas dua warna dan dua tanda. Satu tanda untuk membedakan atau mewakili bilangan positif (warna merah) sedangkan tanda yang lain menandakan atau mewakili bilangan negatif (warna biru muda).

Dalam alat peraga ini bilangan nol diperlihatkan oleh dua buah manik-manik dengan tanda dan warna yang berbeda yang dipasangkan, sehingga dua manik-manik ini berpasangan. Bentuk netral ini digunakan pada saat melakukan operasi pengurangan a – b, dengan b lebih besar dari a, atau b merupakan bilangan negatif.

Prinsip kerja alat peraga manik-manik adalah :
Dalam konsep himpunan “Operasi gabung” atau “proses pengabangunan” dapat diartikan sebagai penjumlahan dan “proses pemisahan” atau “pengambilan” dapat diartikan sebagai pengurangan. Menggabungkan sejumlah manik-manik ke dalam kelompok manik-manik lain, maka sama halnya dengan melakukan penjumlahan.

Deskripsi : berapa di gabung dengan berapa, hasil sama dengan …
Jika melakukan proses pemisahan atau pengambilan manik-manik kedua dari kelompok manik-manik, maka sama halnya dengan melakukan pengurangan.

Deskripsi : Semula ada beberapa diambil berapa hasil (sisa) berapa.
1. Penjumlahan Bilangan Bulat
Contoh:
(a) (-3)+(-5) = …?
(b) 3 + (-5) = …?
(c) (-3) + 5 = … ?
Beberapa hal yang harus dijalankan dalam melakukan proses penjumlahan adalah :

1. Jika a dan b kedua-duanya merupakan bilangan positif atau bilangan negatif maka gabungan sejumlah manik-manik ke dalam kelompok manik-manik lain yang bertanda sama.
2. Jika a bilangan positif dan b bilangan negatif atau sebaliknya, maka gabungan sejumlah manik-manik yang mewakili bilangan positif ke dalam kelompok manik-manik yang mewakili bilangan negatif. Selanjutnya lakukan proses pemasangan diantara dua kelompok tersebut agar manik-manik ini berpasangan. Tujuannya adalah mencari sebanyak-banyaknya, kelompok manik-manik yang bernilai nol. Biasanya setelah proses pemasangan (pemetaan) dilakukan akan menyisakan manik-manik dengan tanda tertentu yang merupakan hasil penjumlahan.
(a) (-3) + (-5) ….. ?
Cara kerja
1. Tempatkanlah 3 buah manik-manik yang bertanda negatif ke dalam kotak peragaan. Hal ini untuk menunjukkan bilangan yang pertama yaitu negatif 3.

2. Gabungkan melalui proses penggabungan secara langsung ke dalam kotak peragaan, sekarang terlihat adanya 8 buah manik-manik bertanda negatif yang kedua dan operasi tersebut yaitu negatif 5.

3. Setelah melalui proses penggabungan secara langsung ke dalam kotak peragaan, sekarang terlihat adanya 8 buah manik-manik bertanda negatif. Peragaan ini menunjukkan kepada kita bahwa :
(-3) .+(- 5) = – 8

b. 3 +(- 5) = … ?
Cara kerja :
1. Tempakanlah 3 buah manik-manik yang bertanda positif ke dalam kotak (tempat) peragaan Hal ini untuk menunjukkan. bilangan yang pertama yaitu positif 3.

2. Gabungkan atau tambabkan ke dalam kotak (tempat) peragaan tersebut manik-manik bertanda negatif sebanyak 5 buah, yang menunjukkan bilangan kedua dari operasi tersebut yaitu negatif 5.

3. Lakukanlah pemasangan (pemetaan) antara manik-manik yang bertanda positif dan, yang bertanda negatif. Tujuannya adalah untuk mencari sebanyak-banyaknya bilangan yang bersifat netral.
Selanjutnya manik-manik yang berpasangan (bersifat netral), ini dapat kita keluarkan dan ditempatkan di kotak (tempat) peragaan lain

4. Dari hasil pemasangan terlihat adanya 3 manik-manik yang berpasangan yang bersifat netral (mewakili bilangan no1) dan setelah dikeluarkan menyisakan. 2. buah manik-manik yang bertanda negatif (yang bernilai negatif 2).
Peragaan ini menunjukkan kepada kita bahwa. 3 + (- 5) = – 2.

2. Pengurangan Bilangan Bulat
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan proses adalah pengurangan adalah :
a. Jika a dan b merupakan bilangan positif dan a lebih besar dari b, maka “pisahkan” secara langsung sejumlah b manik-manik keluar kelompok manik-manik yang berjumlah a.
b. Jika a dan b merupakan bilangan positif dan a lebih kecil dari b maka sebelum memisahkan sejumlah b manik-manik yang bilangannya lebih besar dari a, terlebih dahulu gabungkan sejumlah manik- manik yang bersifat netral ke dalam himpunan manik-manik a dan banyaknya tergantung pada seberapa kurangnya manik-manik yang akan dipisahkan.
c. Jika a bilangan positif dan b bilangan negatif, maka sebelum memisahkan sejumlah b manik-manik yang bernilai negatif, terlebih dulu harus menghubungkan sejumlah manik-manik yang bersifat netral dan banyaknya tergantung pada besarnya bilangan b.
d. Jika a bilangan negatif dan b bilangan positif, maka sebelum melakukan proses pemisahan sejumlah b manik-manik yang bernilai positif dari kumpulan manik-manik yang bernilai negatif, terlebih dahulu harus menambahkan sejumlah manik-manik yang bersifat netral ke dalam kumpulan yang banyaknya tergantung pada besarnya bilangan b.
e. Jika a dan b merupakan bilangan negatif dan a lebih besar dari b, maka sebelum melakukan proses pemisahan sejumlah b manik-manik yang bilangannya lebih kecil dari a, terlebih dahulu harus dilakukan proses penggabungan sejumlah manik-manik yang bersifat netral kedalam kumpulan manik-manik a, dan banyaknya tergantung pada kurangnya manik-manik yang akan dipisahkan.
f. Jika a dan b merupakan bilangan negatif dan a lebih kecil dari b, maka pisahkan secara langsung sejumlah b manik-manik keluar dari kelompok manik-manik yang berjumlah a.
Contoh
(a) 5 – 3 = … ?
Cara kerjanya :
1) Tempatkanlah 5 buah manik-manik yang bertanda positif ke dalam kotak (tempat) peragaan. Hal ini untuk menunjukkan bilangan pertama dari operasi tersebut yaitu positif 5.

2) Ambilah atau pisahkanlah 3 buah manik-manik keluar dari kotak (tempat) peragaan.

3) Setelah melalui proses pemisahan secara langsung dari kotak peragaan sekarang terlihat sisa mark-manik yang berjumlah 2 (bernilai positif). Peragaan. ini menunjukkan kepada kita bahwa 5 – 3 = 2.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini, untuk mendeskripsikan penerapan alat peraga manik-manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat di kelas V SD Negeri 2 Tolai
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Dimana peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian mulai dari awal penelitian sampai berakhirnya penelitian.
Rancangan penelitian mengacu pada model Kemmis dan Mc. Taggart (Arikunto,2007:16) yang terdiri dari 4 (empat) komponen yaitu:1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi.
Model siklus tersebut akan digambarkan sebagai berikut:

B. Setting dan Subyek Penelitian.
Penelitian ini dilakukan di kelas V SDN 2 Tolai. Yang terdaftar pada tahun ajaran 2008/2009. Subyek penelitian adalah 4 orang siswa kelas V SDN 2 Tolai dengan kualifikasi berkemampuan rendah, berdasarkan tes awal, dan hasil wawancara dengan guru kelas V SDN 2 Tolai untuk melihat progresif peningkatan hasil belajar.
Pada penelitian ini, peneliti sebagai instrumen utama, bertindak sebagai pemberi tindakan, pengamat, pengumpul data dan menganalisis data. Oleh karena itu, peneliti terlibat langsung dalam penelitian dan dituntut kehadirannya.

C. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data.
a. Jenis Data.
Data penelitian ini berupa data kualitatif sesuai dengan hasil observasi,wawancara,catatan lapangan,dan data kuantitatif berupa hasil tes yang diperoleh siswa saat penerapan alat peraga manik-manik dalam model PPKK pada siswa kelas V SDN 2 Tolai. Adapun data yang berupa angka-angka akan dideskripsikan dengan memberi makna dalam bentuk paparan naratif.
b. Cara Pengumpulan Data.
1). Tes Tertulis
Tes yang digunakan adalah 1) Tes awal, tes ini di berikan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam menyelesaikan materi operasi hitung bilangan bulat, terutama pada penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat. 2) Tes akhir tindakan, tes ini diberikan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah diberikan tindakan
2). Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui, menggali data atau informasi yang lebih mendalam tentang pengetahuan siswa atau subyek pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Karena ada kemungkinan dalam pekerjaan siswa, proses berfikir siswa yang tidak semua dapat di aplikasikannya dalam pekerjaan mereka, sehingga diperlukan wawancara. Wawancara dilakukan setelah pelaksanaan tes, dimana pertanyaan yang diajukan tergantung hasil pekerjaan yang siswa dikerjakan pada saat tes diberikan. Serta untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar.
3). Observasi (Pengamatan)
Observasi atau pengamatan dilakukan pada saat proses pelaksanaan tindakan. Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas peneliti sebagai guru dan siswa selama tindakan berlangsung dengan menggunakan lembar observasi untuk guru dan siswa serta lembar pengamatan kegiatan psikomotorik siswa dalam penerapan alat peraga manik-manik dalam model PPKK. Lembar observasi untuk guru bertujuan untuk mengetahui terlaksananya penerapan alat peraga manik-manik model PPKK. Lembar observasi untuk siswa digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat penerapan alat peraga manik-manik dalam model PPKK.

4). Catatan lapangan.
Catatan lapangan dilakukan untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam lembar observasi. Catatan ini memuat segala kegiatan siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung dalam penerapan alat peraga manik-manik dalam model PPKK.

D. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data dilakukan untuk pengumpulan data, analisis dengan mengacu pada model alur yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Yuliana 2007:19) yaitu 1) Mereduksi data, 2) Penyajian data, dan 3) Penarikan Kesimpulan.
1) Mereduksi Data
Mereduksi data adalah proses kegiatan seleksi, pengfokusan dan penyederhanaan data sejak awal pengumpulan data sampai penyusunan laporan. Sehingga memberikan gambaran yang jelas pada peneliti untuk melakukan pengumpulan dan mencari data bila diperlukan.
2) Penyajian data
Penyajian data adalah proses pengumpulan data secara lebih sederhana mengenai proses pembelajaran,kesulitan subyek dan solusinya. Sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang disajikan sebelum dibuat penafsiran dan evaluasi untuk membuat perencanaan tindakan.

3) Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan bertujuan untuk memberikan kesimpulan sehubungan dengan penafsiran dan evaluasi. Penarikan kesimpulan merupakan pengungkapan akhir dari hasil tindakan.

E. Tahap – Tahap Penelitian.
Pada penelitian ini terdiri dua tahap yaitu kegiatan pratindakan dan kegiatan pelaksanaan tindakan.
1) Kegiatan Pratindakan
Pada tahap ini dilakukan oleh peneliti adalah berdialog dengan guru kelas V SDN 2 Tolai mengenai materi yang akan diterapkan menggunakan Alat Peraga Manik-Manik dalam Model PPKK, menentukan subjek penelitian dan pengamat (teman sejawat), merancang tes awal yang akan di berikan. menyusun rencana pembelajaran, LKS , lembar observasi, format wawancara, catatan lapangan dan tes akhir.
2) Kegiatan Pelaksanaan Tindakan.
Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang bersifat siklus. Pelaksanaan tindakan yang dimaksudkan adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang direncanakan. Pelaksanaan tindakan dilakukan 2 (dua) siklus dengan menggunakan Model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggar (Arikunto, 2007:16) yang terdiridari 4 (empat) tahap yaitu : a). Perencanaan, b) Tindakan, c) Observasi dan d) Refleksi.

a) Perencanaan
1) Menyiapkan materi tentang Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
2) Merancang rencana pembelajaran (merancang persiapan mengajar)
3) Menyiapkan LKS Perseorangan, LKS Kelompok dan LKP
4) Merancang tes awal dan tes akhir
5) Merancang lembar observasi.
6) Merancang format wawancara.
b) Pelaksanaan tindakan
Kegiatan pada tahap ini yaitu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang menggunakan Alat Peraga Manik-Manik dalam Model PPKK pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Bilangan Bulat di Kelas V SD Negeri 2 Tolai.
c) Observasi
Observasi dilakukan selama tindakan berlangsung, bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru pada saat penerapan Alat Peraga Manik-Manik dalam Model PPKK. Observasi ini dilakukan oleh pengamat (teman sejawat) dan guru kelas V dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi ini selanjutnya dijadikan alat evaluasi untuk menentukan siklus selanjutnya.

d) Refleksi
Pada tahap ini, melakukan analisis hasil yang diperoleh dalam tahap observasi. Data yang diperoleh dikaji dan dianalisa serta membuat kesimpulan. Hasil analisis data yang diperoleh pada tahap refleksi digunakan sebagai acuan pada perencanaan tindakan selanjutnya.

F. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Kriteria keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam pembelajaran suatu pokok bahasan opersi hitung bilangan bulat dikatan tuntas atau berhasil dapat iukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Daya serap individu
% daya serap individu =
a. Daya Serap secara Klasikal
% Daya serap klasikal =
b. Ketuntasan belajar secara Klasikal
% Ketuntasan Klasikal =
Seorang siswa dikatan tuntas belajar secara individual bila diperoleh persentase daya serap individual lebih atau sama dengan 65% dan tuntas belajar secara klasikal bila di peroleh persentase daya serap klasikal lebih dari atau sama dengan 75% (Depdikbud 1996:25) indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah apabila persentase serap invidu yang diperoleh siswa lebih dari atau sama dengan 65% dan persentase daya serap klasikal lebih dari sama dengan 75%.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Pra tindakan
Penelitian dilakukan di SD Negeri 2 Tolai, pada hari jumat tanggal 18 Juli 2008, peneliti menemui kepala sekolah dan guru kelas V SD Negeri 2 Tolai di desa Suli. Pada pertemuan tersebut peneliti menyampaikan maksud dan tujuan penelitian serta mendiskusikan rencana kegiatan pelaksanaan tindakan penelitian. Hasil pertemuan dengan Kepala Sekolah tersebut pada dasarnya , kepala sekolah menyetujui serta memberi izin untuk melaksanakan penelitian di kelas V SD Negeri 2 Tolai, dengan menerapkan alat peraga manik-manik dalam model PPKK dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat di kelas V SD Negeri 2 Tolai.
Sebelum melakukan tindakan, peneliti melaksanakan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Jumlah soal tes awal sebanyak 4 nomor. Peneliti melaksanakan tes awal pada hari sabtu tanggal 19 Juli 2008. tes awal diikuti oleh 24 siswa kelas V SD Negeri 2 Tolai yang terdaftar tahun 2008/2009. Soal tes awal dapat dilihat pada lampiran 1.
Setelah malaksanakan tes awal, peneliti memeriksa hasil pekerjaan siswa. Serta menganalisis hasil tes awal siswa. Analisis hasil tes awal di peroleh ketuntasan klasikal 45,82% dengan daya serap klasikal mencapai 51,87%. Hal ini menunjukan bahwa hasil tes awal siswa tentang penjumlahan
dan penguramgan bilangan bulat masih rendah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 2. Dari tes awal peneliti memilih 4 orang siswa sebagai subyek penelitian yaitu I Made Suarsana (S ), I Gusti Putu Irawan (S ), Kadek Andre Wijaya (S ) dan I Gede Adi Purnawan (S ). Yang masing-masing berkemampuan rendah berdasarkan tes awal dan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri 2 Tolai.
Berdasarkan hasil tes awal, peneliti membentuk delapan kelompok kecil, pembentukan kelompok berdasarkan tempat duduk terdekat. Yang sebelumnya tempat duduk siswa dibentuk oleh guru ( peneliti) berdasarkan kemampuan siswa. Dalam satu kelompok terdiri 3 orang siswa yang berkemampuan heterogen yaitu satu orang berkemampuan tinggi, satu orang berkemampuan sedang dan satu orang berkemampuan rendah. Pembagian kelompok dapat dilihat pada lampiran3. Keempat subyek penelitian disebar dalam empat kelompok yang berbeda. Agar siswa siswa mendapatkan masukan-masukan dari teman kelompoknya. Sehingga tidak ada kelompok yang mendominasi atau kelompok pasif yang selama proses pembelajaran berlangsung. Subyek penelitian berada pada kelompok 1 untuk S , kelompok II untuk S , kelompok 3 untuk S dan kelompok V untuk S . Daftar dapat dilihat pada lampiran 3.

2. Hasil Tindakan.
Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus meliputi (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi dan (4) Refleksi. Adapun hasil pelaksanaan dari siklus I dan siklus II sebagai berikut:
a. Siklus I
(1) Perencanaan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, telah dijelaskan pada tahap-tahap penelitian meliputi:
a. Membuat rencana pemabelajaran (RP) lampiran 4 dan Materi pembelajaran I tentang penjumlahan bilangan bulat (Lampiran 5), Lembar Observasi (Lampiran 10), dan pedoman wawancara.
b. Menyiapkan daftar nama kelompok (lampiran 3)
c. Menyiapkan lembar kerja siswa perseorangan (LKS-P) lampiran 6.
d. Menyiapkan Lembar kerja siswa kelompok (LKS-K) lampiran 8.
e. Menyiapkan lembar kuis pertemuan (LKP) lampiran 10.
f. Menyiapkan alat peraga manik-manik.
(2) Pelaksanaan Tindakan.
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23 Juli 2008 di kelas V SD Negeri 2 Tolai dengan materi penjumlahan bilangan bulat. Pelaksanaan tindakan dimulai dari pukul 07.15 s.d 08.45 berlangsung selama 3 jam pelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran (RP) yang menerapkan alat peraga manik-manik dalam model PPKK untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu (a) Tahap awal, (b) tahap Inti dan (c) tahap Akhir. Dengan rincian sebagai berikut:
(a) tahap Awal.
Kegiatan pada tahap awal berlangsung 10 menit. Dalam kegiatan ini (fase1) guru (peneliti) mempersiapkan siswa, membagi lembar kerja siswa perseorangan (LKS-P), lembar kerja siswa kelompok (LKS-K),lembar kuis pertemuan (LKP), materi pembelajaran I tentang penjumlahan bilangan bulat, menyampaikan tujuan pembelajaran , memotivasi siswa, menjelaskan model PPKK, membagi siswa ke dalam kelompok serta membagi alat peraga kepada seluruh siswa.
Pada kegiatan awal guru (peneliti) memberikan pertanyaan lisan, untuk mengecek sejauh mana siswa mengenal materi tentang bilangan bulat sebagai materi prasyarat. Adapun petikan penyampaian guru (peneliti) kepada seluruh siswa “ Anak-anak sekalian, kalian dikelas IV telah belajar tentang bilangan bulat. Siapa yang masih ingat tentang himpunan bilangan bulat?” Beberapa siswa menjawab dan jawabanya tepat. Setelah tanya jawab untuk membangun pengetahuan prasyarat siswa, kemudian dilanjutkan pada kegiatan berikutnya. Waktu yang digunakan pada kegiatan pendahuluan 10 menit sesuai dengan rencana pembelajaran (RP).
(b) tahap inti
Kegiatan pada tahap inti berlangsung selama 90 menit. Pada kegiatan tahap inti terbagi atas tiga fase yaitu fase 2 informasi, demonstrasi dan kegiatan
perseorangan, fase 3 informasi dan kegiatan kelompok dan fase 4 kuis evaluasi. Sebelum siswa mengerjakan LKS-perseorangan, siswa diminta membuka lembar materi tentang penjumlahan bilangan bulat yang sudah dibagikan sebelumnya dan siswa diharapkan memperhatikan guru (peneliti) memdemonstrasikan materi dan cara kerja alat peraga dalam menjumlahkan bilangan bulat. Selanjutnya guru (peneliti) meminta siswa mengerjakan LKS-perseorangan secara mandiri.
Pada saat siswa mengerjakan LKS-perseorangan secara mandiri, peran peneliti sebagai fasilitator. Guru (peneliti) mengelilingi dan mengontrol setiap kerja siswa selangkah demi selangkah. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan, guru (peneliti) memperbolehkan siswa mencari jawaban pada lembar materi atau buku matematika lainnya serta diperbolehkan bertanya pada guru (peneliti) bukan pada teman-temanya yang lain. Hal ini ditegaskan karena aktivitas perseorangan, masing-masing siswa harus menyelesaikan soal secara mandiri. Dalam mengerjakan LKS-perseorangan siswa masih mengalami kebingungan, karena siswa baru pertama kalinya menggunakan alat perga manik-manik dalam menjumlahkan bilangan bulat serta siswa dihadapkan pada situasi yang berbeda, dimana siswa hanya boleh bertanya hanya pada guru (peneliti) saja. Setelah guru (peneliti) mulai mengarahkan dan membimbing, siswa mengerjakan atau menjawab LKS-perseorangan dengan serius sampai batas waktu yang ditentukan.
Setelah mengerjakan LKS-perseorangan, siswa diminta untuk bergabung dalam kelompok masing-masing yang sudah ditetapkan. Tapi
sebelum mengerkajakan LKS kelompok, guru (peneliti) memnita siswa untuk membaca LKS-K dan menayakan kepada guru (peneliti) tentang isi LKS-K yang belum dipahami. Berikut petikan penyampaian guru kepada siswa sebelum meyelesaikan LKS-K “ anak-anak sekalian, kerjakan LKS berikut secara berkelompok. Ingat kerja sama yang baik sangat dibutuhkan untuk menyelesaiakn LKS ini, dan jika mengalami kesulitan serta soal kurang jelas silahkan kalian tanyakan”.
Peneliti pada saat aktivitas kelompok sebagai fasilitator yang berada di tengah-tengah siswa. Guru (peneliti) memonitoring dan memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Guru (peneliti) memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan anggota lain dalam kelompoknya. Selain itu, guru juga berusaha mengaktifkan kerja sama dalam kelompok. Sehingga semua siswa aktif mengerjakan LKS-K sampai batas waktu yang ditentukan. Waktu yang dibutuhkan adalah 35 menit.
Setelah selesai mengerjakan LKS-K, guru (peneliti) meminta siswa duduk kembali di tempat duduk masing-masing, untuk mengerjakan LKP (tes akhir tindakan) secara mandiri. Kuis (tes akhir tindakan) diberikan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi penjumlahan bilangan bulat.Waktu yang digunakan 25 menit.
c) tahap Akhir
Setelah menyelesaikan pembelajaran pada tahap inti, guru (peneliti) melanjutkan pembelajaran pada tahap akhir yang berlangsung selama 5 menit.
Kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan LKS-P,LKS-K dan LKP serta memberikan latihan atau PR yang bertujuan untuk menanamkan konsep dan pengetahuan siswa dalam materi penjumlahan bilangan bulat.
Berikut adalah tabel skor perolehan subyek pada LKS-P, LKS-K dan LKP pada tindakan I.
Tabel 4.1 Skor perolehan subyek pada lembar kerja siswa perseorangan (LKS-P) tindakan I.
No Nomor soal
Skor soal

