ANALISIS EPIDEMIOLOGI Ebola Virus Disease

EPIDEMIOLOGI
ANALISIS EPIDEMIOLOGI
KELOMPOK 3

PENYUSUN:
Berkat Nababan 25010113120035
Asfi Manzilah 25010113120110
Juli Arminta Sari K 25010113120174
Vrishelli Setiadi P 25010113130298
Dian Sutrisni 25010113130398
Kristian Yudhianto 25010113140312
Idha Setyowati 25010113140393

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEORO
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ebola adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae, dan juga nama dari penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Virus ini mempengaruhi sel indotelial pada permukaan pembuluh darah. Selain itu virus ebola juga mempengaruhi proses koagulasi, dimana pembuluh darah mengalami kerusakan dan platelet tidak bisa terkoagulasi, sehingga penderita akan mengalami syok hipovolemik. Virus yang ditularkan melauli cairan tubuh ini pertama kali menyebabkan wabah demam berdarah ebola pada tahun1976 di Zaire.
Ebola merupakan penyakit yang paling mematikan diseluruh dunia. Kesempatan untuk hidup jika terinfeksi penyakit ini masih 0% atau tidak mungkin dan sampai sekarang masih dicari vaksinnya. Penderita biasanya bisa langsung meninggal dalam siklus 6 hari sampai 20 hari, alias sangat cepat. Sekarang bisa dikatakan bahwa Ebola adalah penyakit yang paling dihindari untuk terjangkit diseluruh dunia.
WHO menyatakan lebih dari 1.000 orang meninggal karena Ebola sejak virus itu pertama kali teridentifikasi pada 1976 di Sudan dan Kongo. Bisaanya wabah bisa diatasi dengan cepat karena virus ini membunuh korbannya lebih cepat sebelum menular ke individu lain. Sampai saat ini, tercatat sekitar 1.500 kasus demam akibat virus Ebola terjadi di seluruh dunia. Gejala awal sakit akibat virus ini antara lain berupa demam, sakit kepala, tenggorokan kering, lemas, pilu otot, diare, dan sakit perut. Sejauh ini belum ditemukan warga Indonesia yang terkena Ebola, namun bukan berarti kita boleh lengah. Pada bulan November 2012 koran online Indonesia berbahasa Inggris, The Jakarta Post, mengabarkan bahwa para peneliti dari Universitas Airlangga menemukan virus Ebola di antara beberapa orang utan Kalimantan. Kemungkinan virus ini disebarkan oleh babi hutan.
Penyakit ebola menyebar dan masuk ke dalam tubuh host melalui berbagai macam cara antara lain melalui jarum suntik, donor darah, dan melalui kontak langsung tangan. Virus ebola menginfeksi subjek melalui kontak dengan cairan tubuh atau sekret dari pasien yang terinfeksi dan didistribusikan melalui sirkulasi melalui lecet di kulit selama perawatan pasien, ritual penguburan dan mungkin kontak dengan daging secara terinfeksi, atau di permukaan mukosa.Terkadang jarum suntik merupakan rute utama dari eksposur kerja. Target awal dari replikasi adalah sel-sel retikuloendotelial, dengan replikasi tinggi dalam beberapa tipe sel di dalam hati, paru-paru dan limpa. Sel Dendritic, makrofag dan endotelium tampaknya rentan terhadap efek cytopathic produk gen virus Ebola in vitro dan mungkin in vivo melalui gangguan jalur sinyal seluler dipengaruhi oleh mengikat, fagositosis serapan virus atau keduanya. Kerusakan tidak langsung juga dapat ditimbulkan oleh faktor-faktor yang beredar seperti faktor tumor nekrosis dan oksida nitrat.
Di Indonesia kekhawatiran terhadap penyakit ebola ini juga merebak. Hewan reservoir (tempat virus hidup dan berkembang biak) didapatkan di Indonesia, yaitu kalong dan orang utan Kalimantan yang pada tahun 2012 lalu ditemukan infeksi virus ebola dalam darahnya walaupun kekhawatiran penularan pada manusia belum ada. Utuk itu lah makalah ini dibuat untuk menginformasikan tentang penyakit akibat virus ebola agar dapat dicegah sedini mungkin.