Subyek
Penelitian Pencapaian skor pada setiap butir soal dan tingkat ketercapaian TPK Total

100 Daya serap (%)
1 2
75 25
X Y X
Y

1 S
75 100 15 100 90 90
2 S
75 100 15 100 90 90
3 S
75 100 15 100 90 90
4 S
75 100 0 100 75 75
Jumlah 345 86,25

X, dan X adalah skor yang diperoleh setiap subyek penelitian
Y dan Y adalah persentase maksimal dari setiap skor soal

Berdasarkan tabel diatas, bahwa nilai LKS perseorangan (LKS-P) dari keempat subyek yaitu S , S dan S memperoleh skor 90, dengan daya serap individu mencapai 90%. Untuk S memperoleh skor 75 , dengan daya serap individu mencapai 75%. Sedangkan untuk rata-rata daya serap individu dalam belajar keempat subyek penelitian mencapai 86,25%.

Tabel 4.2 Skor perolehan subyek pada lembar kerja siswa kelompok (LKS-K) tindakan I.
No
Nomor soal
Skor soal

Subyek
penelitian Pencapaian skor pada setiap butir soal dan tingkat ketercapaian TPK Total

100 Daya serap (%)
1 2
75 25
X Y X
Y

1 S
75 100 5 100 80 80
2 S
75 100 15 100 90 90
3 S
75 100 25 100 100 100
4 S
75 100 0 100 75 75
Jumlah 345 86,25
X, dan X adalah skor yang diperoleh setiap subyek penelitian
Y dan Y adalah persentase maksimal dari setiap skor soal

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai LKS kelompok (LKS-K) dari keempat subyek penelitian yaitu S memperoleh skor 80, dengan daya serap individu mencapai 80%. S memperoleh skor 90 dengan daya serap individu mencapai 90%. S memperoleh skor 100, dengan daya serap individu mencapai 100% sedangakan S memperoleh skor 75 dengan daya serap individu mencapai 75%. Hal ini menunjukan bahwa keempat subyek penelitian dalam mengerjakan LKS kelompok mencapai rata-rata daya serap individu belajar kelompok mencapai 86,25%.

Tabel 4.3 Skor perolehan subyek pada lembar kuis perseorangan (LKP) tindakan I
Nomor soal dan
Skor soal

Subyek
Penelitian Pencapaian skor pada setiap butir soal dan tingkat ketercapaian TPK Total

100 Daya serap (%)
1 2 3 4 5 6
15 15 15 15 15 25
X Y X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y

S
15 100 0 100 15 100 15 100 15 100 18 100 78 78
S
15 100 15 100 15 100 0 100 15 100 18 100 78 78
S
15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 0 100 75 75
S
15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 0 100 75 75
Jumlah 306 76,5

X, dan X adalah skor yang diperoleh setiap subyek penelitian
Y dan Y adalah persentase maksimal dari setiap skor soal

Berdasarkan tabel diatas , dapat dilihat bahwa skor kuis evaluasi dari ke empat subyek yaitu S , dan S memperoleh skor 78, dengan daya serap individu mencapai 78%. Untuk S , dan S meperoleh skor 75, dengan daya serap individu mencapai 75%. Sedangkan untuk siswa secara keseluruhan ketuntasan belajar klasikal siswa kelas V mencapai 75% dengan daya serap klasikal mencapai 75,41%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 11.
Untuk melihat hubungan aktivitas perseorangan dan aktivitas kelompok dalam menyelesaikan LKS dan hasil kuis disajikan rangkuman hasil LKS
(perseorangan dan kelompok) dan hasil LKP ( lembar kuis pertemuan) dalam tabel berikut:

Tabel 4.4 Skor kerja subyek (LKS-P dan LKS-K) dan skor kuis (LKP) akhir tindakan I.
Subyek Penelitian LKS LKP
Perseorangan kelompok
S
90 80 78
S
90 90 78
S
90 100 75
S
75 80 75
jumlah 345 350 300

Jadi berdasarkan hasil LKS-P, LKS-K, dan LKP, siswa berhasil dengan baik. Karena siswa mengerjakan LKS dan LKP tersebut mengikuti cara atau langkah-langkah yang dijelaskan guru (peneliti) di papan tulis, dan guru (peneliti) mengingatkan bahwa pertemuan berikutnya pembelajaran akan berlangsung dengan cara yang sama.

3. Hasil Observasi
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung nampak bahwa siswa sangat senang dan antusias dalam belajar, siswa sangat senang bekerja secara mandiri maupun secara kelompok. Siswa aktif belajar dan berdiskusi untuk mencari informasi, baik dengan guru (peneliti) maupun dengan teman-temannya yang lain.
Hasil observasi masing-masing pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran juga menunjukan bahwa pembelajaran sudah berlangsung dengan
baik. Hasil observasi yang diperoleh baik karena masing-masing pengamat memberikan pengamatan yang sama.
Dari hasil pengamatan tersebut, dihitung tingkat reliabilitas dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Grinell (jaeng, 2005) yaitu
PA = PA = Partelage of Agreement
A = Agreement D = Disagreement
Kreteria taraf keberhasilan adalah sebagai berikut:
90% ≤ PA ≥ 100% : Sangat Baik
80% ≤ PA ≥ 89% : Baik
65% ≤ PA ≥ 79% : Cukup Baik
55% ≤ PA ≥ 64% : Kurang Baik
0% ≤ PA ≥ 54% : Tidak Baik
Hasil observasi dua pengamat terhadap kegiatan penelitian dan kegiatan siswa dapat dilihat pada tabel 4.5 , 4.6 , 4.7, 4.8 dan 4.9. Lembar observasi tindakan I secara terinci terdapat pada lampiran 10.
Tabel 4.5 Hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran dalam penerapan alat peraga manik-manik dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK).

Aspek Pengamatan Pengamat I Pengamat II
I. KEGIATAN MENGAJAR BELAJAR
A. KEGIATAN AWAL
Fase 1. Pengantar/Pembukaan
1.Mempersiapkan siswa untuk belajar. 1 1
2.Membagi materi pembelajaran, dan berkas LKS&LKP 1 1
3.Menjelaskan model pembelajaran yang akan dipakai dalam pembelajaran (Model PPKK). 1 1
4. Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. 1 1
5.Menjelaskan cara-cara bekerja perseorangan 1 1
6. Menjelaskan cara-cara bekerja sama dalam kelompok. 1 1
7. Mengaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu. 1 1
8. Memotivasi Siswa. 1 1
B. KEGIATAN INTI
Fase 2. Informasi, Demonstrasi dan Aktivitas Perseorangan
1. Guru mempersentasikan pengetahuan deklaratif 1 1
2. Guru Mendemonstrasikan keterampilan pengetahuan prosedural selangkah demi selangkah. 1 1
3. Guru meminta siswa mengerjakan LKS perseorangan secara mandiri. 1 1
4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja mandiri. 1 1
5. Guru mengontrol kerja siswa selangkah demi selangkah dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. 1 1
6. Guru menjawab/menanggapi pertanyaan. 1 1
Fase 3. informasi dan aktivitas Kelompok
1.Guru meminta siswa mengerjakan tugas LKS kelompok dengan bekerja sama dalam kelompok. 1 1
2. Guru memberikan arahan agar siswa selalu berada dalam tugas dan bekerja sama kelompok. 1 1
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok. 1 1
4.Guru memperhatikan dengan seksama kerjasama kelompok. 1 1
5. Guru menjawab/menanggapi pertanyaan dengan menyajikan pertanyaan yang membuka wawasan. 1 1
6. Guru mengecek pemahaman kerja kelompok dan memberikan umpan balik. 1 1
Fase 4. Kuis Evaluasi
1. Guru meminta siswa untuk mengerjakan kuis secara mandiri. 1 1
2. Siwa mengerjakan kuis secara mandiri. 1 1
C. KEGIATAN AKHIR
Fase 5. Penutup
1. Guru mengumpulkan berkas LKS dan LKP 1 1
2. Guru Memberi tugas-tugas atau PR 1 1
II. SUASANA KELAS
1. Siswa antusias 1 1
2. Guru antusias 1 1
3. Kegiatan sesuai alokasi waktu 1 1
4. Kegiatan sesuai skenario pada RP 1 1
A = Agreement 28
D = Disagreement 0
A + D 28

Berdasarkan data pengamatan kedua pengamat menunjukan bahwa, pada umumnya aspek kegiatan belajar mengajar semuanya terlaksana dan kelas dikelola dengan baik (Partelage of Agreement R = 100%).
Tabel 4.6 Hasil pengamatan aktivitas guru pada penerapan alat peraga manik-manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK).

Pengamatan Aktivitas Guru PENGAMAT I PENGAMAT II
A Kategori Aktivitas Perseorangan
1. Mempersentasekan pengetahuan dasar. 1 1
2. Mempersentasekan pengetahuan deklaratif. 1 1
3. Mendemonstrasikan pengetahuan produral selangkah demi selangkah. 1 1
4. Meminta siswa untuk mengerjakan LKS perseorangan secara mandiri. 1 1
5. Guru memperhatikan kerja siswa secara perseorangan. 1 1
6. Guru menjawab pertanyaan siswa. 1 1
7. Guru mengontrol kerja siswa, dan memberikan umpan balik. 1 1
8. Kegiatan diluar tugas, misalnya duduk diam dikursi, membaca koran,keluar kelas, merokok dan sebagainya. 0 0
A = Agreement 8
D = Disagreement 0
A + D 8
B. Kategori dalam Aktivitas Kelompok.

1. Menginformasikan masalah yang harus dikerjakan bersama dalam kelompok. 1 1
2. Meminta siswa mengerjakan tugas LKS kelompok dengan bekerja sama dalam kelompok. 1 1
3. Memberikan arahan agar siswa selalu berada dalam ruang kelompok. 1 1
4. Mengontrol/berkeliling memperhatikan kerja kelompok. 1 1
5. Membimbing/memberikan bantuan kepada siswa dalam aktivitas kelompok. 1 1
6. Mengajukan pertanyaan yang merangsang berfikir siswa (pertanyaan yang membuka wawasan). 1 1
7. Memberikan umpan balik. 1 1
8. Kegiatan diluar tugas, misalnya duduk diam dikursi, membaca koran,keluar kelas, merokok dan sebagainya. 1 1
A = Agreement ( terlaksana) 8
D = Disagreement (tidak terlaksana) 0
A + D 8

Hasil pengamatan dari kedua pengamat menunjukan bahwa, aktivitas guru dalam menerapkan alat peraga manik-manik dalam model PPKK pada aktivitas perseorangan dan aktivitas kelompok dilakukan dengan baik. Sesuai dengan sintaks pembelajaran model PPKK, maka dari itu dapat dikatakan aktivitas guru berhasil dengan baik.
Tabel 4.7 Hasil pengamatan aktivitas siswa pada penerapan alat peraga manik-manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK)

Aspek pengamatan aktivitas siswa S
S
S
S

P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2
A Kategori Aktivitas Perseorangan
1. Memperhatikan pengetahuan dasar. 1 1 1 1 1 1 1 1
2. Memperhatikan pengetahuan deklaratif dan mencatat seperlunya. 1 1 1 1 1 1 1 1
3. Memperhatikan dan mencatat selangkah demi selangkah pengetahuan prosedural. 1 1 1 1 1 1 1 1
4. Membaca materi pelajaran atau buku pelajaran 1 1 1 1 1 1 1 1
5. Aktif dan tekun mengerjakan tugas LKS secara mandiri. 1 1 1 1 1 1 1 1
6. Bertanya/meminta penjelasan guru. 1 1 1 1 1 1 1 1
7. Menunjukan hasil kerja pada guru dan memberikan umpan balik. 1 1 1 1 1 1 1 1
8. Kegiatan diluar tugas, misalnya tidak memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar misalnya mengantuk, melamun, dan sebagainya. 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1
A = Agreement 8 8 8 8
D= Disagreement 0 0 0 0
A + D 8 8 8 8
B. Kategori dalam Aktivitas Klompok.
1. Memperhatikan informasi dan mencatat seperlunya. 1 1 1 1 1 1 1 1
2. Membaca materi pelajaran atau buku siswa. 1 1 1 1 1 1 1 1
3. Aktif terlibat dalam tugas. 1 1 1 1 1 1 1 1
4. Aktif berdiskusi dengan teman dalam kelompok. 1 1 1 1 1 1 1 1
5. Mencatat apa yang disampaikan teman/guru. 1 1 1 1 1 1 1 1
6. Mengajukan pertanyaan kepada guru/teman. 1 1 1 1 1 1 1 1
7. Menjawab/menanggapi pertanyaan teman/guru. 1 1 1 1 1 1 1 1
8. Memberikan batuan penjelasan kepada teman yang membutuhkan. 1 1 1 1 1 1 1 1
9. Kegiatan diluar tugas, misalnya tidak memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar misalnya mengantuk, melamun, dan sebagainya. 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1
A = Agreement 9 9 9 9
D= Disagreement 0 0 0 0
A + D 9 9 9 9
P-1 = pertemuan pertama.
Berdasarkan hasil pengamatan dari dua pengamat, terhadap aktivitas siswa, menerapakan alat peraga manik-manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK) pada aktivitas perseorangan maupun aktivitas kelompok dilakukan dengan baik, sesuai dengan sintaks pada model PPKK. Hal ini menunjukan bahwa aktivitas siswa berhasil dengan baik.
Tabel 4.8 Hasil pengamatan kegiatan psikomotorik pada penerapan alat peraga manik-manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK) saat aktivitas perseorangan.

Aspek pengamatan S
S
S
S

P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2
A. Tepat dalam menggunakan alat peraga 1 1 1 1 1 1 1 1
B. Cermat dalam membedakan alat peraga yang bertanda positif dan negatif 1 1 1 1 1 1 1 1
C. Cepat dalam menggunakan alat peraga, sesuai waktu yang ditentukan. 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1
A = agreement 3 3 3 3
D = Disagreement 0 0 0 0
A + D 3 3 3 3
P-1 = pertemuan pertama.

Berdasarkan hasil pengamatan dari dua pengamat, terhadap kegiatan psikomotorik subyek penelitian dalam menggunakan alat peraga dilakukan dengan baik sesuai dengan apa yang telah dijelaskan peneliti di papan tulis. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan psikomotorik pada aktivitas perseorangan berhasil dengan baik.
Tabel 4.9 Hasil pengamatan kegiatan psikomotorik pada penerapan alat peraga manik-manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK) saat aktivitas kelompok.

Aspek pengamatan S
S
S
S

P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2
A. Bekerja sama dalam dalam kelompok 1 1 1 1 1 1 1 1
B. Tepat dalam menggunakan alat peraga 1 1 1 1 1 1 1 1
C. Cermat dalam membedakan alat peraga yang bertanda positif dan negatif 1 1 1 1 1 1 1 1
D. Cepat dalam menggunakan alat peraga, sesuai waktu yang ditentukan. 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1 P-1
A = agreement 4 4 4 4
D = Disagreement 0 0 0 0
A + D 4 4 4 4
P-1 = pertemuan pertama.
Berdasarkan hasil pengamatan dari pengamat I dan pengamat II terhadap kegiatan psikomotorik subyek penelitian, pada aktivitas kelompok dalam menggunakan alat peraga dilakukan dengan baik, sesuai dengan apa yang telah dijelaskan peneliti di papan tulis. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan psikomotorik pada aktivitas kelompok berhasil dengan baik

4. Hasil Wawancara Tindakan I
Setelah memeriksa hasil LKS-P, LKS-K, dan LKP tes akhir tindakan, guru (peneliti) melakukan wawancara pada hari kamis tanggal 24 Juli 2008 dari pukul 08.00 s.d 09.00 terhadap subyek penelitian. Dalam melaksanakan wawancara yang dilakukan mengacu pada 4 (empat) pertanyaan utama yaitu (1) apakah siswa senang dengan penerapan alat peraga manik-manik dalam model PPKK, (2) kesulitan yang dialami siswa ketika mengikuti pembelajaran, (3) apakah siswa senang menyelesaikan LKS perseorangan secara mandiri, dan (4) apakah siswa senang menyesaikan LKS kelompok. Taranskrip wawancara I dapat dilihat pada lampiran 13 Berdasarkan pada empat fokus pertanyaan diatas, diperoleh variasi jawaban dari subyek penelitian yang dapat dikategorikan sebagai berikut:
(1). Seluruh siswa senang belajar dengan penerapan alat peraga dalam model PPKK, karena dapat memudahkan mereka dan aktif dalam proses pembelajaran.
(2). Dalam mengerjakan latihan , subyek penelitian masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan bilangan bulat.
(3). Siswa senang mengerjakan LKS perseorangan secara mandiri, karena materi pertemuan yang dibagikan sebagai petunjuk atau acuan dalam menyelasaikan soal.
(4). Siswa senang mengerjakan LKS kelompok, karena dengan kerja kelompok siswa dapat berdiskusi dengan teman-temannya dalam satu kelompok serta nilai dari setiap kelompok bisa sama.
5. Refleksi Hasil Tindakan I
Pada akhir tindakan I, guru (peneliti) bersama dengan pengamat mendiskusikan temuan-temuan selama pelaksanaan tindakan siklus I. Berdasarkan data pengamatan diperoleh kesimpulan bahwa, guru (peneliti) telah melaksanakan rencana pembelajaran sebagaimana diharapkan. Mulai dari penjelasan tujuan pembelajaran,memotivasi siswa, memberikan persentase atau demonstrasi tentang penerapan alat peraga manik-manik dalam materi penjumlahan bilangan bulat selangkah demi selangkah serta membimbing siswa dalam megerjakan LKS baik secara mandiri maupun secara berkelompok.
Pengelolaan pembelajaran dengan menerapan alat peraga manik-manik dalam model PPKK berlangsung dengan baik, meskipun penguasaan kelas belum begitu maksimal terlihat masih ada siswa bermain sewaktu guru (peneliti) menjelaskan di papan tulis. Tetapi secara keseluruhan siswa senang belajar dengan menggunakan alat peraga manik-manik dalam model PPKK. Karena semua siswa terlibat langsung dan aktif dalam menggunakan alat peraga baik secara perseorangan maupun secara berkelompok. Dalam aktivitias perseorangan siswa sudah aktif mengerjakan LKS dan bertanya kepada guru, ketika mengalami kesulitan. Sedangakan pada aktivitas kelompok siswa sudah mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan guru dan teman-temannya dalam kelompoknya dalam menyelesaikan LKS-K. Hasil analisis LKS-P lampiran 7 dan LKS-K dapat dilihat pada lampiran 9.
Tes akhir tindakan atau kuis pertemuan menunjukan bahwa secara umum jawabanya siswa benar, walaupun ada sebagiannya malakukan
kesalahan. Namun setelah mengajukan beberapa pertanyaan sehubungan dengan kesalahan jawaban tersebut, siswa dapat memberikan alasan dan dapat menunjukan jawaban yang benar. Hasil tes akhir tindakan siklus I diperoleh daya serap klasikalnya 75,41% dan ketuntasan klasikalnya 75%. Berdasarkan ketuntasan belajar, maka pembelajaran pada siklus I sudah berhasil. Dengan demikian pembelajaran dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya. Untuk lebih jelas analisis tes akhir tindakan dapat dilihat pada lampiran 11.