1.2 Tujuan
Tujuan Umum:
Untuk mengetahui gambaran penyakit yang disebabkan oleh virus ebola
Tujuan Khusus:
1. Untuk mengetahui pengertian virus ebola
2. Untuk mengetahui struktur virus ebola
3. Untuk mengetahui patogenesis virus ebola
4. Untuk mengetahui patofisiologi virus ebola
5. Untuk mengetahui gejala klinik penderita virus ebola
6. Untuk mengetahui diagnosis laboratorium virus ebola
7. Untuk mengetahui pencegahan terhadap virus ebola

1.3 Manfaat
1. Bagi Universitas: Sebagai literatur dan sumber referensi tentang penyakit akibat virus ebola
2. Bagi Mahasiswa: Memenuhi tugas mata kuliah penyakit tropik pada peminatan epidemiologi dan penyakit tropik semester enam tahun ajaran 2016/2017.
3. Bagi Pembaca: Menambah pengetahuan pembaca mengenai penyakit demam ebola, mulai dari pengertian, ciri-ciri dan struktur vi, patogenesis, patofisiologi, gejala klinik, diagnosis laboratorium, dan upaya pencegahan terkait penyakit virus ebola.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Ebola Virus Disease adalah salah satu dari banyak penyakit demam berdarah. Virus ini adalah penyakit yang ssering berakibat fatal pada manusia dan primata (monyet, gorila, simpanse)
EVD disebabkan oleh infeksi dengan virus dari genus eblavirus. Ketika infeksi terjadi, gejala biasanya mincul secara tiba-tiba. Spesies ebolavirus pertama ditemukan pada tahun 1976 di tempat yang sekarang dikenal sebagai Republik Demokratik Kongo dekat sungai ebola. Sejak saat itu, wabah terus muncul secara sporadis. EVD wabah terjadi terutama di desa-desa terpencil di Tengah dan Afrika Barat , dekat hutan hujan tropis. Virus ini ditularkan ke orang-orang dari hewan liar dan menyebar pada populasi manusia melalui penularan dari manusia ke manusia .
Ada lima subspesies dari Ebolavirus. Empat darl lima telah menyebabkan penyakit pada manusia;
1. Virus Ebola (Zaireebolavirus)
2. Virus Sudan (Sudan ebolavirus)
3. Virus TAl Forest (TAl Forest ebolavirus, sebelumnya Pantai Gadingebolavirus)
4. virus Bundibugyo (Bundibugyo ebolavirus)
5. virus Reston (Reston ebolavirus), Telah menyebabkan penyakit pada primata bukan manusia, tapi tldak pada manusia.
Host reservoir dari Ebola Virus maslh belum diketahui. Namun, atas dasar bukti yang tersedia dan sifat virus yang sama, peneliti percaya bahwa kelelawar menjadi reservoir yang paling mungkin, Empat dari lima subtipe tejadi pada host hewan asli Afrika.

2.2 Tanda dan Gejala
EVD adalah penyakit yang sering ditandai dengan ;
1. demam mendadak
2. lemah
3. nyeri otot
4. sakit kepala
5. sakit tenggorokan.

Gejala ini diikuti dengan muntah, diare, ruam, gangguan fungsi ginjal dan hati, dan dalam beberapa kasus terjadi perdarahan baik internal maupun eksternal.
Seorang penderita EVD dapat pula dilihat dari hasil laboratorium, yaitu berupa penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit, serta peningkatan enzlm hati. Masa lnkubasi virus 2 sampai 21 hari.

2.3 Pemerlksaan Klinis dan Penunjang
Penyakit lain yang biasanya terdeteksi sebelum seorang penderita didiagnosis EVD antara lain: malaria, demam tifoid, shigellosis, kolera, leptospirosis, pes, rickettsiosis, demam kambuh, meningitis, hepatitis dan demam berdarah virus lainnya. lnfeksi virus Ebola dapat didiagnosls di laboratorium melalui beberapa jenis tes:
1. enzyme-linked immunosorbent assay {EUSA)
2. tes deteksi antigen
3. uji serum netralisasi
4. reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT·PCR) assay
5. lsolasi virus dengan kultur sel.