b. Siklus II
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:
a. Membuat Rencana Pembelajaran (RP) lampiran 14 dan materi pembelajaran II (lampiran1), lembar Observasi (lampiran), Pedoman wawancara , lembar penilaian minat (lampiran 24), lembar penilaian sikap (lampiran 23) dan lembar Penilaian diri (lampiran 25)
b. Membuat lembar kerja siswa (LKS perseorangan dan LKS kelompok).
c. Membuat lembar kuis pertemuan (LKP)
2. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 26 Juli 2008 di kelas V SD Negeri 2 Tolai, dengan materi pengurangan bilangan bulat. Kegiatan pembelajaran berlangsung dari pukul 07.15 s.d 08.45 sesuai dengan rencana pembelajaran (RP) yang telah disusun sebelumnya. Pembelajaran tindakan ini menerapkan alat peraga manik-manik dalam model PPKK. Pada
saat penyajian materi, peneliti sebagai guru, sedangkan guru kelas V dan teman sejawat bertindak sebagai pengamat I dan pengamat II seperti pada siklus I. pada siklus ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu: (a). Tahap Awal, (b). Tahap Inti dan (c). Tahap Akhir dengan rincian sebagai berikut:
(a). Tahap Awal (Pendahuluan)
Pada tahap awal siklus II sama dengan siklus I dimana, guru (peneliti) membagikan materi pembelajaran II, pembukaan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, menyampaikan alat peraga yang digunakan, menyampaikan model PPKK dengan membagi siswa kedalam kelompok kecil siswa yang telah dibentuk sebelumnya, membagikan LKS, dan LKP. Tahap awal ini membutuhkan waktu 10 menit sesuai dengan waktu yang diberikan.
(b). Tahap Inti
Kegiatan pada tahap ini berlangsung selama 90 menit, yang terdiri dari tiga aktivitas yaitu aktivitas perseorangan, aktivitas kelompok dan kuis evaluasi. Sebelum mengerjakan LKS perseorangan, siswa diminta untuk membuka materi yang sudah di bagikan dan siswa diharapkan untuk memperhatikan guru (peneliti) dalam mempersentasekan/medemontrasikan materi dan cara kerja alat peraga manik-manik dalam pengurangan bilangan bulat selangkah demi selangkah, selanjutnya siswa diminta megerjakan LKS perseorangan secara mandiri.
Peran peneliti pada saat aktivitas secara perseorangan adalah sebagai fasilitator, peneliti mengelilingi dan mengontrol setiap kerja siswa selangkah
demi selangkah. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam megerjakan LKS-P, siswa diperbolehkan bertanya kepada guru (peneliti) bukan pada teman-temanya serta membuka buku paket atau materi pembelajaran II yang telah dibagikan sebelumnya. Kegiatan aktivitas perseorangan membutuhkan waktu 35 menit, sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Setelah mengerjakan LKS perseorangan (LKS-P), siswa diminta untuk bergabung dalam kelompok yang telah dibentuk sebelunya. Pada saat mengerjakan LKS kelompok, guru (peneliti) menyampaikan kepada siswa untuk bekerja sama dan berdiskusi dengan anggota lain dalam kelompoknya. Peran peneliti pada saat mengerjakan LKS kelompok adalah sebagai fasilitator yang berada di tengah-tengah siswa, peneliti berusaha untuk mengaktifkan kerja sama dalam kelompok, serta berusaha memacu siswa untuk saling membantu kerja temannya dan saling bekerja sama dalam kelompok. Waktu yang digunakan 30 menit sesuai dengan rencana pembelajaran.
Setelah LKS kelompok selesai dikerjakan, siswa selanjutnya diminta untuk mengerjakan LKP (lembar kuis pertemuan) secara mandiri untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan pemahaman siswa tentang materi pengurangan bialngan bulat. Oleh karena itu, peneliti menginformasikan kepada seluruh siswa agar duduk di tempat masing-masing dan buku-buku matematika di simpan, serta membaca isi LKP sebelum dikerjakan. Peran peneliti pada aktivitas kuis evaluasi (tes akhir tindakan), guru (peneliti) mengelilingi dan
mengontrol kerja siswa serta menekankan kepada seluruh siswa untuk bekerja sacara mandiri. Waktu yang digunakan selama 25 menit. Untuk soal LKS-P, LKS-K dan LKP dapat dilihat pada lampiran 16,18 dan 20.
(c). Tahap Akhir (penutup)
Kegiatan pada tahap akhir berlangsung selama 5 menit, yang di awali dengan mengumpulkan LKS-P, LKS-K dan LKP serta memberikan latihan atau PR untuk mengingat dan berlatih kembali materi yang telah di ajarkan.
Berikut ini, tabel skor perolehan subyek pada LKS-P, LKS-K dan LKP pada tindakan II:
Tabel 4.10 Skor perolehan subyek pada lembar kerja siswa perseorangan (LKS-P) tindakan II.

No Nomor soal
Skor soal

Subyek
Penelitian Pencapaian skor pada setiap butir soal dan tingkat ketercapaian TPK Total

100 Daya serap individu (%)
1 2
75 25
X Y X
Y

1 S
70 100 15 100 85 85
2 S
70 100 30 100 100 100
3 S
70 100 30 100 100 100
4 S
70 100 30 100 100 100
Jumlah 385 96.25

X, dan X adalah skor yang diperoleh setiap subyek penelitian
Y dan Y adalah persentase maksimal dari setiap skor soal

Berdasarkan tabel diatas, bahwa nilai LKS perseorangan (LKS-P) dari keempat subyek yaitu S memperoleh skor 85, dengan daya serap individu 85%. Sedangkan S , S , dan S memperoleh skor 100, dengan daya serap
individu mencapai100%. Yang berarti bahwa keempat subyek penelitian rata-rata daya serap individu dalam belajar mencapai 96,25%.
Tabel 4.11 skor perolehan subyek pada lembar kerja siswa kelompok (LKS-K) tindakan II

No
Nomor soal
Skor soal

Subyek
penelitian Pencapaian skor pada setiap butir soal dan tingkat ketercapaian TPK Total

100 Daya serap individu (%)
1 2
75 25
X Y X
Y

1 S
70 100 30 100 100 100
2 S
70 100 30 100 100 100
3 S
70 100 30 100 100 100
4 S
70 100 30 100 100 100
Jumlah 400 100
X, dan X adalah skor yang diperoleh setiap subyek penelitian
Y dan Y adalah persentase maksimal dari setiap skor soal

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai LKS kelompok (LKS-K) dari keempat subyek penelitian yaitu S S S dan S memperoleh skor 100, dengan daya serap individu memcapai 100%. Hal ini, menunjukan bahwa ke empat subyek penelitian belajar secara kelompok mencapai rata-rata daya serap dalam belajar mencapai 100%.

Tabel 4.12 Skor perolehan subyek pada lembar kuis perseorangan (LKP) tindakan II

Nomor soal dan
Skor soal

Subyek
penelitian Pencapaian skor pada setiap butir soal dan tingkat ketercapaian TPK Total

100 daya serap individu (%)
1 2 3 4 5 6
15 15 15 15 15 25
X Y X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y

S
15 100 10 100 20 100 15 100 15 100 3 100 78 78
S
15 100 10 100 20 100 15 100 15 100 10 100 85 85
S
15 100 10 100 20 100 15 100 15 100 0 100 75 75
S
15 100 10 100 20 100 15 100 15 100 0 100 75 75
Jumlah 313 78,25

X, dan X adalah skor yang diperoleh setiap subyek penelitian
Y dan Y adalah persentase maksimal dari setiap skor soal

Berdasarkan tabel diatas , dapat dilihat bahwa skor kuis pertemuan dari keempat subyek yaitu S memperoleh skor 78, dengan daya serap individu mencapai 78%. Untuk S memperoleh skor 85, dengan daya serap mencapai 85%. Sedangkan S , dan S memperoleh skor 75, dengan daya serap individu mencapai 75%. Pada kuis (tes akhir tindakan) keempat subyek penelitian untuk daya serap kalsicalnya mencapai 75,5% sedangkan ketuntasan klasikal mencapai 100%. Hal ini menunjukan bahwa keempat subyek penelitian dalam siklus II dikatakan berhasil, sesuai dengan apa yang diharapkan. Sedangkan untuk secara keseluruhan siswa kelas V untuk daya serap kalasikalnya mencapai 80,25% dan untuk ketuntasan klasikalmya mencapai 87,5% untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 21.

Untuk melihat hubungan aktivitas perseorangan dan aktivitas kelompok dalam menyelesaikan LKS dan hasil kuis disajikan rangkuman hasil LKS (perseorangan dan kelompok) dan hasil LKP (kuis perseorangan)dalam tabel berikut:
Tabel 4.13 skor kerja subyek (LKS-P dan LKS-K) dan skor kuis (LKP) akhir tindakan II

Subyek Penelitian LKS LKP
Perseorangan kelompok
S
85 100 78
S
100 100 85
S
100 100 75
S
100 100 75
Jumlah 385 400 313

Jadi berdasarkan hasil LKS-P, LKS-K, dan LKP, siswa berhasil dengan baik. Untuk mengerjakan LKS dan LKP tersebut mengikuti cara atau langkah-langkah yang dijelaskan guru (peneliti) dalam menggunakan alat peraga manik-manik dalam pengurangan bilangan bulat, sehingga nampak pada hasil belajar siswa yang meningkat.

3. Hasil Observasi
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung nampak bahwa siswa sangat senang dan antusias dalam belajar, siswa sangat senang bekerja secara mandiri maupun secara kelompok. Siswa aktif belajar dan berdiskusi untuk mencari informasi baik dengan guru (peneliti) maupun dengan teman-temannya yang lain dalam kelompok.

Hasil observasi masing-masing pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran juga menunjukan bahwa pembelajaran sudah berlangsung dengan baik. Hasil observasi yang diperoleh baik karena masing-masing pengamat memberikan pengamata yang sama.
Dari hasil pengamatan tersebut, dihitung tingkat reliabilitas dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Grinell (jaeng, 2005) yaitu
PA = PA = Partelage of Agreement
A = Agreement D = Disagreement
Kreteria taraf keberhasilan adalah sebagai berikut:
90% ≤ PA ≥ 100% : Sangat Baik
80% ≤ PA ≥ 89% : Baik
65% ≤ PA ≥ 79% : Cukup Baik
55% ≤ PA ≥ 64% : Kurang Baik
0% ≤ PA ≥ 54% : Tidak Baik
Hasil observasi dua pengamat terhadap kegiatan penelitian dan kegiatan siswa dapat dilihat pada tabel 4.14 , 4.15,4.16 , 4.17 dan 4.18. lembar observasi tindakan II secara terinci terdapat pada lampiran 22.
Tabel 4.14 hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran dalam penerapan alat peraga manik-manik dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK).

Aspek Pengamatan Pengamat I Pengamat II
I. KEGIATAN MENGAJAR BELAJAR
A. KEGIATAN AWAL
Fase 1. Pengantar/Pembukaan
1.Mempersiapkan siswa untuk belajar. 1 1
2.Membagi materi pembelajaran, dan berkas LKS&LKP 1 1
3.Menjelaskan model pembelajaran yang akan dipakai dalam pembelajaran (Model PPKK). 1 1
4. Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. 1 1
5.Menjelaskan cara-cara bekerja perseorangan 1 1
6. Menjelaskan cara-cara bekerja sama dalam kelompok. 1 1
7. Mengaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu. 1 1
8. Memotivasi Siswa. 1 1
B. KEGIATAN INTI
Fase 2. Informasi, Demonstrasi dan Aktivitas Perseorangan
1. Guru mempersentasikan pengetahuan deklaratif 1 1
2. Guru Mendemonstrasikan keterampilan pengetahuan prosedural selangkah demi selangkah. 1 1
3. Guru meminta siswa mengerjakan LKS perseorangan secara mandiri. 1 1
4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja mandiri. 1 1
5. Guru mengontrol kerja siswa selangkah demi selangkah dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. 1 1
6. Guru menjawab/menanggapi pertanyaan. 1 1
Fase 3. informasi dan aktivitas Kelompok
1.Guru meminta siswa mengerjakan tugas LKS kelompok dengan bekerja sama dalam kelompok. 1 1
2. Guru memberikan arahan agar siswa selalu berada dalam tugas dan bekerja sama kelompok. 1 1
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok. 1 1
4.Guru memperhatikan dengan seksama kerjasama kelompok. 1 1
5. Guru menjawab/menanggapi pertanyaan dengan menyajikan pertanyaan yang membuka wawasan. 1 1
6. Guru mengecek pemahaman kerja kelompok dan memberikan umpan balik. 1 1

Fase 4. Kuis Evaluasi
1. Guru meminta siswa untuk mengerjakan kuis secara mandiri. 1 1
2. Siwa mengerjakan kuis secara mandiri. 1 1
C. KEGIATAN AKHIR
Fase 5. Penutup
1. Guru mengumpulkan berkas LKS dan LKP 1 1
2. Guru Memberi tugas-tugas atau PR 1 1
II. SUASANA KELAS
1. Siswa antusias 1 1
2. Guru antusias 1 1
3. Kegiatan sesuai alokasi waktu 1 1
4. Kegiatan sesuai skenario pada RP 1 1
A = Agreement 28
D = Disagreement 0
A + D 28

Berdasarkan data pengamatan, kedua pengamat menunjukan bahwa aspek kegiatan belajar mengajar pada siklus II sudah terlaksana dengan baik, dan penguasaan kelas serta dikelola dengan baik (Partelage of Agreement R = 100%).
Tabel 4.15 Hasil pengamatan aktivitas guru pada penerapan alat peraga manik-manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK).

Pengamatan Aktivitas Guru PENGAMAT I PENGAMAT II
A Kategori Aktivitas Perseorangan
1. Mempersentasekan pengetahuan dasar. 1 1
2. Mempersentasekan pengetahuan deklaratif. 1 1
3. Mendemonstrasikan pengetahuan produral selangkah demi selangkah. 1 1
4. Meminta siswa untuk mengerjakan LKS perseorangan secara mandiri. 1 1
5. Guru memperhatikan kerja siswa secara perseorangan. 1 1
6. Guru menjawab pertanyaan siswa. 1 1
7. Guru mengontrol kerja siswa, dan memberikan umpan balik. 1 1
8. Kegiatan diluar tugas, misalnya duduk diam dikursi, membaca koran,keluar kelas, merokok dan sebagainya. 0 0
A = Agreement ( terlaksana) 8
D = Disagreement (tidak terlaksana) 0
A + D 8
B. Kategori dalam Aktivitas Kelompok.

1. Menginformasikan masalah yang harus dikerjakan bersama dalam kelompok. 1 1
2. Meminta siswa mengerjakan tugas LKS kelompok dengan bekerja sama dalam kelompok. 1 1
3. Memberikan arahan agar siswa selalu berada dalam ruang kelompok. 1 1
4. Mengontrol/berkeliling memperhatikan kerja kelompok. 1 1
5. Membimbing/memberikan bantuan kepada siswa dalam aktivitas kelompok. 1 1
6. Mengajukan pertanyaan yang merangsang berfikir siswa (pertanyaan yang membuka wawasan). 1 1
7. Memberikan umpan balik. 1 1
8. Kegiatan diluar tugas, misalnya duduk diam dikursi, membaca koran,keluar kelas, merokok dan sebagainya. 0 0
A = Agreement ( terlaksana) 8
D = Disagreement (tidak terlaksana) 0
A + D 8

Berdasarkan hasil pengamatan dari pengamat I dan pengamat II menunjukan bahwa aktivitas guru dalam menerapkan alat peraga manik-manik dalam model PPKK pada aktivitas perseorangan dan aktivitas kelompok dilakukan dengan baik, sesuai dengan sintaks pembelajaran model PPKK. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa aktivitas guru berhasil dengan baik.

Tabel 4.16 Hasil pengamatan aktivitas siswa pada penerapan alat peraga manik-manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK)

Aspek pengamatan aktivitas siswa S
S
S
S

P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2
A Kategori Aktivitas Perseorangan
1. Memperhatikan pengetahuan dasar. 1 1 1 1 1 1 1 1
2. Memperhatikan pengetahuan deklaratif dan mencatat seperlunya. 1 1 1 1 1 1 1 1
3. Memperhatikan dan mencatat selangkah demi selangkah pengetahuan prosedural. 1 1 1 1 1 1 1 1
4. Membaca materi pelajaran atau buku pelajaran 1 1 1 1 1 1 1 1
5. Aktif dan tekun mengerjakan tugas LKS secara mandiri. 1 1 1 1 1 1 1 1
6. Bertanya/meminta penjelasan guru.
1 1 1 1 1 1 1 1
7. Menunjukan hasil kerja pada guru dan memberikan umpan balik. 1 1 1 1 1 1 1 1
8. Kegiatan diluar tugas, misalnya tidak memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar misalnya mengantuk, melamun, dan sebagainya.
0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2
A = Agreement 8 8 8 8
D= Disagreement 0 0 0 0
A + D 8 8 8 8
B. Kategori dalam Aktivitas Klompok.

1. Memperhatikan informasi dan mencatat seperlunya. 1 1 1 1 1 1 1 1
2. Membaca materi pelajaran atau buku siswa. 1 1 1 1 1 1 1 1
3. Aktif terlibat dalam tugas. 1 1 1 1 1 1 1 1
4. Aktif berdiskusi dengan teman dalam kelompok. 1 1 1 1 1 1 1 1
5. Mencatat apa yang disampaikan teman/guru. 1 1 1 1 1 1 1 1
6. Mengajukan pertanyaan kepada guru/teman. 1 1 1 1 1 1 1 1
7. Menjawab/menanggapi pertanyaan teman/guru. 1 1 1 1 1 1 1 1
8. Memberikan batuan penjelasan kepada teman yang membutuhkan. 1 1 1 1 1 1 1 1
9. Kegiatan diluar tugas, misalnya tidak memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar misalnya mengantuk, melamun, dan sebagainya. 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2
A = Agreement 9 9 9 9
D= Disagreement 0 0 0 0
A + D 9 9 9 9
Catatan: P1= pengamat I, P2 = pengamat II dan P-2 = pertemuan kedua.
Berdasarkan hasil pengamatan dari dua pengamat terhadap aktivitas siswa dalam belajar, dengan menerapakan alat peraga manik-manik dalam model PPKK. Pada aktivitas perseorangan maupun aktivitas kelompok dilakukan dengan baik, sesuai dengan sintaks pada model PPKK. Hal ini menunjukan bahwa aktivitas siswa berhasil dengan baik.
Tabel 4.17 Hasil pengamatan kegiatan psikomotorik pada penerapan alat peraga manik-manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK) saat aktivitas perseorangan.

Aspek pengamatan S
S
S
S

P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2
A. Tepat dalam menggunakan alat peraga 1 1 1 1 1 1 1 1
B. Cermat dalam membedakan alat peraga yang bertanda positif dan negatif 1 1 1 1 1 1 1 1
C. Cepat dalam menggunakan alat peraga, sesuai waktu yang ditentukan. 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2
A = agreement 3 3 3 3
D = Disagreement 0 0 0 0
A + D 3 3 3 3
Catatan: P1= pengamat I, P2 = pengamat II dan P-2 = pertemuan kedua.
Hasil pengamatan dari pengamat I dan Pengamat II terhadap kegiatan psikomotorik subyek penelitian dalam menggunakan alat peraga, dilakukan dengan baik sesuai apa yang telah dijelaskan peneliti di papan tulis. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan psikomotorik berhasil dengan baik.
Tabel 4.18 Hasil pengamatan kegiatan psikomotorik pada penerapan alat peraga manik-manik dalam model PPKK saat aktivitas kelompok.

Aspek pengamatan S
S
S
S

P1 P2 P1 P2 P1 P2 P1 P2
A. Bekerja sama dalam dalam kelompok 1 1 1 1 1 1 1 1
B. Tepat dalam menggunakan alat peraga 1 1 1 1 1 1 1 1
C. Cermat dalam membedakan alat peraga yang bertanda positif dan negatif 1 1 1 1 1 1 1 1
D. Cepat dalam menggunakan alat peraga, sesuai waktu yang ditentukan. 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2 P-2
A = agreement 4 4 4 4
D = Disagreement 0 0 0 0
A + D 4 4 4 4
Catatan: P1= pengamat I, P2 = pengamat II dan P-2 = pertemuan kedua.
Hasil pengamatan dari pengamat I dan pengamat II terhadap kegiatan psikomotorik subyek penelitian pada aktivitas kelompok dalam menggunakan alat peraga dilakukan dengan baik, sesuai dengan apa yang telah dijelaskan peneliti di papan tulis. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan psikomotorik pada aktivitas kelompok berhasil dengan baik.