2.4 Tata Laksana Kasus dan Prognosis
Pengobatan standar untuk EVO masih terbatas pada terapi suportif. lni terdiri dari:
• menyeimbangkan cairan tubuh dan elektrolit pasien
• mempertahankan status oksigen dan tekanan darah
• memberikan pengobatan untuk setlap kompfikasi infeksi yang terjadi
Pengobatan tepat waktu pada penderita EVD adalah penting walaupun sangat menantang karena penyakit ini sulit untuk didiagnosis secara klinis pada tahap awal lnfeksi . Karena gejala awal seperti sakit kepala dan demam tldak spesifik untuk menentukan seseorang terinfeksi EVD, kasus EVD mungkin awalnya salah didiagnosi. Namun, jika seorang pasien memilikl gejala awal EVD dan ada alasan kuat sehingga pasien tersebut dinyatakan sebagai suspek, pasien harus dllsolasl dan petugas kesehatan harus segera mengetahui hal ini. Terapl suportif dapat dilanjutkan dengan,menggunakan pakaian pelindung yang tepat sampai sampel dari pasien diuji untuk mengkonftrmasf lnfeksi.
Sampal saat ini belum ditemukan vaksin untuk kasus EVD. Beberapa vaksin masih dalam tahap pengujfan, namun belum ada satu pun yang dapat digunakan untuk kasus klinis. Penderlta sakit parah memerlukan perawatan yang intensif. Pasien sering mengalami dehidrasi dan membutuhkan rehidrasl oral dengan larutan yang mengandung elektrolit atau cairan intravena. Tidak ada pengobatan khusus yang dapat dilakukan. Beberapa obat baru maslh.dalam tahap evaluasi. Pasien serlng mengalami dehidrasi dan membutuhkan rehidrasi oral dengan larutan yang mengandung elektrolit atau cairan lntravena. Virus ebola menyebabkan kasus EVD pada manusia, dengan CFR sampai 90%.
2.5 Gejala Klinis Ebola
Dikenal dua macam paparan terhadap virus ebola. Paparan primer adalah paparan yang terjadi pada orang yang bepergian ke daerah endemik ebola (Afrika). Negara-negara di Afrika yang merupakan daerah endemik virus ebola adalah Republik Kongo, Gabon, Sudan, dan Pantai Gading (Ivory Coast). Paparan sekunder adalah paparan dari orang ke orang atau dari hewan misalnya primata ke manusia. Gejalanya biasanya dimulai dengan influenza yang tiba-tiba dimana penderita merasa lemas, demam, lemah (weakness), tidak suka makan (anorexia), nyri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), sakit kepala, dan sakit tenggorokan. Demam biasanya lebih tinggi dari 38.3 °C (100.9 °F). Sering diikuti muntah-muntah, mencret-mencret (diarrhea) dan sakit perut bagian atas dan bawah. Kemudian, nafas menjadi pendek, dada sakit, juga pembekakan (edema), dan kesadaran berkurang (confusion). Sekitar separuh kasus, penderita mengalami ‘maculopapular rash’ pada kulit yang terjadi 5 sampai 7 hari, setelah gejala pertama terjadi.
Pada beberapa kasus, pendarahan dalam dan luar dapat saja terjadi, 5 sampai 7 hari, setelah gejala pertama terjadi. Semua penderita yang terinfeksi menderita kesulitan pembekuan darah. Pendarahan dari selaput mulut, hidung dan tenggorokan serta dari bekas lubang suntikan terjadi pada 40-50 persen kasus. Hal ini menyebabkan muntah darah, batuk darah dan berak darah. Mata menjadi merah karena pendarahan dapat juga terjadi. Pendarahan berat jarang terjadi, dan jika terjadi biasanya terlokalisasi di saluran pencernaan.
Kesembuhan (recovery) mulai terjadi antara 7 sampai 14 hari, setelah gejala pertama terjadi. Kematian, jika ini terjadi, biasanya antara 6 sampai 16 hari, setelah gejala pertama terjadi, dan sering kali, karena ‘syok’ tekanan darah rendah akibat akibat kekurangan cairan. Pada umumnya, pendarahan seringkali menunjukkan hal yang buruk, kehilangan darah dapat menyebabkan kematian. Seringkali penderita mengalami koma, sebelum kematiannya. Penderita yang selamat seringkali mengalami sakit otot dan sendi secara terus menerus, pembengkakan hati, berkuangnya pendengaran, dan mungkin mengalami hal-hal sebagai berikut: merasa capai, lemas berkelanjutan, berkurangnya nafsu makan, dan kesulitan mencapai berat semula sebelum sakit. Antibodi terbentuk untuk sekurangnya 10 tahun, tetapi belum jelas apakah penderita yang selamat akan kebal terhadap infeksi berulang. Dan sesesorang yang telah sembuh tidak akan menyebarkan penyakit lagi.
2.6 Patofisiologis
Penyakit ini menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau jaringan orang yang tertular. WHO mengatakan penyakit itu juga bisa ditularkan melalui kontak dengan hewan yang tertular, sakit atau mati. Virus tersebut berpindah melalui darah dan cairan tubuh lain. Korban mengalami pendarahan secara internal dan eksternal. Tingkat kematian dapat mencapai 90 persen. Penelitian menunjukkan, jika kelelawar dapat terinfeksi virus ebola namun ternyata mereka mampu bertahan dengan virus tersebut, tanpa terjangkit penyakit ebola. Maka, kelelawar diklaim sebagai hewan yang memainkan peran penting mempertahankan virus ini tak akan punah dan selalu ada di alam liar.
Virus Ebola memproduksi protein yang disebut ebolavirus glycoprotein, yang langsung menempel pada sel dalam pembuluh darah. Protein tersebut akan menipiskan lapisan pembuluh, yang memicu kebocoran darah dalam tubuh. Bedanya, virus Ebola akan memengaruhi sel darah putih dan membuat sel tersebut tidak bisa memperingatkan tubuh akan bahaya kesehatan yang mengancam, terutama dari hati, ginjal, empedu, dan otak. Ketika sel darah putih dilemahkan Ebola, tubuh akan memproduksi molekul yang disebut sitokin. Dalam tubuh yang sehat, keberadaan sitokin akan merangsang otak untuk melepaskan sel penangkal penyakit. Namun, dalam kasus Ebola, sitokin yang dilepaskan terlalu berlebihan sehingga menyebabkan gejala mirip flu.
2.7 Etiologi Penyakit Ebola
Virus Ebola adalah penyebab penyakit Ebola. Ada lima strain virus Ebola, yakni Bundibugyo ebolavirus, Zaire ebolavirus, Reston ebolavirus, Sudan ebolavirus, dan Tai Forest ebolavirus. Reston ebolavirus didapati di Filipina dan China pada binatang, namun jenis ini tidak memberikan penyakit pada manusia meskipun bisa menginfeksi. Yang paling sering menimbulkan wabah adalah jenis Bundibugyo, Zaire ebolavirus, dan Sudan ebolavirus.
Virus ebola mempunyai morfologi mirip virus marburg, yakni berbentuk filamen dan berbelok-belok, sehingga dimasukkan dalam Famili Filoviridae. (Filo = filamen/benang). Dibawah mikroskop elektron, virus ebola berbentuk pleomorfik, mempunyai filamen panjang sampai beberapa mikron, kadang-kadang menyerupai bentuk “U” atau angka”6” dan melingkar. Diameter virion 80nm.
Virus Ebola relatif stabil pada suhu 20°C, tetapi menjadi inaktif pada suhu 60°C selama 30 menit. Sinar ultra violet, sinar gamma, pelarut lemak, beta propiolakton, desinfektan seperti hipoklorit dan fenol dapat menginaktifkan virus Ebola. Kera, mencit, marmot, dan hamster yang ditulari secara buatan di laboratorium sangat peka terhadap virus Ebola, sehingga mereka mati.Virus Ebola sangat ganas bagi manusia, sehingga dimasukkan ke dalam Biosafety Level IV (WHO risk group 4). Ini berarti bahwa semua pengerjaan berkaitan dengan virus ini memerlukan fasilitas keamanan maksimum, sehingga tenaga laboratorium dapat terhindar dari penularan penyakit.
2.8 Pencegahan Terhadap Penyakit Ebola
Pencegahan penularan ebola meliputi upaya mengurangi penyebaran penyakit dari monyet dan babi yang terinfeksi ke manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan memeriksa hewan tersebut terhadap infeksi, serta membunuh dan membuang hewan yang terpapar virus ebola. Memasak daging dengan benar dan mengenakan pakaian pelindung ketika mengolah daging juga mungkin berguna, Penggunaan pakaian pelindung dan mencuci tangan ketika berada di sekitar orang yang menderita penyakit ebola merupakan pencegahan penyebaran dari sesama manusia. Sampel cairan dan jaringan tubuh dari penderita penyakit harus ditangani dengan sangat hati-hati.
Belum ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, upaya untuk membantu orang yang terjangkit meliputi pemberian terapi rehidrasi oral (air yang sedikit manis dan asin untuk diminum) atau cairan intravena.Penyakit ini memiliki tingkat kematian yang tinggi: seringkali menewaskan antara 50% hingga 90% orang yang terinfeksi virus. EVD pertama kali diidentifikasi di Sudan dan Republik Demokratik Kongo. Penyakit ini biasanya mewabah di wilayah tropis Afrika Sub-Sahara. Sejak tahun 1976 (ketika pertama kali diidentifikasi) hingga 2013, kurang dari 1.000 orang per tahun telah terinfeksi. Wabah terbesar hingga saat ini adalah wabah Ebola Afrika Barat 2014 yang sedang terjadi, dan melanda Guyana, Sierra Leone, Liberia dan kemungkinan Nigeria. Hingga bulan Agustus 2014, lebih dari 1600 kasus telah diidentifikasi.Upaya sedang dilakukan untuk mengembangkan vaksin, namun belum membuahkan hasil (Wikipedia)
Saat ini belum ada vaksin untuk penyakit virus Ebola. Penelitian dan tes terhadap beberapa kandidat vaksin masih terus dilakukan hingga saat ini. Komunikasi faktor resiko dan pengendalian teehadap penyakit virus Ebola perlu dingkatkan agar masyarakat dapat mengambil langkah perlindungan terhadap penyakit virus Ebola. Mencuci tangan dengan sabun dan air saat berkunjung ke Rumah Sakit atau saat merawat pasien penyakit virus ebola dirumah, dan juga setiap kali menyentuh pasien atau membersihkan lingkungan yang berhubungan dengan pasien tersebut.
Pasien penyakit virus Ebola yang meninggal harus ditangani secara khusus menggunakan alat pelindung diri (APD) yang tepat dan harus ditangani segera dimakamkan. Informasi lain, batasi atau kurangi kontak dengan hewan yang memiliki risiko tinggi terinfeksi Ebola (seperti kelelawar buah, monyet, antelop hutan) di wilayah hutan hujan tropis pada daerah daerah yang terjangkit penyakit virus Ebola. Jika anda menduga binatang-binatang tersebut terinfeksi, jangan disentuh. Produk hewani seperti daging dan darah yang akan dikonsumsi harus dimasak sampai matang (WHO)

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
a) Ebola disebabkan oleh virus dari genus eblavirus.
b) EVD adalah penyakit yang sering ditandai dengan : demam mendadak, lemah, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan.
c) Penyakit ini menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau jaringan orang yang tertular.
d) Pencegahan penularan ebola meliputi upaya mengurangi penyebaran penyakit dari monyet dan babi yang terinfeksi ke manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan memeriksa hewan, membunuh dan membuang hewan yang terpapar virus ebola. Memasak daging dengan benar dan mengenakan pakaian pelindung ketika mengolah daging juga mungkin berguna, Penggunaan pakaian pelindung dan mencuci tangan.
3.1 Saran
a. Sebagai Negara tropis Indonesia juga perlu berhati-hati dan selalu terhadap penyebaran penyakit ini ke Indonesia. Pencehagan dapat dilakukan di jalur masuk misalnya bandara dan pelabuhan dengan memasang termodetector dan pemeriksaan yang ketat di jalur masuk tersebut.
b. Untuk masyarakat juga perlu berhati-hati apabila pergi ke daerah endemis dan menjaga dirinya agar tidak terjangkit serta segera laporkan apabila ada kasus yang mirip gejala klinis ebola diatas.
c. Penyebaran informasi dan sosialisasi kemasyarakat juga perlu dilakukan oleh pemerintah

DAFTAR PUSTAKA

http://www.who.int/csr/disease/ebola/faqebola/en/ or hp://www.who.int/ mediacentre/factsheets/fs103/en/
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_virus_Ebola#Pencegahan
http://keluarga.com/kesehatan/apa-itu-ebola-dan-cara-menghindarinya diakses pada tanggal 1 April 2016
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/11/141103_fakta_ebola diakses pada tanggal 1 April 2016
http://www.who.int/features/2016/ebola-contacts-vaccination/en/ diakses pada tanggal 1 April 2016
http://www.who.int/mediacentre/news/statements/2016/ihr-emergency-committee-ebola/en/ diakses pada tanggal 1 Apri l2016
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs103/en/
http://www.cdc.gov/vhf/ebola/
Mc Elroy, Anita K., 2014. Ebola Hemorrhagic Fever: Novel Biomarker Correlates of Clinical Outcome, OXFORD UNIVERSTY PRESS Journals. Vol 210 Issue 4, no 210/4/558
Soeharsono. 2002. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia. Yogyakarta: Kanisius
WHO.”2014 Ebola Virus Disease (EVD) outbreak in West Africa”. WHO. Apr 21 2014. Diakses tanggal 2 Maret 2016