4. Hasil Wawancara Tindakan II.
Setelah memeriksa hasil LKS-P, LKS-K dan LKP (tes akhir tindakan) pada tindakan II, peneliti sendiri melakukan wawancara terhadap subyek penelitian. Wawancara dilaksanakan pada hari senin tanggal 28 juli 2008 di kelas V SD Negri 2 Tolai. Banyaknya subyek penelitian yang di wawancarai 4 orang siswa kelas V sebagi subyek penelitian. Transkrip wawancara siklus II dapat dilihat pada lampiran 28. Keempat subyek tersebut di wawancarai pada pukul 09.30 s.d 10.30. Adapun kesan-kesan yang dikemukakan oleh siswa pada saat wawancara pada kegiatan pembelajaran berlangsung sebagai berikut:
1. Siswa senang belajar dengan menerapkan alat peraga manik-manik dalam model PPKK. Karena mereka berbeda dengan situasi pembelajaran yang selama mereka terima.
2. Siswa senang mengerjakan LKS perseorangan secara mandiri, karena soal pada LKS-P ada petunjuk dalam materi yang di bagikan. Sehingga soal sangat mudah dijawab.
3. Siswa sangat senang mengerjakan LKS-K secara berkelompok, karena mereka mendapatkan informasi dan dapat berdiskusi dengan teman dalam kelompoknya.
5. Data Penilaian Sikap
Sikap siswa terhadap pelajaran matematika menyangkut perbuatan, perasaan, pikiran siswa yang didasarkan pada pendapat atau keyakinan pribadi (Depdiknas, 2004:22).
Penilaian sikap dilaksanankan pada hari sabtu tanggal 26 juli 2008. penilaian bersamaan dengan penilaian minat dan diri siswa. Penilaian berbentuk angket yang diisi seluruh siswa kelas V SD Negeri 2 Tolai dengan 10 pertanyaan (lampiran ). Skala yang digunakan adalah skala likkert dengan skor tertinggi setiap butir soal adalah 5 dan yang terendah adalah 1. Kategori hasil pengukuran penilaian sikap adalah tinggi, sedang dan rendah. Kategori hasil pengukuran sikap dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.19 Kategori Hasil Pengukuran Penilaian Sikap.
No Skor Siswa Kategori Sikap
1 39 – 50 Tinggi
2 27 – 38 Sedang
3 10 – 26 Rendah

Berdasarkan kategori pengukuran sikap yang telah dilakukan kepada keempat subyek penelitian S , S ,S dan S yaitu pada tabel dibawah ini
Tabel 4.20 Hasil Pengukuran Sikap Subyek Penelitian

No Subyek Penelitian Skor Perolehan Kategori Sikap
1 S
44 Tinggi
2 S
45 Tinggi
3 S
49 Tinggi
4 S
46 Tinggi
Rerat Pengukuran sikap 46 Tinggi

Berdasarkan tabel 4.20 hasil pengukuran sikap keempat subyek penelitian S , S ,S dan S memperoleh skor 44, 45, 49, dan 46 dengan kategori sikap terhadap pelajaran matematika adalah Tinggi. Sedangkan pada seluruh siswa kelas V dari 24 orang siswa, ada 23 orang siswa dikategorikan memiliki sikap tinggi terhadap pelajaran matematika dan ada 1 orang siswa dikategorikan memiliki sikap sedang terhadap pelajaran matematika. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 27. Karena subyek penelitian dan seluruh siswa kelas V mempunyai sikap yang tinggi, maka memperoleh hasil belajar yang cukup baik atau optimal.

6. Data Penilaian Minat
Minat siwa terhadap pelajaran matematika berhubungan dengan keinggintahuan, kecendrungan (hati) siswa yang tinggi, gairah atau kengginan terhadap pelajaran matematika. Siswa yang memiliki minat terhadap pelajaran matematika bisa diharapkan prestasi belajar matematikanya akan meningkat dan bagi yang tidak berminat biasanya sulit untuk meningkatkan prestasi belajar matematikannya (Depdiknas, 2004:22).
Pengambilan data tentang minat siswa dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 26 Juli 2008. penilian ini berbentuk angket diisi oleh seluruh siswa kelas V dengan 8 pertanyaan (lampiran 26) skala yang digunakan dalam penelitian ini, adalah skala likkert dengan skor tertinggi setiap pertanyaan adalah 5 dan skor skor terrendah adalah 1. Kategori hasil pengukuran minat dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.21 Kategori Hasil Pengukuran Minat
No Skor Siswa Ketegori minat
1 33 – 45 Tinggi
2 20 – 32 Sedang
3 9 – 19 Rendah
Sumber (Depdiknas 2004).

Berdasarkasarkan ketegori pengukuran minat yang telah dilakukan kepada keempat subyek penelitian S , S ,S dan S yaitu pada tabel dibawah ini:
Table 4.22 Hasil Pengukuran Minat Subyek Penelitian

No Subyek Penelitian Skor Perolehan Kategori Minat
1 S
38 Tinggi
2 S
39 Tinggi
3 S
37 Tinggi
4 S
36 Tinggi
Rerat skor perolehan 42,5 Tinggi

Berdasarkan tebel 4.22 hasil pengkuran minat subyek penelitian dapat dikatakan tinggi karena rata-rata pengukuran minat dari keempat subyek penelitian memperoleh 42,5 dengan kategori tinggi. Sedangkan untuk secara keseluruhan siswa kelas V SD Negeri 2 Tolai dari 24 siswa, semua siswa dikategorikan memiliki minat yang tinggi dalam belajar matematika atau 100% siswa yang mempunyai minat tinggi dalam belajar matematika. Yang di ketegorikan mempunyai minat yang sedang dalam belajar matematika yaitu tidak ada atau 0% sedangkan untuk siswa yang memiliki minat yang rendah dalam belajar matematika tidak ada atau 0%.

Jika dikaitkan dengan tes akhir tindakan siswa, diperoleh hubungan bahwa siswa yang memiliki minat yang tinggi akan mempunyai hasil belajar tinggi pula. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki minat tinggi merasa senang dalam belajar matematika.

7. Data Penilian Diri Siswa
Pengumpulan data penilian diri (lampiran 25) juga dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 26 juli 2008. penilian ini di isi seluruh siswa kelas V SD Negeri 2 Tolai, termasuk subyek penelitian dengan 6 (enam) pertanyaan. Penilian diri siswa terhadap pelajaran matematika berhubungan dengan pandangan dan kemauan diri dalam belajar matematika (Depdiknas,2004:22).
Dari hasil penilaian diri terlihat bahwa subyek penelitian dan seluruh siswa kelas V yang menilai dirinya memiliki kemampuan di dalam pelajaran matematika, ternyata memperoleh nilai yang lebih optimal dibandingkan siswa yang menilai dirinya memiliki kemampuan rendah. Hal ini mengidentifikasikan bahwa subyek penelitian dan seluruh siswa kelas V sudah mampu memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri secara obyektif.

8. Refleksi Tindakan II.
Refleksi dilakukan untuk menentukan aspek tindakan siklus II sudah berhasil atau perlu diulangi. Setelah pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini selesai, guru (peneliti) bersama pengamat mendiskusikan hasil pembelajaran. Dari hasil observasi diperoleh informasi bahwa pelaksanaan siklus II dalam pengelolaan pembelajaran sudah baik, guru dan siswa terlihat aktif dan antusias dalam belajar, baik dalam aktivitas perseorangan maupun dalan aktivitas kelompok. Guru telah melaksanakan rencana pembelajaran sesuai yang diharapkan.
Hasil dari tes akhir tindakan silkus II siswa kelas V SD Negeri 2 Tolai memperoleh daya serap kalsikalnya memperoleh 80,25% dengan ketuntasan klasikalnya 87,5%. Dengan demikian indikator keberhasilan diharapkan pada siklus II telah tercapai. Analisis tes akhir tindakan siklus II dapat dilihat pada lampiran 21.

B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnnya, pembahasan pada penelitian ini meliputi pelaksanaan dan hasil penelitian dalam tindakan I dan tindakan II. Pada penelitian ini menerapkan alat perga manik-manik dalam model PPKK untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat di kelas V SD Negeri 2 Tolai.
Pelaksanaan pembelajaran pada penlitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu: (1) tahap Awal (pendahuluan), (2) tahap Inti dan (3) tahap akhir (penutup). Materi dalam penelitian ini adalah penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Pembahasan pelaksanaan kegiatan penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

a). Siklus I
(1). Tahap Awal
Kegiatan yang dilakukan pada tahap awal adalah 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, 2. mengaitkan pengetahuan prasyrat dengan materi yang akan dipelajari, 3. membagikan LKS-P, LKS-K dan LKP serta materi pembelajaran I dan 4. menyampikan model PPKK dengan membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang siswa.
(2). Tahap Inti
Kegiatan pada tahap inti terdiri dari 3 (tiga) aktivitas yaitu (a). aktivitas perseorangan, (b). aktivitas kelompok, dan (c). aktivitas kuis evaluasi (tes akhir tindakan). Pembahasan pada setiap aktivitas sebagai berikut:
(a). Aktivitas Perseorangan
Dalam aktivitas perseorangan subyek penelitian S , S ,S ,dan S memperhatikan penjelasan guru (peneliti), serta membuka dan membaca materi pembelajaran I yang telah dibagikan peneliti sebelumnya. Setelah guru
menjelaskan atau medemontrasikan prinsip kerja manik-manik dalam materi penjumlahan bilangn bulat. S mengajukan pertanyaan tentang prinsip kerja penerapan alat peraga manik-manik dalam penjumlahan bilangan bulat. Guru (peneliti) menjelaskan kembali tentang prinsip kerjanya dipapan tulis. Selanjutnya guru (peneliti) meminta siswa megerjakan LKS-P secara mandiri, apabila mengalami kesulitan siswa hanya bisa bertanya pada guru (peneliti) saja bukan pada teman-temannya yang lain. Selurh siswa mengerjakan LKS-P dengan serius, tetapi S hanya terdiam, guru (peneliti) mendekati dan memberikan arahan yang berkaitan dengan LKS-P. S memulai mengerjakan LKS-P sampai batas waktu yang di tentukan. Hasil yang diperoleh sesuai dengan yang termuat dalam tabel 4.1 halaman 35, bahwa subyek penelitian S S S dan S masing-masing memperoleh daya serap individu 90%, 90%, 90% dan 75%. Pada aktivitas perseorangan ini, keempat subyek penelitian belum memcapai 100%, karena keempat subyek penelitian kurang memahami pada soal. Tetapi keempat subyek penelitian dalam mengerjakan LKS-P dapat dikatakan sudah baik.
(b). Aktivitas kelompok
Pada kegitan kelompok, keempat subyek penelitian berada dalam kelompok yang telah ditentukan peneliti sebelumnya. Dalam aktivitas kelompok, subyek penelitian mengerjakan LKS-K dengan teman dalam kelompoknya. Dalam mengerjakan LKS-K subyek penelitian S dan S masih malu-malu berdiskusi dengan teman dalam kelompoknya. Setelah guru
(peneliti) menyampaikan kepada subyek penelitian dan seluruh siswa untuk saling membantu agar nilai yang diperoleh maksimal.
Peran peneliti dalam aktivitas kelompok adalah sebagai fasilitator yang berada ditengah-tengah siswa dalam mengawasi dan membimbing setiap kerja kelompok. Agar siswa dapat menyelesaikan LKS-K sampai batas waktu yang diberikan. Hasil yang diperoleh sesuai yang termuat pada tabel 4.2 halaman 36, bahwa subyek penelitian S S S dan S masing-masing memperoleh 80, 90, 100, dan 75 dengan daya serap setiap subyek penelitian S S S dan S mencapai 80%, 90%, 100% dan 75%. Pada aktivitas kelompok subyek penelitian sudah mampu bekerja sama dalam kelompoknya, sehingga nampak pada hasil yang diperoleh setiap subyek penelitian dan dikategorikan baik.
(c). Aktivitas kuis evaluasi (tes akhir tindakan)
Dalam aktivitas kuis evaluasi, subyek penelitian dan seluruh siswa mengerjakan LKP dengan serius, sampai batas waktu yang ditentukan. Hasil yang diperoleh keempat subyek penelitian adalah S dan S memperoleh skor 78, dengan daya serap mencapai 78%. S dan S meperoleh skor 75 dengan daya serap 75%. Keempat subyek penelitian tuntas belajar mencapai 100%.
Secara keseluruhan siswa kelas V SD Negeri 2 Tolai untuk kuis evaluasi (tes akhir tindakan) dengan ketuntasan klasikal 75% dan daya serap klasikal mencapai 75,41%. Hal ini menunjukan bahwa seluruh siswa kelas V tuntas belajar secara klasikal dengan kategori baik.
(3). Tahap Akhir (penutup)
Kegiatan pada tahap akhir tindakan, guru (peneliti) mengumpulkan semua hasil kerja siswa dari LKS-P, LKS-K dan LKP serta memberikan latihan atau PR untuk menambah pengetahuan dan kemampuan siswa tentang penjumlahan bilangan bulat.

b. Siklus II
Kegiatan pelaksanaan pada siklus II dibagi menjadi tiga tahap yaitu: (1) tahap awal, (2) tahap inti dan (3) tahap akhir.
(1). Tahap Awal
Kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah menyampaikan tujuan pembelajaran,memotivasi siswa, membahas PR yang diberikan pada siklus I, membagikan LKS-P, LKS-K, LKP dan materi pembelajaran II, menyapaikan model PPKK dengan membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang siswa dalam kelompok.
(2). Tahap Inti
Kegiatan pada tahap inti dibagi menjadi tiga aktivitas yaitu a) aktivitas perseorangan, b) aktivitas kelompok dan c) aktivitas kuis evaluasi (tes akhir tindakan II). Berikut pembahasan ke tiga aktivitas pada kegitan tahap inti siklus II yaitu:
a). Aktivitas perseorangan
Kegiatan pada aktivitas perseorangan subyek penelitian memperhatikan guru (peneliti) saat medemonstrasikan atau
mempersentasekan materi dan prinsip kerja alat peraga manik-manik dalam pengurangan bilangan bulat selangkah demi selangkah. Aktivitas siswa dalam mengerjakan LKS-P mengalami peningkatan dibandingkan dengan aktivitas siswa pada siklus I. Siswa mengerjakan dengan senang dan antusisas dalam mengerjakan LKS-P. keempat subyek penelitian mengerjakan LKS perseorangan sampai batas waktu yang diberikan oleh guru (peneliti). Hasil yang diperoleh keempat subyek penelitian S memperoleh skor 85 dengan daya serap mencapi 85%, S S dan S meperoleh skor 100 dengan daya serap mencapai 100%. Untuk S belum mencapai skor 100, karena subyek penelitian S kurang teliti dalam menyelesaikan soal nomor 2 untuk tanda positif (+) dan tanda negatif (-). Sedangkan subyek penelitian S S dan S sudah mencapai skor 100, tetapi secara keseluruhan keempat subyek penelitian sudah mampu menyelesaikan LKS-P secara mandiri dan tepat waktu. Hal ini dapat dikategorikan baik.
b). Aktivitas Kelompok.
Dalam aktivitas kelompok , subyek penelitian mengerjakan LKS kelompok dalam kelompok masing-masing. Subyek penelitian dalam mengerjakan LKS kelompok sudah mengalami peningkatan, karena keempat subyek penelitian sudah mampu berdiskusi,berinteraksi dan saling membantu anggota kelompoknya. Semua siswa mengerjakan LKS kelompok dengan serius dan antusias sampai batas waktu yang ditentukan. Hasil yang diperoleh keempat subyek penelitian dalam mengerjakan LKS-K adalah S S S dan
S meperoleh skor 100, dengan daya serap keemapat subyek penelitian mencapai 100%. Hal ini menunjukan keempat subyek penelitian berhasil dan dikategorikan baik.
c). Aktivitas Kuis Evaluasi (tes akhir tindakan).
Dalam aktivitas kuis evaluasi (tes akhir tindakan). Keempat subyek penelitian dapat mengerjakan LKP dengan baik sampai batas waktu yang ditentukan. Hasil yang diperoleh untuk tes akhir tindakan keempat subyek penelitian adalah S memperoleh skor 78 dengan daya serap individu mencapai 78%, S memperoleh skor 85 dengan daya serap individu mencapai 85%, S dan S meperoleh skor 75 dengan daya serap individu mencapai 75%. Keemapt subyek penelitian belum mencapai skor 100, tetapi secara ketuntasan klasikal keempat subyek penelitian mencapai 100%. Sedangkan untuk secara keseluruhan siswa kelas V memperoleh ketuntasan klasikal 87,5% dengan daya serap klasikal mencapai 80,25%. Hal ini menunjukan kemepat subyek penelitian dan seluruh siswa kelas V dapat dikatakan berhasil dengan baik.
(3). Tahap Akhir (penutup)
Pada tahap akhir tindakan II peneliti mengumpulkan LKS dan LKP yang telah dikerjakan siswa. Serta memberikan arahan dan penghargaan kepada seluruh siswa kelas V.

C. Perkembangan Hasil Penelitian.
Perkembangan tes awal, tes akhir tindakan siklus I dan siklus II dapat dirangkum dalam tabel 4.23 berikut:
Tabel 4.23 Rangkuman Hasil Tindakan
No Indikator Keberhasilan TES Peningkatan
Awal Siklus I Siklus II 3 – 4 4 – 5 3 -5
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Ketuntasan Klasikal 45,82% 75% 87,5% 29,18% 12,5% 41,68%
2 Daya serap klasikal 51,87% 75,41% 80,25% 23,54% 4,84% 28,38%
3 Rerata prestasi Belajar 51,87 75,41 80,25 23,54 4,84 28,38
Berdasarkan hasil tabel 4.23 dapat disimpulkan bahwa, penerapan alat perga manik-manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat di kelas V SD Negeri 2 Tolai. Memperoleh peningkatan atau perekembangan hasil belajar dari tes awal, tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II sebagai berikut:
a. Peningkatan dari tes awal ke siklus I diperoleh ketuntasan belajar klasikal 29,18% dengan daya serap klasikal mencapai 23,54%.
b. Peningkatan dari siklus I ke siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 12,5% dengan daya serap klasikal mencapai 4,84%.
c. Peningkatan dari tes awal ke siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 41,68% dengan daya serap klasikal mencapai 28,38%.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil di pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Penerapan alat peraga manik-manik dalam model pembelajaran dengan cara perseorangan dan kelompok kecil (PPKK) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan bilangan bulat di kelas V SD Negeri 2 Tolai.
2. Dengan menggunakan alat perga manik-manik dapat membantu siswa dalam memvisualisasikan atau mengambarkan secara kongrit penjumlahan dan pegurangan bilangan bulat, sehingga konsep dasar penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat lebih tertanam dalam diri siswa.
3. Model PPKK mampu meningkatkan partisipasi siswa secara aktif, baik secara perseorangan (mandiri) maupun secara kelompok kecil.
4. Dalam kerja kelompok, siswa memperoleh kemampuan berbicara, belajar mengahargai pendapat orang lain, serta adanya keterampilan sosial yang menuju sikap demokratis.

B. SARAN
1. Dalam penerapan alat peraga manik-manik dalam model PPKK, dibutuhkan perencanaan dan persiapan yang matang agar penerapan lebih efektif.
2. Pada proses pembelajaran guru perlu mencari alternatif pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa bisa lebih aktif dalam belajar.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimin. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara.
Depdikbud.1993. Kurikulum Pendidikan dasar.GBPP SLTP. Jakarta .

Depdiknas.2004.Penilaian Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi.Jakarta.Diktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Depdikbud. 1996. Petunjuk Pelaksanaan Penilian. Palu. Bagian Proyek Peningkatan Balai Penataran Guru.

Djamarah,Syaiful Bahri.2002. Psikologi Belajar.Jakarta.PT Rineka Cipta.

Jaeng, Maxinus.2008. Model Pembelajaran Matematika Sekolah.Palu FKIP Universitas Tadulako.

—————.2004a. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Sekolah dengan cara Perseorangan dan Kelompok Kecil. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: Progran Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya.

Muhsetyo,Gatot.2007.Pembelajaran Matematika SD.Jakarta: Universitas Terbuka.

Qamaria.2007. Perbedaan Hasil Belajar Antar Siswa Yang Mengikuti Pembelajaran Metode interaksi Multi Arah Dengan Metode Ekspositori Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Di Kelas X SMA Negeri 5 Palu. Skripsi tidak diterbitkan.Palu FKIP UNTAD.

Sarinah,2006. Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VIIG SMP Negeri 2 Palu Dalam Menyelesaikan Soal Operasi Penjumlahan Dan Pegurangan Bilangn Bulat Dengan Garis Bilangan Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad.Skripsi tidak diterbitkan. Palu.FKIP Universitas Tadulako.

Sudjana,Nana.1989. Penilaian Hasil Belajar Mengajar.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Sudwiyanto. 2007.Terampil Berhitung Matematika Kelas V SD.Jakarta: Erlangga

Yuliana.2007. Penerapan Pembelajaran Kooperatif melalui Pendekatan Struktural Sebagai Upaya Menuntaskan Belajar Siswa Dalam Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Di Kelas VIII B SMP Negeri 4 Sindue. Skripsi tidak diterbitkan.Palu: FKIP Universitas Tadulako.

Yusrida Makhdeleni,2000. Pembelajaran Koperatif Tipe TAI Dalam Upaya Meningkatakan Hasil Belajar Matematika Siswa di SLTP. Tesis Tidak Diterbitkan. Surabaya: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya.